Tahapan pilpres 2019 jika tak salah akan dimulai Agustus 2018 mendatang. Hangat menusuk semburan mentari pagi menuju siang sudah mulai terasa dipagi hari ini. Mungkin sebagai pemanasan dan menghangatkan mesin diesel partai politik, semakin panas, mesin diesel biasanya berlaju lebih cepat, walau berkonsekuensi asap yang keluar memekat hitam.
Konstelasi politik sebenarnya sudah mulai terpetakan pada antara 2015 akhir dan menjelang awal 2016, namun kemudian mulai agak membingungkan di 2017 mungkin karena pilkada DKI. Tarik menarik kepentingan mulai terasa lagi di pilkada serentak 2018.Â
Namun ada hal menarik di pilkada serentak 2018, disatu daerah satu parpol dan lainnya tidak mendukung satu sama lain, namun disatu daerah saling mendukung. Inilah politik, tak ada yang abadi dalam politik, yang abadi hanyalah kepentingan politik.Â
Lemparan bola panas dan tangkisan sudah mulai terjadi di bulan Maret 2018. Seperti bermain badminton, smash-an dan manuver pukulan dan tangkisan shuttle cock terjadi begitu saja, mengalir bak air disungai di musim penghujan.
Pergumulan politik ini semakin hari dirasa semakin tidak berkesudahan dipertontonkan oleh masyarakat, yang akhirnya hanya akan melahirkan generasi sakit hati dan generasi anti move on.
Biang keladi bukanlah media sosial karena medsos hanyalah tools, yang dengan cepat menyebarkan berita asli ataupun palsu, karena semua negara didunia ini sedang merasakan hal yang sedang dirasakan. Bahkan dinegara bapaknya demokrasi dengan indeks prestasi yang tinggi ikut terimbas ulah media sosial.
Biang keladinya adalah orang yang berada di balik pembaruan status dan kicauan alias users, yang diikuti ribuan sharedan dagangan gorengan yang digoreng semakin lama disatukan dari remah-remah kemudian semakin kental dan dibumbui aroma-aroma yang menyengat hingga beraroma wangi namun kenyataan didalamnya busuk. Â
Berpikir moderat dan objektif sekalipun, dikala situasi menghangat ini serba salah, isu-isu sensitif selalu dicari untuk diangkat dan disebarluaskan.
Demikian, mengingat, menimbang dan memperhatikan dari segala macam segi yang perlu dipikirkan dan dipertimbangkan.Â
Butuh seorang negarawan yang bijak untuk bisa memecah dua kubu. Satu paslon lagi di pilpres 2019 harus dihadirkan. Hadirkan seseorang yang memiliki keterwakilan. prestasi dan visioner yang tertinggi dan mampu menyentuh akar dan merengkuh awan.
Angka probabilitas untuk memenangkan kontestasi justru mengerucut jika paslon ketiga mampu melihat celah kosong yang tidak/belum diisi oleh dua kubu, seperti halnya dalam film-film fiksi India. Ketika ada dua kubu yang bersaing hangat, yang mendapatkan hasil justru satu kubu yang hanya melihat dan menyaksikan bahkan tanpa berkata satu kata.
Bagi paslon ketiga siapapun Anda, segeralah hadir. Selamatkan saya (kami)!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H