Mohon tunggu...
ary sanjaya
ary sanjaya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Film “Surga yang Tak Dirindukan” Poligami Sebuah (Pilihan)Pengorbanan

18 Agustus 2015   16:56 Diperbarui: 18 Agustus 2015   17:24 3121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SUKA tidak suka, setuju atau tidak setuju, kaum lelaki itu pada dasarnya memiliki kecenderungan berpoligami. Entah atas dasar cinta, nafsu atau  bernafaskan agama. Faktanya, banyak lelaki memiliki pasangan lebih dari satu. Entah itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau terang benderang.

Siapa pun boleh tidak suka, boleh juga mengamini.Itu cuma soal pilihan. Dalam kehidupan, kita acapkali dihadapkan pada  masalah pilihan. Pertanyaannya, pilihan mana yang harus diambil jika yang melakukan poligami justru pasangan hidup kita?Menerima dengan ikhlas atau memilih jalan cerai?Keduanyamemiliki konsekuensi logis yang tidak mudah dijalani.

Isu poligami itu lahkiranya yang melatari  film“Surga Yang Tak Dirindukan” garapan Sutradara Kuntz Agus. Sebuah tema sederhana namun karena menyangkut isu poligami, suatu persoalan klasik yang sarat pro kontra,film “Surga”memilikiselling poin yang kuat terutama bagi penonton dari kalangan  wanita usia muda hingga orang tua.

Setting Cerita

Adalah Prasetya (Fedi Nuril), seorang Arsitek muda yang bekerja sebagai Pemborong Bangunan dan Arini (Laudya Cynthia Bella) novelis sekaligus aktivis sosial bidang pendidikan di Yogyakarta. Pras dan Arini mewakili  sosok anak manusia yang baik hati, berjiwa sosial dan relijius. Keduanya bertemu saat Pras bersama dua sahabatnya Amran(Kemal Palevi) dan Hartono(Tanta Ginting)sedang melakukan survey bangunanmasjid dan Arini yang juga ditemani dua orang sahabatSita (Zaskia Mecca) dan Lia (Vitta Mariana), tengah  mendongeng di hadapan anak-anak asuhnya.

 

Pras dan Arini saling jatuh cinta.Mereka lalu menikah dan dikaruniai seorang putri nan cantik Nadia(Sandrina Michelle)yang juga pandai mendongeng seperti Arini.

Keluarga Pras dan Arini memberi gambaran ideal sebuah keluarga sakinah, mawaddah dan warrohmah. Keluarga bahagia penuh cinta, kesetiaan dan kasih sayang. Cerita miring tentang dugaan perselingkuhan suami Lia,tidak mengganggu kepercayaan Arini pada suami. Pras dan Arini hidup rukun seperti halnya kehidupan keluarga orang tua Arini, pasangan Sutedjo(Landung Simatupang) dan Sulastri (Hj.RAY Sitoresmi).

Sampai suatu ketika Pras bertemu Meirose(Raline Shah)yang mengalami kecelakaan dalam keadaan hamil tua. Pras berusaha menolong Mei ke rumah sakit sehingga Mei dan bayinya dapat diselamatkan. Mei melahirkan seorang bayi laki-laki yang oleh Pras diberi nama Akbar Muhammad.

Tetapi apa lacur, peristiwa kecelakaan itu belakangan diketahui karena unsur kesengajaan.  Ketika itu Mei sedang berusaha bunuh diri dengan menceburkan mobil yang dikemudikannya ke dalam jurang.

Mei rupanya sedang mengalami depresi berat lantaran hamil dan melahirkan tanpa suami dan orang tua. Sehingga setelah lolos dari maut pun Mei kembali ingin bunuh diri. Kali ini dari atap gedung rumah sakit setinggi 19 setengah meter.

Pras berusaha keras menyelamatkan nyawa Mei sekalipun untuk itu ia harus rela mengawini Mei dan menjadi ayah dari Akbar Muhammad. Pras rupanya traumatik dengan peristiwa bunuh diri ibunya di jalan raya. Di sampingitu Pras juga tidak ingin melihat kehidupan anak Mei seperti dirinya, yang tumbuh dan berkembang di sebuah panti asuhan tanpa kedua orang tua.

Poligami Pilihan Pengorbanan

Berangkat dari setting cerita ini lah isu poligami itu bergulir.Diawali dari perdebatan Amran dan Hartono berkaitan dengan perkawinan kedua Pras gara-gara ingin menolong Meirose dan anaknya.Hartono menilai Pras sudah salah langkah memperistri Mei, dan kelak berdampak buruk bagi kelangsungan perusahaan mereka. 

