Jika Anda percaya bahwa pertarungan untuk menggapai puncak kekuasaan nasional pada Pemilu 2024 akan melibatkan beberapa tokoh muda, sebagaimana disebut sejumlah lembaga survei, maka menarik memperhatikan pemilihan ketua umum Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) dalam musyawarah nasional (Munas) di Bali, Kamis (15/11) - Minggu (17/11).
Munas Kagama yang dibuka Presiden Jokowi tersebut telah memilih Ganjar Pranowo sebagai ketua umum untuk periode 2019-2024. Ini adalah periode kedua gubernur Jawa Tengah itu memimpin Kagama. Sebelumnya dia dipilih dalam Munas Kendari 2014. Seperti halnya Munas Kendari, dalam Munas Bali kali ini Ganjar terpilih secara aklamasi.
Sebagai organisasi paguyuban, memilih ketua umum secara aklamasi sudah menjadi tradisi. Meskipun demikian, terpilihnya kembali Ganjar Pranowo dalam Munas Bali menggoreskan sejarah tersendiri bagi Kagama: baru kali ini dalam memilih ketua umum, terjadi perang opini, pergerakan tim sukses, dan pengerahan massa serius.
Sebagaimana dilaporkan Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta (Jumat, 15/11) dan beberapa koran Bali, menjelang dibukanya Munas, beredar beberapa nama calon ketua umum di kalangan peserta Munas. Mereka adalah Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta, Airlangga Hartarto Menko Prekonomian, Budi Karya Sumadi Menteri Perhubungan, Basuki Hadimulyono Menteri PUPR, Anwar Sanusi Sekjen Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal, serta Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah.
Dari enam nama tersebut, tiga nama sering disebut-sebut sebagai calon presiden pada Pemilu 2024: Anies, Airlangga, dan Ganjar.
Tak disangsikan lagi, nama Anies sering disebut sebagai calon presiden paling layak untuk bertarung pada Pemilu 2024. Meski bukan orang partai politik, tetapi Anies sudah digadang-gadang PKS dan Nasdem. Airlangga tentu saja bisa maju menjadi calon presiden karena dia ketua umum Partai Golkar yang meraih kursi terbanyak ketiga di DPR. Sedangkan Ganjar adalah kader PDIP yang paling menonjol di antara tokoh-tokoh muda PDIP karena kinerja sebagai gubernur yang mencorong.
Ganjar sebetulnya tidak berminat untuk memimpin Kagama kembali. Dia selalu bilang, "Gantianlah," jika diminta untuk maju kembali. Namun situasinya menjadi berubah sekitar sebulan menjelang Munas. Saat itu beredar pesan WA yang mengabarkan adanya gerakan orang-orang Anies untuk meraih kursi ketua umum Kagama. Pesan WA yang sempat viral di kalangan alumni UGM itu rupanya membangkitkan semangat untuk menghadang Anies. Di sinilah nama Airlangga, Budi Karya, dan Ganjar jadi pilihan.
Kawan-kawan Airlangga di Fakultas Teknik merespon dengan cepat tawaran untuk maju. Namun posisinya sebagai Ketua Partai Golkar jadi penghambat. Banyak pengurus Kagama Daerah, Kagama Fakutlas dan Kagama Komunitas --yang memiliki suara untuk memilih ketua umum-- menolak karena khawatir Kagama akan jadi kendaraan politik Airlangga. Dengan alasan lain, seperti agar konsentrasi menjadi menteri, nama Budi Karya juga tidak laku di kalangan Kagama Daerah, Fakultas, dan Komunitas.
Maka bujuk rayu pun diarahkan ke Ganjar agar mau dicalonkan kembali. Bukan tanpa alasan jika Ganjar diminta memimpin kembali Kagama. Sebab, di bawah kepemimpinannyalah Kagama bergairah kembali. Ganjar tidak hanya dinilai berhasil menjalankan program organasisasi yang diamanatkan Munas Kendari, tetapi juga dianggap rajin menyapa dan menyambangi anggota dan pengurus Kagama yang tersebar di berbagai penjuru daerah. Ganjar juga rajin menghadiri kegiatan di kampus.
Meski demikian, bukan berarti pencalonan Ganjar berjalan mulus. Sehari sebelum pemilihan politisi Partai Demokrat Andi Arif menyerang Ganjar melalui akun twitternya sebagai alumni UGM yang rakus kekuasaan. Cuitan Andi Arief ini sebetulnya sebagai pertanda bahwa pencalonan Anies berjalan terus. Anis memang tidak hadir dalam Munas, namun kawan-kawannya terus bergerak untuk menghambat pencalonan Ganjar. Targetnya: Ganjar mundur dari pencalonan.
Namun gerakan kawan-kawan Anis tersebut justru semakin mengukuhkan pencalonan Ganjar, sehingga pada saat pimpinan sidang pemilihan ketua umum meminta agar peserta mengajukan nama-nama calon, nama Anis tidak tersebut. Selain nama Ganjar, tersebut nama Budi Karya dan Anwar Sanusi. Namun keduanya menyadari, hampir semua peserta Munas yang memiliki hak suara akan memilih Ganjar, maka keduanya pun mengundurkan diri, sehingga Ganjar terpilih secara aklamasi.