Mungkin ada yang pernah makan nasi dengan lauk kerupuk? Atau nasi dengan kecap plus kerupuk. Atau kerupuk yang ditengahnya diisi nasi?
Anak sayapun entah karena melihat saya, keturutan. Pemadam kelaparan sementara meminjam istilahnya.
Dulu mungkin karena gang masih besar dan jalanan masih lenggang, tukang kerupuk yang memanggul kaleng silinder besar itu bisa bebas kesana kemari menjajakan dagangannya. Selain itu kantong plastik kala itu sedikit variasinya atau mungkin "mahal".
Bagaimana jika konsumen langsung yang membeli? Biasanya pembeli mempunyai toples atau kaleng persegi itu walau tidak ada jendelanya. Atau dimasukkan ke kaleng biskuit yang bergambar tidak ada bapaknya itu. Mungkin gegara hal itu banyak kaleng yang bergambar tidak ada bapaknya itu diisi renginang atau kerupuk hingga saat ini.
Begitulah zaman ke zaman ada sesuatu yang bisa dibicarakan dan dituangkan. Kerupuk saat ini berdiameter semakin mengecil, karena berkelahi dengan bahan yang semakin tidak singkron dengan harga penjualan.
Akankan kemudian cucu saya memakan kerupuk dengan diameter 1 atau 2 cm? Ternyata sudah ada, seblak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H