“Pras gak bisa disalahin! Ente baca nih Surat An Nisaa ayat 3. Maka kawini lah wanita-wanita yang kamu senangi, dua tiga atau empat!...” bela Amran yang langsung ditanggapi Hartono, “Kalau baca ayat jangan sepotong-sepotong, baca juga berikutnya!Jika kamu takut  tidak dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja!”

Perdebatan tentang poligami ini terasa begitu dekat dan memiliki hubungan emosional yang kuat dengan penonton.Demikian halnya dengan potongan cerita Sutedjo  ayah Arini yang sekian lama berpoligami  tetapi  baru ketahuandi saat  ia  meninggal  dunia. Kisah ini bagaikan penggalan kehidupan sehari-hari (slice of moment).

Menonton “Surga” kita seperti diajak bercermin sekaligus melihat potret poligami dari berbagai sisi. Dari sisi suami, sisi istri tua dan istri muda, juga dari sisi anak dan sisi sosial lainnya.Poligami ternyata membawa implikasi luas bagi kehidupandan pada gilirannya membutuhkan pengorbanan.Pengorbanan dari semua pihak yang terkait dengan kehidupan poligami.

Bu Sulastri harus rela berkorban berbagi suami dengan perempuan laindemi menyelamatkan kehidupan Arini anaknya. Nadia putri Arini, harus rela berkorban kehilangan sebagian waktu kebersamaannya dengan sang ayah karena sang ayah harus berbagi waktu untuk anaknya yang lain. Sahabat-sahabat Pras, harus pula rela berkorban kehilangan kesempatan proyek bangunanlantaran Pras sebagai pimpinan, belakangan kurang konsentrasi pada pekerjaan.Sementara Pras sendiri harus rela berkorban dalam banyak hal.Ini lah suatu konsekuensi logis dari sebuah poligami.

Film yang diangkat dari novel laris karya Asma Nadia ini memang banyak menyampaikan pesan moral terkait poligami.Dan secara keseluruhan, pesan-pesan moral itu cenderung mewakili suara kaum perempuan atau lebih dimaksudkan sebagai bahan perenungan untuk kaum perempuan dalam menentukan pilihan.Boleh jadi hal Ini lantaran novelisnya adalah seorang perempuan.

Kutipan Al Qur’an Surat An Nisaa ayat 129 yang disitir Hartono dan Pras dalam suatu adegan, seakan membawa pesan perempuan untuk kaum lelaki, bahwa “kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu) walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian…”.  Sementara pada bagian lain, coba perhatikan ujung cerita film “Surga”.Jika Arini belakangan dapat menerima kehadiran Mei dengan ikhlas sebagai istri muda Pras, pada galibnya itu adalah suatu bentuk pengorbanan Arini. Secara hakiki, “Tidak ada seorang pun wanita yang rela berbagi suami dengan wanita lain”, kata Mei.

Itu sebabnya Mei lebih memilih keluar dari lingkaran poligami.“Hidup adalah pilihan.Dan inilah pilihan hidup saya,” kata Mei seraya mengutip ayat Al Qur’an, “wanita yang baik akan mendapatkan pasangan yang baik pula”.Buat Mei, Pras dan Arini merupakan representasi  dari pasangan manusia berakhlak  baik sehingga ia tidak ingin menjadi pengganggu. Itu lah  yang memotivasi Mei pergi karena ingin berjuang untuk menjadi wanita baik agar kelak mendapatkan pasangan yang baik pula. Sebuah adegan penutup yang manis dan mengesankan sekaligus dapat dijadikan bahan perenungan.

 

Drama Reliji

Film “Surga” memangbisa dikategorikansebagai film bergenre drama reliji.Bangunan ceritanya memiliki dramaturgi  yang menarik dan mampu menggugah emosi penonton. Sementara dari sisi reliji, hampir semua unsur film “Surga” menyelipkan pesan reliji, khususnya Islam.Mulai dari unsur bahasa dialog, bahasa gambar sampai unsur pendukung seperti musik dan wardrobe para pemeran sentral, banyak mengandung idiom-idiom reliji. Bahkan untuk aspek pengadeganan pun tak sedikit menggunakan pendekatan reliji.

Penyuntingan gambar cut to cut secara cepat dan berulangkali pada adegan Pras dan Arini yang sedang sholat ,memberi tuntunan bahwa jika terbentur suatu masalah maka bersimpuhlah ke hadapan sang khalik untuk meminta perlindungan dan pertolongan.Adegan ini sungguh menyentuh. Diilustrasi oleh theme song “Surga Yang Tak Dirindukan” karya Melly Goeslaw yang berlirik relijius dengan aransemen musik grand orchestra,  pesan reliji “Surga” terasa kuat dan sangat ekspresif.

Adegan lain yang tidak kalah menarikdan membawa pesan reliji adalah adegan pelukan Pras dan Mei di atap gedung saat Mei gagal bunuh diri. Di situ diselipkan cut to cut adegan flashes  Pras kecil sedang berpelukan dengan ibunya dan flashes Pras kecil berpelukan dengan ayah asuhnya. Adegan ini memberi pesan, bahwa pelukan Pras pada Mei bukan karena nafsu syahwat atau menafikan hukum muhrim, melainkan sebuah gerakan spontan untuk memberi penekanan informasi tentang latar belakang Pras menolong Mei yang kemudian dinikahinya.

Namun sekalipun sarat dengan pesan reliji, “Surga” bukan lah film dakwah yang verbal dan menggurui.“Surga” adalah sebuah film bermuatan tuntunan yang memiliki nilai tontonan berkualitas bagus.

Melalui karakter Hartono yang karier oriented dan Amran yang santai dan pro poligami dengan dialek Arab Betawinya yang kocak, membuat pesan-pesan agama yang disampaikan “Surga”  terasa segar dan cair. Adanya gimmickmelalui adegan tukang bangunan yang bertanya arti poligami kemudian kamera moving dan mengclose up sebuah sepeda merek “Poligamy”,  sungguh menambah rasa segar “Surga”.

Sementara dari sisi bahasa dialog, “Surga” terasa cerdas. Perhatikan saja dialog Mei yang suka menyelipkan bahasa Inggrisatau dialog-dialog  Arini yang tajam dan memiliki kedalaman makna,  secara keseluruhan mencerminkan tingkat kecerdasan intelektualitas yang baik.Dan ini sangat linier dengan latar belakang pendidikan para tokoh sentral “Surga” yang rata-rata dari perguruan tinggi.

Pop Moderen

Melihat sisi kreatif penyutradaraan,Kuntz sebagai sutradara agaknya menggunakan pendekatan pop moderen. Adegan Amran yang membaca ayat suci Al Qur’an melalui gadget adalah sebuah potret kekinian. Begitu pula wardrobe para pemeran utama wanita dengan busana muslimyang modis, menunjukkan konsepngepopdan moderen.

Dari sisi penataan kamera, “Surga” terlihat memiliki konsep yang matang dan kreatif.Penggunaan kamera Gopro dengan pesawat Drone, menunjukkan hal itu. Banyak gambar ekspresif dan indah dengan angle  sulitdan dinamis disajikan “Surga” melalui kamera spesial tersebut. Sehingga hal ini menjadi daya tarik tersendiri dari “Surga”.

Ilustrasi musik yang menggunakan pendekatan orkestrasi, tidak hanya keren dan mewah tetapi juga mampu memberi ruh pada bahasa gambar yang disajikan “Surga”.

Pada aspek pemeranan, terlihat tidak ada yang miscasting dalam “Surga”.Fedi Nuril tampil sangat mengesankan sebagai Prasetya yang memiliki karakter lembut, sederhana dan penolong.Postur tubuhnya yang tinggi ramping mendekati kurus, sangat cocok untuk sosok Pras yang penuh beban hidup karena poligami dan masa kecilnya yang memprihatinkan.Ayah Pras pergi meninggalkannya sedangkan ibunya mati bunuh diri.

Tak kalah memukaunya adalah penampilan Laudya Cynthia Bella sebagai Arini, wanita cerdas, intelek dan relijius. Suasana batin Arini saat jatuh cinta, saat diliputi kebahagiaan berumahtangga, dan saat menghadapipersoalan poligamiayahnya dan poligami suaminya tercinta padahal ia anti poligami, berhasil diekspresikan Bella dengan takaran emosi yang pas laiknya seorang  wanita yang memiliki kecerdasan emosional danintelektual tinggi.

Untuk pemeran lainnya nampak rata-rata memiliki kemampuan akting yang memadai. Sitoresmi bermain apik sebagai perempuan jawa yang lembut, sabar dan nrimo meskipun suaminya diketahui memiliki wanita simpanan.Sementara Vitta Mariana yang berperan sebagai Lia,cukup konsisten aktingnya sebagai wanita berpendidikan tinggi yang anti poligami.

Untuk aspek penyuntingan gambar, rasanya sangat pantas diberi acungan jempol.Pada sisi ini, terlihat adanya desain penyuntingan gambar yang kreatif dan memiliki sentuhan emosional yang kuat.Rangkaian gambar yang tersaji, bukan cuma komunikatif tetapi juga keren dan mempertegas karakter “Surga” sebagai sebuah film drama reliji.

Alhasil, “Surga” adalah film bagus.Tidak heran jika peredaran “Surga” diketahui kemudian berjalan sukses. Sampai memasuki hari edar ke 28, menurut H. Zairin Zain selaku Co Executive Producer, film ini berhasil meraup penonton hingga 1,45 juta orang. Suatu pencapaian yang  membuat “Surga” menjadi film box office nasional tahun 2015. Selamat!****

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun