Tentu tidak mudah dalam menyatukan persepsi di tanah yang sudah menganut keyakinan lokal pada awalnya. Namun dengan niat murni dari para misionaris dan misi yang humanis, yang pada pelaksanaannya tidak mengakibatkan sebuah konflik yang cukup berarti dan dapat menyatukan dari budaya setempat dengan kekatolikan yang dibawa oleh para misionaris inilah yang berlanjut pada perkembangan pesat Katolik di tanah Jawa.
Relasi yang sederhana dari para masyarakat tanah Jawa perlu kita pelajari. Kearifan budaya lokal dan kentalnya tradisi yang positif ini patut kita teladani. Misalnya, berdasarkan pengalaman penulis pada saat menghadiri ibadat di lingkungan, disitu diperlihatkan kebersamaan yang sangat terasa dan partisipasi aktif dalam mengikuti rangkaian ibadat menunjukkan bagaimana masyarakat menaruh penghormatan tidak hanya tatanan ibadatnya, tetapi juga warga yang dapat meluangkan waktunya dan berjalan cukup jauh untuk menghadiri ibadat lingkungan. Ruang dialog menjadi fokus utama tiap kali selesai ibadat. Inilah yang jadi ajang untuk mempererat relasi sederhana dalam rangka menyatukan persepsi dan komunikasi yang pluralistik.
Walau sudah berada dalam tahun teknologi, tradisi yang bisa dibilang 'kuno' dan tidak relevan di zaman sekarang tetap terjaga. Ini menunjukkan bahwa postmodernis tidak menjadi pengaruh besar terhadap kontinuitas tradisi. Hal ini juga memperlihatkan bagaimana komunikasi yang terjalin dengan amat baik dari tiap individu.
Katolik-Jawa : Sebuah refleksi
Pluralitas yang sudah mendarah daging di masyarakat Indonesia ini menjadi salah satu keunggulan dalam kancah internasional. Bukan karena menonjolnya suatu agama atau identitas tertentu yang dapat membuat unggul, namun dalam agama, kebersamaan yang dapat menyatukan persepsi dan komunikasi inilah yang menjadi keunggulan tersendiri bagi Indonesia.
Akhirnya, inkulturasi dalam menyatukan dua perspektif berbeda ini memiliki sifat berkelanjutan. Maksudnya, untuk keberlangsungan keberagaman dan tradisi dari tiap daerah di masa yang akan datang adalah kerja bersama dan kesadaran tiap individu sebagai bagian dari masyarakat yang pluralis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI