Drama Reliji
Film “Surga” memangbisa dikategorikansebagai film bergenre drama reliji.Bangunan ceritanya memiliki dramaturgi yang menarik dan mampu menggugah emosi penonton. Sementara dari sisi reliji, hampir semua unsur film “Surga” menyelipkan pesan reliji, khususnya Islam.Mulai dari unsur bahasa dialog, bahasa gambar sampai unsur pendukung seperti musik dan wardrobe para pemeran sentral, banyak mengandung idiom-idiom reliji. Bahkan untuk aspek pengadeganan pun tak sedikit menggunakan pendekatan reliji.
Penyuntingan gambar cut to cut secara cepat dan berulangkali pada adegan Pras dan Arini yang sedang sholat ,memberi tuntunan bahwa jika terbentur suatu masalah maka bersimpuhlah ke hadapan sang khalik untuk meminta perlindungan dan pertolongan.Adegan ini sungguh menyentuh. Diilustrasi oleh theme song “Surga Yang Tak Dirindukan” karya Melly Goeslaw yang berlirik relijius dengan aransemen musik grand orchestra, pesan reliji “Surga” terasa kuat dan sangat ekspresif.
Adegan lain yang tidak kalah menarikdan membawa pesan reliji adalah adegan pelukan Pras dan Mei di atap gedung saat Mei gagal bunuh diri. Di situ diselipkan cut to cut adegan flashes Pras kecil sedang berpelukan dengan ibunya dan flashes Pras kecil berpelukan dengan ayah asuhnya. Adegan ini memberi pesan, bahwa pelukan Pras pada Mei bukan karena nafsu syahwat atau menafikan hukum muhrim, melainkan sebuah gerakan spontan untuk memberi penekanan informasi tentang latar belakang Pras menolong Mei yang kemudian dinikahinya.
Namun sekalipun sarat dengan pesan reliji, “Surga” bukan lah film dakwah yang verbal dan menggurui.“Surga” adalah sebuah film bermuatan tuntunan yang memiliki nilai tontonan berkualitas bagus.
Melalui karakter Hartono yang karier oriented dan Amran yang santai dan pro poligami dengan dialek Arab Betawinya yang kocak, membuat pesan-pesan agama yang disampaikan “Surga” terasa segar dan cair. Adanya gimmickmelalui adegan tukang bangunan yang bertanya arti poligami kemudian kamera moving dan mengclose up sebuah sepeda merek “Poligamy”, sungguh menambah rasa segar “Surga”.
Sementara dari sisi bahasa dialog, “Surga” terasa cerdas. Perhatikan saja dialog Mei yang suka menyelipkan bahasa Inggrisatau dialog-dialog Arini yang tajam dan memiliki kedalaman makna, secara keseluruhan mencerminkan tingkat kecerdasan intelektualitas yang baik.Dan ini sangat linier dengan latar belakang pendidikan para tokoh sentral “Surga” yang rata-rata dari perguruan tinggi.
Pop Moderen
Melihat sisi kreatif penyutradaraan,Kuntz sebagai sutradara agaknya menggunakan pendekatan pop moderen. Adegan Amran yang membaca ayat suci Al Qur’an melalui gadget adalah sebuah potret kekinian. Begitu pula wardrobe para pemeran utama wanita dengan busana muslimyang modis, menunjukkan konsepngepopdan moderen.
Dari sisi penataan kamera, “Surga” terlihat memiliki konsep yang matang dan kreatif.Penggunaan kamera Gopro dengan pesawat Drone, menunjukkan hal itu. Banyak gambar ekspresif dan indah dengan angle sulitdan dinamis disajikan “Surga” melalui kamera spesial tersebut. Sehingga hal ini menjadi daya tarik tersendiri dari “Surga”.
Ilustrasi musik yang menggunakan pendekatan orkestrasi, tidak hanya keren dan mewah tetapi juga mampu memberi ruh pada bahasa gambar yang disajikan “Surga”.