Mohon tunggu...
Ary Gunawan
Ary Gunawan Mohon Tunggu... Guru - Penikmat Buku, Pecinta Robotika, dan Pemerhati Pendidikan

Guru IPA SMP Muhammadiyah 3 Depok, Founder TATAP MAYA dan Penggerak @belajaripa.id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Growth Mindset dalam Pengembangan Program dan Kurikulum Sekolah melalui Penguatan Karakter dan Nilai

14 Desember 2024   15:16 Diperbarui: 14 Desember 2024   15:16 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam era yang penuh dengan perubahan dan tantangan, pendidikan tidak hanya bertugas untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga menjadi sarana untuk membentuk karakter dan nilai. Salah satu pendekatan yang semakin relevan adalah penerapan growth mindset dalam pengembangan program dan kurikulum sekolah. Konsep growth mindset, yang pertama kali diperkenalkan oleh Carol Dweck, menekankan bahwa kemampuan dan kecerdasan bukanlah hal yang tetap, melainkan dapat dikembangkan melalui usaha, belajar, dan ketekunan. Dalam konteks sekolah, penerapan growth mindset dapat menjadi fondasi yang kuat untuk memperkuat karakter siswa dan menanamkan nilai-nilai luhur.

Growth Mindset: Landasan Penguatan Karakter

Salah satu aspek penting dari growth mindset adalah keyakinan bahwa kesalahan dan kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan peluang untuk belajar. Dalam pembelajaran berbasis growth mindset, siswa diajarkan untuk menghadapi tantangan dengan sikap positif dan pantang menyerah. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin dapat ditanamkan melalui proses pembelajaran ini.

Misalnya, dalam proses pengembangan kurikulum, guru dapat mendesain kegiatan yang mendorong siswa untuk mencoba hal-hal baru tanpa takut salah. Proyek berbasis masalah (problem-based learning) atau pembelajaran kolaboratif dapat menjadi sarana untuk melatih siswa berpikir kritis, bekerja sama, dan mengatasi hambatan. Ketika siswa menghadapi kesulitan, guru dapat memberikan umpan balik yang konstruktif dan menekankan pentingnya usaha daripada hasil semata.

Integrasi Growth Mindset dalam Program Sekolah

Untuk menjadikan growth mindset sebagai bagian integral dari program sekolah, pendekatan ini harus tercermin dalam semua aspek pendidikan, mulai dari kurikulum hingga budaya sekolah. Beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan antara lain:

  1. Penyusunan Kurikulum yang Fleksibel. Kurikulum harus dirancang untuk memberikan ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi minat mereka dan berkembang sesuai dengan kecepatan masing-masing. Pembelajaran berbasis proyek atau tugas-tugas kreatif dapat menjadi bagian dari kurikulum untuk mendorong eksplorasi dan inovasi.

  2. Pelatihan Guru. Guru memegang peran kunci dalam menanamkan growth mindset. Melalui pelatihan, guru dapat memahami cara memberikan umpan balik yang membangun, menciptakan lingkungan kelas yang aman secara emosional, dan mendorong siswa untuk berani mengambil risiko dalam belajar.

  3. Program Ekstrakurikuler. Aktivitas di luar kelas, seperti olahraga, seni, dan debat, dapat menjadi medium yang efektif untuk mengajarkan nilai-nilai growth mindset. Siswa belajar tentang kerja keras, ketekunan, dan bagaimana menghadapi kegagalan sebagai bagian dari proses.

  4. Penilaian yang Berbasis Proses. Penilaian tidak hanya fokus pada hasil akhir, tetapi juga pada proses belajar. Dengan demikian, siswa lebih termotivasi untuk berusaha keras dan belajar dari kesalahan.

Growth Mindset sebagai Penguatan Nilai Luhur

Dalam konteks pendidikan berbasis karakter, growth mindset juga dapat menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai spiritual dan moral. Misalnya, keyakinan bahwa usaha dan kerja keras akan membuahkan hasil sejalan dengan ajaran bahwa manusia harus berusaha maksimal, sementara hasil akhir adalah ketentuan Tuhan. Siswa diajarkan untuk bersyukur atas proses belajar dan tidak mudah menyerah pada keadaan.

Selain itu, konsep ini juga mendorong pengembangan sikap saling menghargai dan empati. Dalam lingkungan sekolah yang menerapkan growth mindset, keberagaman kemampuan siswa dilihat sebagai kekayaan, bukan sebagai hambatan. Semua siswa dihargai atas usaha dan kontribusinya, tanpa membanding-bandingkan pencapaian secara berlebihan.

Tantangan dan Solusi

Menerapkan growth mindset dalam program dan kurikulum tentu memiliki tantangan tersendiri. Salah satunya adalah resistensi dari siswa, orang tua, atau bahkan guru yang sudah terbiasa dengan pola pikir tetap (fixed mindset). Untuk mengatasi hal ini, diperlukan komunikasi yang efektif dan konsisten. Sekolah juga perlu memberikan contoh nyata dari manfaat growth mindset, baik melalui cerita inspiratif, hasil belajar siswa, maupun perubahan nyata dalam budaya sekolah.

Penerapan growth mindset dalam pengembangan program dan kurikulum sekolah merupakan investasi jangka panjang dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara karakter. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai positif, seperti ketekunan, tanggung jawab, dan rasa syukur, growth mindset dapat membantu siswa menghadapi masa depan dengan percaya diri dan optimisme. Melalui langkah-langkah strategis dan komitmen bersama, sekolah dapat menjadi pusat pembelajaran yang memerdekakan potensi setiap individu sekaligus menanamkan nilai-nilai luhur yang menjadi bekal hidup mereka.

(Diolah dari berbagai sumber webinar maupun refleksi hasil pencarian dari dunia maya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun