Mohon tunggu...
Ary Toekan
Ary Toekan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Konten Kreator

Penikmat seni dan sastra, menyukai dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelayaran Senja

31 Januari 2019   09:23 Diperbarui: 1 Februari 2019   07:22 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PELAYARAN SENJA

Senja itu hujan lebat. Kabut menggantung hingga jarak pandang tak seberapa. Hanya sekitar satu setengah meter. Di laut gelombang lumayan ganas. Ribuan manusia berseliweran di pelabuhan kota kecil pinggir pantai. 

Matahari hampir raib ke peraduan, kapal telah dua kali memberi tanda akan bertolak. Dari berita sebuah koran lokal terbaca prakiraan cuaca dari BMKG beberapa minggu kedepan hujan disertai angin kencang melanda hampir diseluruh wilayah provinsi ini. Bahkan perairan diseluruh wilayah inipun akan diamuk ombak setinggi tiga sampai empat meter.

Hujan mulai reda berganti rinai rintik. Orang-orang menggunakan payung, ada juga yang berjas hujan. Sedangkan buruh-buruh membiarkan tubuhnya dibasahi hujan bercampur asin keringat. 

Diantara hiruk-pikuk kesibukan pelabuhan ada seorang pria muda. Pria itu berkulit sawo matang dengan ransel coklat yang melekat di punggungnya. Ia bergegas menuju ruang tunggu, Ara namanya. Bepergian dengan kapal laut terakhir ia jalani enam tahun silam ketika mengikuti Dikalat Prajabatan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Lantaran cuaca Desember terus hujan, angin bahkan kabut, hingga Ara lebih memilih melakukan perjalanan kali ini dengan kapal laut. Dengan tiket di tangan kiri dan tangan kanannya menggenggam erat jemari mungil seorang perempuan. Keduanya berjalan cepat menuju tangga darurat lantaran kapal mulai beranjak menjauh dari pelabuhan.

Terdengar teriakan seorang petugas pelabuhan pada keduanya agar sejoli ini lebih cepat melangkah. Hampir saja Ara dan perempuan itu tertinggal kapal. Syukurlah keduanya lolos naik ke kapal. Dari dek enam keduanya menuruni anak tangga demi mencari kabin yang kosong untuk ditempati. Ketika sampai di dek tiga terlihat lengang, maklum ini akhir tahun orang-orang lebih memilih mudik daripada keluar kota. Ara dan perempuan yang telah dinikahinya enam tahun silam itu akhirnya mendapatkan tempat tidur.

Setelah menyimpan tas dan istirahat sejenak pasangan suami istri itu lalu beranjak ke Kafetaria. Layaknya anak muda zaman now keduanya berselfi ria disaat kapal mulai lepas tali menuju samudra luas. Melewati selat yang kecil dengan arus gonsalu yang terkenal ganas, kapal melaju membelah ombak. 

Senja diufuk mulai memerah pertanda malam segera tiba. Tibalah masanya sujud senja, segera kedua sejoli menuju musholla yang berada diburitan kapal. Kesejukan air wudhu membasuh wajah, letih dan lelah serasa hilang seketika.
Ara  mengumandangkan azan. Kali ini penuh tawaddhu ia gemakan suaranya demi memanggil jamaah untuk kembali berserah diri dihadapanNya dan merapalkan do'a dan pujian kepada sang Robbul Izzati. Seusai Sholat Magrib kedua sejoli kembali menikmati hembusan sepoi angin senja. Kembali bernostalgia mengingat masa  pertama kali kedua sejoli ini menimba ilmu di Kota Daeng.

Ara guru kampung, yang saban hari berjibaku dengan seabrek aktivitas mengajar. Sesekali ia diundang menjadi nara sumber di sekolah-sekolah pelosok. Sang guru kampung yang akhir-akhir ini gemar menekuni dunia tulis menulis itu, tahun ini sengaja berlibur ke Kota Daeng,  tanah yang melahirkan Hasanuddin pejuang kemerdekaan Indonesia yang dikenal dengan julukan ayam jantan dari timur.

Pukul 03.45 Ara si guru kampung telah terjaga, ini kebiasaan yang melekat pada mantan santri ini. Ia bangunkan kekasihnya kemuadian kedua sejoli ini menuju Mushollah menunaikan kewajiban sholat subuh dan bermunajat semoga pelayaran senja ini senantiasa dilindungi maha penguasa alam raya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun