Mohon tunggu...
Aryo Darpito
Aryo Darpito Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Fotografer

Haloo! Aku Aryo. Penulis yang suka jalan-jalan sambil foto-foto. Sembari nulis, sembari motret.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kekayaan yang Menguatkan

22 Februari 2024   10:25 Diperbarui: 27 Februari 2024   20:37 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

   Topik dalam hidup berbangsa dan bernegara terus digemakan dalam ruang dialog masyarakat pluralis. Upaya penyadaran bahwa sebagai warga negara dalam 4 pokok pilar kebangsaan adalah cara melihat lagi identitas diri sebagai warga yang menginjak bumi pertiwi Indonesia. 4 pilar kebangsaan itu ialah: 1) Pancasila, 2) UUD 1945, 3) NKRI, dan 4) Bhinneka Tunggal Ika. Dari 4 pilar ini, dapat ditarik 2 hal yang dapat dijadikan catatan, 1) Pencarian (kembali) identitas diri sebagai bangsa dan 2) Usaha melihat dasar hukum, falsafah, serta tujuan bersama yang mempersatukan keberagaman. 

Berikutnya, dalam membangun kembali dan mengembangkan sikap toleran sebagai potensi dalam menjaga kerukunan beragama, ada 5 hal yang diharapkan menjadi alat bantu dalam menemukan sikap yang menunjang hidup beragama di dalam keberagaman.

  • Agama sebagai identitas

Orang terhubung satu sama lain atas dasar kesamaan agama. Keterkaitan atas dasar kesamaan agama menumbuhkan sense of belonging (rasa memiliki) sebagai satu kelompok.

  • Klaim atas kebenaran dan Yang Mahatinggi

Menggerakan dari self-centeredness (keterpusatan diri) ke Reality-centeredness (keterpusatan akan realitas)

  • Agama di dalam keberagaman

Melihat "yang lain" sebagai "yang lain.

  • Proselit kontra toleransi?

Pandangan model dialogal pengayaan satu sama lain.

  • Ketulusan 

Dialog menjadi sarana pertukaran gagasan dengan bebas.

Pluralitas, realitas yang tak terelakkan

   Menjadikan orang lain sebagai pusat adalah buah dari kedalaman iman. Perhitungan bahwa "kebenaran" yang disampaikan tidak memaksa dan menyadari peran hidup bersama, sehingga kita dapat lebih menghargai orang. Dengan begitu, keberbedaan bukan lagi sebuah hal yang perlu menjadi perdebatan, namun menjadikan keberbedaan sebagai kekayaan yang menguatkan antar pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun