Iblis telah menjelma sebagai malaikat terang
Pada kepala, kedua kaki, dan kedua tangan yang bertumpuh di pinggang
Terbentuk sebuah pola.
Kesempurnaan yang mengalir dalam darah
Menopang dan memikul sang Ratu muslihat
Menerobos lautan bahkan samudra
satu di antaranya adalah kunci
Kunci yang akan membuka pintu kebebasan
Melawan dengan wajah berselimut topeng
Pada zaman kehancuran dan darah berserakan
Kuasa kegelapan mungkin berakhir
Melalui tangan si penjelma yang datang kemudian
Meski dengan tanduk kekejaman
Dia membuka kisah baru kehidupan
Tanda pun berakhir pada lukisan mawar merah
Dalam genggaman perempuan cantik
Yang melekat di lemari berbentuk trapesium
Gerhana bulan akan datang memberi petunjuk
Berkisah tentang kegelapan pada hari ke-6
Dan siang pendek pada hari setelahnya
Malam lebih cepat menjemputnya
Waspadalah pada hari cerah yang akan datang
Pada cahaya gemilang dan penuh kehangatan
Pada kenyamanan dan kecerahan, bahkan kesejukan
Hari itu membawa pemusnahan
Kala mendengar suara burung Merak dan Singa yang meraung
Mereka bukan sedang ketakutan
Tapi sedang memberi isyarat
Kini, Jangan kau bakar tubuhmu untuk menjadi abu
Mungkin suatu saat kau bisa dibentuk kembali secara utuh
Melalui daging, bulu, dan tulang tubuhmu
Cacing pun mungkin akan punya mata tuk melihat
Mereka tak lagi sekedar merasakan cahaya
Tapi juga melihatnya
Ini bukan puisi, hanya kata-kata yang mengalir apa adanya
Jogja, 00.00 (Malam itu)