Mohon tunggu...
Ary Gunawan
Ary Gunawan Mohon Tunggu... Guru - Penikmat Buku, Pecinta Robotika, dan Pemerhati Pendidikan

Guru IPA SMP Muhammadiyah 3 Depok, Founder TATAP MAYA dan Penggerak @belajaripa.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merindukan Zaman Perangko

3 April 2016   21:08 Diperbarui: 3 April 2016   21:39 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Filateli, Mendokumentasikan Sejarah dengan Perangko (sumber: posindonesia.co.id)"][/caption]

Perkembangan zaman dan informasi berbasis internet telah mengubah pola interaksi dan komunikasi manusia. Dahulu, orang berkomunikasi jarak jauh dengan perantara surat. Ada sensasi tersendiri menunggu surat terkirim dan menunggu sekian waktu kembali balasan diterima. Surat di kala itu merupakan hal yang sangat “bernilai”. Sebuah media komunikasi yang teramat istimewa di zamannya.

Zaman kini telah berubah. Jasa pengiriman surat, khususnya surat pribadi mulai terpinggirkan. Jumlah transaksi pengiriman surat di kantor pos semakin menurun. Tidak etis jika mengkambinghitamkan perkembangan teknologi komunikasi yang menyebabkan semuanya terjadi. Namun, faktanya demikian. Era kejayaan pos dan jasa pengiriman surat mungkin sudah berakhir.

Surat

Surat merupakan media komunikasi untuk menyampaikan pesan. Surat sudah ada sejak zaman dahulu hingga kini dengan beragam bentuk dan jenisnya. Surat sudah menjadi bagian dari sejarah penting peradaban manusia. Dalam pelajaran sejarah, dimensi waktu antara sejarah dan prasejarah adalah dengan ditemukannya tulisan. Secara jelas bahwa tulisan (benda) dan menulis (proses) merupakan bagian penting yang saling terkait dalam kehidupan. Sejarah pun mencatat berbagai tulisan (dalam bentuk surat) sebagai bukti dan dokumen sejarah.

Menulis surat sesunguhnya bukanlah hal yang mudah. Beberapa kemampuan berpikir secara terintegrasi diperlukan untuk mendapatkan tulisan (baca: surat) yang bagus dan bermakna. Aspek pengetahuan, tata bahasa, pemilihan kata hingga kemampuan menggoreskan pena mutlak diperlukan.

Keterampilan menulis ini merupakan salah satu kompetensi penting yang wajib dikuasai. Menulis merupakan bagian dari komunikasi tidak langsung (non-lisan). Dalam pelajaran bahasa aspek menulis memiliki porsi yang cukup besar. Urgensi menulis menjadi hal penting yang perlu ditumbuhkembangkan, tidak hanya pada pelajar atau mahasiswa tetapi juga pada guru dan dosen serta masyarakat pada umumya.

Perangko

Salah satu bagian penting dalam penulisan surat adalah perangko. Surat harus dibubuhi perangko ketika dikirim melaui kantor pos. Perangko ini sebagai biaya pengiriman yang nilainya berbeda-beda tergantung tujuan pengiriman dan lamanya pengiriman.

Beragamnya perangko dengan berbagai gambar dan bentuk melahirkan keunikan tersendiri. Berbagai negara mengeluarkan seri perangko berbeda-beda. Karena keunikan dan kekhasannya inilah muncul hobi mengoleksi dan mengumpulkan perangko yang dikenal dengan filateli. Komunitas hobi ini cukup berkembang di berbagai tempat dan menjadikan kantor pos sebagai pusat interaksi dan sosialisasi.

Tepat setiap tanggal 29 Maret diperingati sebagai Hari Filateli Indonesia. Hari yang cukup bersejarah bagi para penghobi mengumpulkan perangko. Sebuah hobi yang diberikan hari khusus untuk diperingati. Tentunya bukan hal biasa yang terjadi. Berkirim surat dan mengumpulkan perangko merupakan dua hal yang berbeda tetapi dalam satu rangkaian. Keduanya merupakan bagian penting sejarah komunikasi manusia.

Kondisi Bergeser

Kebutuhan akan komunikasi yang cepat dan instan mengganggu eksistensi berkirim surat tradisional. Surat-menyurat bergeser ke tradisi elektronik menggunakan faksimile ataupun surat elektronik (email) bahkan pesan singkat via handphone atau aplikasi chatting. Peran kantor pos sebagai penyampai pesan secara tidak langsung tergantikan oleh komputer dan telepon.

Pertumbuhan perangko dan aktivitas komunitas filateli pun berkurang secara signifikan. Menurunnya transaksi surat-menyurat secara tidak langsung mengurangi pertumbuhan desain dan lahirnya perangko baru. Mendidik kesabaran dengan berkirim surat dan menunggu balasan sudah tidak zamannya lagi. Hubungan komunikasi serba cepat dan kilat melalui perangkat handhphone  dan internet. Sensasi kebatinan dikala berkirim surat di masa lalu sudah susah kita temukan lagi. Era surat pembaca dan sahabat pena mungkin akan menjadi kenangan sejarah.

Refleksi

Dunia pos menunjukkan kedewasaannya. Pos tidak pernah menyalahkan perubahan keadaan dan digitalisasi komunikasi. Jelas, secara nyata peran pos mulai tergantikan tetapi mereka mulai menyesuaikan keadaan. Komunitas filateli pun menjadi sangat eksklusif dan tidak terpengaruh keadaan. Perangko memang yang menyatukan mereka tetapi kegiatan mereka tidak terkurung soal perangko semata, lebih jauh dari itu. Kegiatan sosial dan hiburan bisa dilakukan dengan sangat dinamis oleh filatelis. Kebermanfaatan lahirnya komunitas ini tentu akan dicetak dalam tinta emas sejarah komunikasi manusia. Selamat Hari Filateli Indonesia, teruslah mendokumentasikan sejarah melalui perangko!

 

Ditulis di Jogjakarta, Akhir Maret 2016
*sempat dikirim ke media cetak tapi belum lolos tayang

Ary Gunawan | Guru blogger | @arygoen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun