Mohon tunggu...
Aryo S Eddyono
Aryo S Eddyono Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti

Mengajar Jurnalistik dan Media Massa di Universitas Bakrie. Meneliti isu-isu pers dan demokrasi, media dan budaya, media alternatif, serta soal konten/jurnalisme warga.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kupang, Dua Hari Beragam Kenikmatan

2 Oktober 2013   15:10 Diperbarui: 24 Februari 2022   12:15 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu komodo di Bandara El Tari, Kupang. (Dok. Aryo)

Mobil memasuki sebuah restoran makan tepat di tepi Teluk Kupang, Subasuka. Restoran ini tertata rapi dan didukung pemandangan Teluk Kupang yang memesona. Kabarnya, tempat ini kerap dijadikan arena "tumpah ludah" alias diskusi atau rapat banyak pihak. Bahkan, sering pula dijadikan lokasi ijab kabul pernikahan bagi pasangan pengantin yang suka dengan suasana tepi laut. Bagi muda-mudi, restoran ini dijadikan tempat memadu kasih.

Sumpah, saya takjub akan kemampuan manajemen memilih lokasi dan mengatur tata letak tempat makan sehingga pengunjung punya banyak pilihan memilih tempat makan yang disukai. Apakah makan di ruang terbuka menghadap pantai atau di ruangan tertutup. Saya sendiri memilih tempat makan di sebuah pendopo yang bersisian dengan laut.

Meski tempat ini bagus, tapi apakah rasa masakannya sebanding? Inilah ceritanya...

Saya pesan sei sapi hotplate,sayur kembang pepaya, nasi putih, dan es kacang hijau. Sei adalah makanan khas penduduk Kupang dan sekitarnya. Sei berupa irisan daging yang dipotong memanjang lalu diasapkan dengan bara api. Daging yang biasanya diasap adalah daging sapi dan babi. Pengasapan adalah metode masyarakat lokal dalam mengawetkan makanan yang sudah dikenal sejak lampau. Lebih jelas soal sei, silakan buka tautan ini.

Sayur kembang pepaya atau kates juga merupakan makanan khas Kupang. Kembang pepaya yang merupakan bakal buah pepaya ini di tumis dengan beragam bumbu. Sementara es kacang hijau adalah campuran kacang hijau yang telah dimasak empuk, santan, dengan es serut yang disirami susu kental manis.

Tak berapa lama, pesanan saya tiba. Apalagi yang ditunggu? Mari makan...

Rasa sei sapi hotplate tak aneh di lidah saya. Bumbunya menyerupai bumbu dendeng sambalado ala Minangkabau tapi tak terlalu pedas. Kekhasannya malah terletak pada rasa daging sei yang dipotong kecil-kecil menyerupai dadu dan tidak digoreng lagi, melainkan langsung ditumis bersama bumbu. Ketika dikunyah tekstur daging masih terasa basah namun tidak keras alias gampang dikunyah. Satu kata: uenaak! 

Begitupun dengan rasa sayur kembang pepaya dan es kacang hijau, saling melengkapi satu sama lain. Sayur kembang pepaya tak pahit di lidah, gurih dengan pedas yang pas.

Sementara itu, rasa es kacang hijau tidaklah terlalu manis, nyaman dilidah. Keindahan alam Teluk Kupang dan kesegaran udara laut semakin bermakna dengan menyantap menu yang saya pilih ini. Rasanya ingin menambah makanan, tapi karena ingat masih ada tantangan menikmati makanan khas Kupang lainnya, saya urungkan niat itu. Kapasitas perut mesti dijaga baik-baik.

Ikan Bakar Ala Kampung Solor

Usai pekerjaan utama tuntas di hari itu, saya melanjutkan misi berburu makanan khas Kupang. Target berikutnya adalah makan di Kampung Solor!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun