Mohon tunggu...
Ary Ginanjar
Ary Ginanjar Mohon Tunggu... CEO ESQ Groups dan ESQ Leadership Center -

Ary Ginanjar Agustian Pendiri Lembaga Training ESQ, ACT Consulting, Assessment Center, ESQ Bussiness School, ESQ Tours and Travel. Menara 165

Selanjutnya

Tutup

Money

Loyalitas dan Integritas Kunci Sukses Perusahaan

2 Juni 2014   23:30 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:47 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah nyata tentang Loyalitas dan Integritas sebagai kunci sukses perusahaan.Pada [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="integritas"][/caption] Mei 2000, tagihan telepon di kantor pemasaran PT Agung Persada melonjak hingga Rp 15 juta. Kemudian, bagian keuangan memeriksa setiap nomor telepon yang dituju, khususnya interlokal. Hasilnya, Rp 8 juta rupiah adalah biaya telepon interlokal ke daerah yang tidak memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan, apalagi kemitraan dengan daerah tersebut. Lalu, manajer SDM mengumpulkan seluruh karyawannya, serta meminta mereka yang telah melakukan“pencurian”pulsa telepon interlokal tersebut untuk keperluan pribadi, agar segera mengakui perbuatannya. Jika tidak, staf SDM akan cek langsung ke nomor telepon yang bersangkutan hingga dapat diketahui siapa para pencuri pulsa tersebut.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa hampir 40% karyawan telah melakukan kecurangan. Padahal, menurut bagian keuangan, uang tersebut seharusnya akan dibagikan kepada seluruh karyawan sebagai bonus bulanan, yang terpaksa harus dibatalkan. Manajer SDM kemudian mengeluarkan surat peringatan resmi kepada karyawan yang terkait langsung dengan kasus ini, dengan maksud agar mereka tidak mengulangi perbuatan itu lagi.

Setelah satu bulan berjalan, tagihan telepon bulan Juni ternyata hanya turun Rp1 juta. Sang manajer kehabisan akal, lalu ia ceritakan hal itu kepada pimpinan perusahaan. Semua karyawan pun di kumpulkan. Pimpinan perusahaan tidak menegur mereka, namun sebaliknya mengucapkan terima kasih karena perusahaan menjadi sangat terbantu dengan penghematan sebesar satu juta rupiah. Sang pimpinan berkata, “Kami percaya bahwa perusahaan telah memilih karyawan-karyawan terbaik yang bisa dipercaya. Saya katakan sejujurnya bahwa saya bangga atas kinerja Anda semua. Saya tidak yakin kalau pulsa telepon bisa melonjak akibat dari kelakuan Anda. Saya percaya kepada Anda karena saya yakin Anda semua meyakini bahwa malaikat mencatat semua tindakan kita.” Itulah kalimat terakhir yang ia katakan. Satu bulan setelah itu, diperoleh laporan mencengangkan. Tagihan telepon bulan berikutnya, hanya menjadi Rp 7 juta, berarti terjadi penghematan Rp 8 juta ! Padahal, biasanya tagihan telepon adalah Rp10 juta. Ternyata, dorongan emosi dan spiritualitas bekerja lebih efektif dibandingkan sebuah teguran. Saya akan memberikan sebuah contoh tentang kepercayaan dan integritas di Amerika Serikat. Sebuah lembaga bernama Ethnic Officers Association memprakarsai survei terhadap 1.300 pekerja di semua jenjang di perusahaan-perusahaan Amerika. Yang mereka temukan ternyata sangat mengejutkan, sekitar separuhnya mengaku terlibat dalam praktik-praktik bisnis yang tidak etis dan tidak jujur. Mulai dari hal-hal kecil, seperti mencuri kertas dan pensil, berbohong pada atasan, sampai pembajakan hak cipta. Kedua contoh di atas kiranya bisa melukiskan bahwa masih banyak orang yang melakukan kejahatan kecil apabila memiliki kesempatan dan tidak terlihat oleh orang lain. Mereka umumnya menganggap, hal itu tidak akan diketahui oleh atasan mereka, serta menganggap pelanggaran-pelanggaran etika itu adalah hal yang biasa. Padahal, itu menyangkut sesuatu yang serius, yakni integritas dan kepercayaan. Itu terjadi karena pengaruh prinsip-prinsip hidup yang dianut, seperti prinsip bekerja untuk mencari uang semata dan untuk dinilai oleh atasan. (bersambung ) by : aryginanjar.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun