Mohon tunggu...
Aryo S Eddyono
Aryo S Eddyono Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti

Mengajar Jurnalistik dan Media Massa di Universitas Bakrie. Meneliti isu-isu pers dan demokrasi, media dan budaya, media alternatif, serta soal konten/jurnalisme warga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tirakatan HUT RI di Nusupan, Kemerdekaan dan Pola Pikir

17 Agustus 2016   02:36 Diperbarui: 17 Agustus 2016   03:07 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tirakatan HUT RI, tradisi lama terutama di Yogyakarta. Warga beramai-ramai menghadiri tradisi ini (16/8). (Dok. Aryo)

Tradisi malam tirakatan menjelang hari kemerdekaan RI merupakan tradisi lama, terutama di Yogyakarta. Banyak RT berinisiatif menyelenggarakannya. Isinya adalah renungan memaknai kemerdekaan. 

Ibu Siti, suami, serta empat anaknya yang masih kecil terlihat semangat menghadiri undangan malam tirakatan 17 Agustus di RT 4 Dusun Nusupan, Trihanggo, Sleman, DI Yogyakarta (16/8). Semuanya berpakaian rapih. Tak terkecuali anak perempuannya yang paling kecil, Okta, yang didandani layaknya peri bergaun merah muda. Sebuah tongkat peri tak pernah lepas dari tangan mungilnya. Malam tirakatan merupakan salah satu perayaan besar bagi mereka. "Anakku memenangi beberapa perlombaan, Mas. Nanti mau terima hadiah di panggung," ujar Ibu Siti sumringah.

Sejumlah perlombaan menjelang hari kemerdekaan RI memang sudah dilakukan di dusun ini. Lomba untuk anak-anak mendapat porsi lebih besar dari orang dewasa. Ada lari kelereng, memasukkan sedotan ke dalam botol, lomba makan kerupuk, lomba engrang, dan lainnya. 

Selain keluarga Ibu Siti, ada pula Pak Ambar yang datang bersama isteri, menantu laki-laki dan cucunya. Mereka kompak berkostum batik. "Beginilah setiap tahun, Mas. Sekaligus kumpul-kumpul warga," kata Pak Ambar sembari menyalami saya. Ia dan isterinya duduk terpisah, laki-laki di sebelah kanan panggung sementara perempuan di sebelah kiri panggung. Menantu dan cucunya memilih tidak duduk, memudahkan menangani anak jika rewel.

Selain ajang renungan kemerdekaan, tirakatan HUT RI sekaligus ajang hiburan warga. (Dok. Aryo)
Selain ajang renungan kemerdekaan, tirakatan HUT RI sekaligus ajang hiburan warga. (Dok. Aryo)
Meski sore sempat hujan, hampir semua warga di RT 4 menghadiri malam tirakatan ini. Lapangan bola voli disulap menjadi tempat acara. Beralaskan tikar, warga duduk lesehan menghadap panggung yang merupakan teras rumah salah satu warga. Tenda seukuran 10 kali 5 meter didirikan untuk mengantisipasi misbar atau gerimis bubar. Latar panggung hanya berupa kain yang bertuliskan "HUT RI 71th". Musik campur sari dan lagu-lagu nasional yang keluar dari pengeras suara menambah ramai suasana.

Dapur mendadak berada tak jauh dari panggung untuk sirkulasi hidangan makan-minum. (Dok. Aryo)
Dapur mendadak berada tak jauh dari panggung untuk sirkulasi hidangan makan-minum. (Dok. Aryo)
Sembari mendengarkan pemandu acara membuka acara, warga disuguhi pisang rebus, ubi rebus, kacang rebus, dan teh manis panas. 

"Tidak ada tema khusus tahun ini. Semua berjalan sederhana saja," Kata Ketua RT, Jatiko. Seluruh jalannya acara ditangani oleh para pemuda setempat. 

Merdeka dan Pola Pikir

Puncak acara adalah renungan kemerdekaan. Pada kesempatan ini, warga diajak memaknai ulang kemerdekaan. "Merdeka itu adalah cara pandang atau pola pikir. Pola pikirlah yang bisa menyesatkan kita dan melihat kemerdekaan dengan cara yang salah," seru Sukatno, pengisi renungan kemerdekaan. 

Ia melanjutkan bahwa kemerdekaan yang sudah diraih hendaknya bisa diisi dengan hal positif, tetap berjuang bersama demi bangsa.

Warga juga diajak untuk saling mengingatkan jika ada tetangga yang enggan bekerja sama menjaga lingkungannya. "Dengan begitu, kita bisa hidup lebih guyub dan bermakna," tambah Sukatno lagi.

Renungan kemerdekaan ditutup dengan bernyanyi bersama lagu nasional, Syukur.

Keriangan dan kelelahan. (Dok. Aryo)
Keriangan dan kelelahan. (Dok. Aryo)
Makanan penutup berupa bakso dihidangkan. Warga makan bersama-sama, saling bercengkrama. Dinginnya malam lenyap seketika. Apalagi setelah acara usai, konser musik warga digelar sampai pagi.

Dirgahayu Indonesia! ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun