Tradisi malam tirakatan menjelang hari kemerdekaan RI merupakan tradisi lama, terutama di Yogyakarta. Banyak RT berinisiatif menyelenggarakannya. Isinya adalah renungan memaknai kemerdekaan.Â
Ibu Siti, suami, serta empat anaknya yang masih kecil terlihat semangat menghadiri undangan malam tirakatan 17 Agustus di RT 4 Dusun Nusupan, Trihanggo, Sleman, DI Yogyakarta (16/8). Semuanya berpakaian rapih. Tak terkecuali anak perempuannya yang paling kecil, Okta, yang didandani layaknya peri bergaun merah muda. Sebuah tongkat peri tak pernah lepas dari tangan mungilnya. Malam tirakatan merupakan salah satu perayaan besar bagi mereka. "Anakku memenangi beberapa perlombaan, Mas. Nanti mau terima hadiah di panggung," ujar Ibu Siti sumringah.
Sejumlah perlombaan menjelang hari kemerdekaan RI memang sudah dilakukan di dusun ini. Lomba untuk anak-anak mendapat porsi lebih besar dari orang dewasa. Ada lari kelereng, memasukkan sedotan ke dalam botol, lomba makan kerupuk, lomba engrang, dan lainnya.Â
Selain keluarga Ibu Siti, ada pula Pak Ambar yang datang bersama isteri, menantu laki-laki dan cucunya. Mereka kompak berkostum batik. "Beginilah setiap tahun, Mas. Sekaligus kumpul-kumpul warga," kata Pak Ambar sembari menyalami saya. Ia dan isterinya duduk terpisah, laki-laki di sebelah kanan panggung sementara perempuan di sebelah kiri panggung. Menantu dan cucunya memilih tidak duduk, memudahkan menangani anak jika rewel.
"Tidak ada tema khusus tahun ini. Semua berjalan sederhana saja," Kata Ketua RT, Jatiko. Seluruh jalannya acara ditangani oleh para pemuda setempat.Â
Merdeka dan Pola Pikir
Puncak acara adalah renungan kemerdekaan. Pada kesempatan ini, warga diajak memaknai ulang kemerdekaan. "Merdeka itu adalah cara pandang atau pola pikir. Pola pikirlah yang bisa menyesatkan kita dan melihat kemerdekaan dengan cara yang salah," seru Sukatno, pengisi renungan kemerdekaan.Â
Ia melanjutkan bahwa kemerdekaan yang sudah diraih hendaknya bisa diisi dengan hal positif, tetap berjuang bersama demi bangsa.
Warga juga diajak untuk saling mengingatkan jika ada tetangga yang enggan bekerja sama menjaga lingkungannya. "Dengan begitu, kita bisa hidup lebih guyub dan bermakna," tambah Sukatno lagi.