Mohon tunggu...
Ary Surya
Ary Surya Mohon Tunggu... Administrasi - Perjalanan 1000 Mil Diawali dengan Satu Langkah Kecil

Pernah kuliah di manajemen keuangan, lulus ilmu pemerintahan. Sekarang bikin dan jualan rumah sederhana sampai mewah serta nyambi jualan mainan & hobi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Antara Memilih dan Tidak

12 Agustus 2018   22:41 Diperbarui: 12 Agustus 2018   22:43 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, karena politik dideskripsikan sebagai sesuatu yang kotor, masyakarat pun jarang berbicara politik. Pemilu yang walaupun ada kampanye dll, tetep yang menang itu juga.  Kakek saya bilang, saya dukung semua partai yang menang, tapi masalah pilihan nanti pas di tempat pemilihan suara dan itu rahasia.

Sifat langsung umum bebas dan rahasia pemilu sekarang ini memang berubah. Semua orang secara bebas dan terbuka memberikan dukungan bahkan membela pilihannya lebih dari seharusnya.

Politik sekarang sudah dianggap hitam dan putih. Padahal politik bagaimanapun itu bersifat abu-abu. Karena politik pada dasarnya mencapai kebaikan bersama, tentu saja sesuai pandangan orang yang berpolitik. Tapi pada akhirnya ketika ia berkuasa, tujuannya tetap sama demi kebaikan dan ia terikat serta tunduk pada konstitusi/hukum yang berlaku. Itu sebabnya konstitusi itu bersifat bisa dirubah tapi tidak bisa dirubah begitu saja. Hal ini agar tidak terjadi kekuasaan mutlak.

Istri dan anak saya bahkan tidak pernah saya suruh milih si A atau si B. Menurut saya bahwa politik untuk memilih itu adalah hak yang setiap manusia peroleh semenjak ia lahir ke dunia. Berhak untuk hidup, mendapat pendidikan, pekerjaan; rumah; kesehatan dll yang layak itu merupakan politik sesuai apa yang saya definisikan diatas. Saya persilahkan untuk memilih siapapun pilihannya.

 Tak jarang kami sering tertawa bersama, ketika pemilihan walikota tempo hari, selesai nyoblos dan dirumah istri tanya, pilih siapa? Ternyata pilihan kami berbeda. Kata anak muda, kalau pasangan harus se-ia se-kata, ah, menurut saya untuk pilihan politik tidak harus demikian. Tapi seperti yang saya ungkap diatas.

Memilih pada pemilihan umum bagi saya itu harus keluar dari hati dan pikiran sendiri. Tentu saja, hasil keputusan itu saya peroleh dari informasi dari berbagai sumber yang menurut saya bisa dipercaya, kemudian saya oleh dan akhirnya jatuhlah pilihan.

Permasalahnya sekarang untuk saya itu mendapatkan informasi yang baik dan benar sepertinya susah. Bahkan di era keterbukaan, sistem informasi global canggih dan sebagainya sukar sekali. Semua orang bisa dengan bebas mengabarkan berita di zaman ini. Tak jarang, saya pun sampai terkena berita bohong, jadi ikut-ikutan terpengaruh. Maaf kan saya yang fakir ilmu ini.

Bagaimana saya mendapatkan informasi yang baik tentang pilihan yang harus/akan saya pilih jika dihadapkan pada sajian informasi yang kadang-kadang bahkan sering sekali bohong. Media sosial bahkan dijadikan ajang saling ejek, hujat dan menebar kebencian antara kubu satu dengan lainnya. 

Menurut saya sih, jika satu kubu menjelekkan kubu lain, berarti kubu itu minim prestasi, tidak ada sesuatu untuk dijual atau bahkan memang takut sedari awal ia akan kalah. 

Komentar saya diatas itu berarti pendidikan politik saat ini entah menandakan baik atau malah sebaliknya. Bagaimana nasib bangsa ini jika terus menerus diberikan pendidikan politik saling ejek, hujat dan kebohongan. Bukan hal mustahil jika 2030 Indonesia akan benar-benar hilang jika dipertahankan terus menerus.

Saya tidak perlu sodorkan solusi, karena sedang mencari solusi agar mendapat berita berimbang tentang semua kandidat di pilpres dan pilleg 2019 nanti. Biarlah solusi dijabarkan oleh para ahli dibidang politik dan sosial. Dan tentunya di-jewantahkan secepatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun