Mohon tunggu...
Arya PutraWisnuwardhana
Arya PutraWisnuwardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 21107030141

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 21107030141

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Susi Susanti: Love All" Kisahkan Perjalanan Karir Legenda Atlet Bulutangkis Indonesia

24 Maret 2022   23:40 Diperbarui: 27 Maret 2022   19:20 2515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pon.antaranews.com

Film Susi Susanti: Love All merupakan film Indonesia yang mengisahkan perjalanan karir atlet bulu tangkis tunggal putri Indonesia yaitu Susi Susanti, yang meraih medali olimpiade pertama untuk Indonesia. Film yang diproduksi oleh Damn! I love Indonesia Movies, bekerja sama dengan Oreima Films dan East West Synergy yang diproduseri oleh Daniel Mananta dan Reza Hidayat. 

Film Susi Susanti: Love All merupakan film debutan Sim F sebagai sutradara film panjang, bersama Daniel Mananta sebagai produser dalam film Susi Susanti: Love All. Film ini dibintangi oleh Laura Basuki sebagai tokoh utama Susi Susanti dan Dion Wiyoko sebagai pemeran Alan Budikusuma, serta masih banyak pemeran lainnya.

Dalam penayangan film Susi Susanti: Love All, penonton diajak untuk menyaksikan perjuangan atlet bulutangkis Indonesia saat itu, yang dimana saat itu gejolak politik sudah memasuki ranah olahraga bulutangkis Indonesia. Dengan penampilan epik dari para pemeran dan juga sinematografi yang keren, membuat penonton serasa melihat perjuangan dan pertandingan bulutangkis zaman dahulu. 

Dalam film ini tidak hanya mengangkat cerita tentang olahraga bulu tangkis kala itu saja, akan tetapi juga menceritakan tentang gejolak batin seorang atlet saat itu. Bahkan di film ini pun juga menyinggung gejolak politik di era orde baru tentang status kewarganegaraan warga Tionghoa di Indonesia. Banyaknya cerita yang diangkat di film ini, menjadikan film Susi Susanti: Love All mendapatkan penilaian yang baik dari para penontonnya.

Kisah di film Susi Susanti: Love All, yang diceritakan tentang perjalanan karir seorang atlet bulutangkis yang dibarengi dengan gejolak politik yang sulit saat itu, berhasil dibuat dengan jalan cerita yang bagus dan menarik. 

Para penonton pun merasa sangat menikmati alur cerita yang baik di film Susi Susanti: Love All. Kisah di film ini diawali dengan seorang Susi Susanti yang saat itu berumur 14 tahun, yang tinggal di Tasikmalaya sedang mengikuti perlombaan sebuah festival.

Susi Susanti saat itu sedang akan mengikuti lomba balet karena diajak oleh ibunya. Akan tetapi Susi sebenarnya tidak ingin menjadi seorang ballerina. 

Keinginan Susi Susanti adalah menjadi atlet bulutangkis, yang kemudian ketika Susi akan tampil dalam lomba balet pun kemudian dia melarikan diri ketika mengetahui ada perlombaan bulutangkis. Susi yang melihat lomba bulutangkis pun sangat ingin mengikutinya, akan tetapi yang berlomba malah adik laki-laki Susi. 

Kemudian singkat cerita adiknya pun kalah pada lomba tersebut, yang kemudian ingin dibalaskan oleh Susi dengan pertandingan bulutangkis. Ibunya yang mengetahui hal tersebut pun melarang Susi untuk tidak berlomba bulutangkis.

Kemudian Susi pun menuruti apa kata ibunya, yang kemudian keluarga Susi pun seperti direndahkan oleh lawan bulutangkis Susi. Ibu Susi yang mengetahui hal itu pun kemudian mengizinkan Susi untuk bermain bulutangkis melawan orang tersebut. 

Singkat cerita Susi pun brhasil mengalahkan jawara bulutangkis asal Bandung tersebut, yang kemudian kemenangan Susi tersebut membuat PB. Jaya Raya yang dimiliki oleh legenda bulutangkis putra Indonesia yaitu Rudi Hartono di Jakarta, menawarkan Susi untuk trial disana. Kemudian orang tua Susi yang mengetahui tawaran tersebut pun mengizinkan Susi untuk trial di PB. Jaya Raya Jakarta.

Keesokan harinya Susi pun berangkat ke Jakarta untuk trial di PB. Jaya Raya. Kemudian di kantor Letjen Try Sutrisno, Bapak Siregar selaku Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia yang diperankan oleh Lukman Sardi pun, didatangi oleh Letjen Try Sutrisno dan diberitahu tentang kondisi bulutangkis Indonesia yang belum meraih juara. 

Akan tetapi tuntuan yang diberikan oleh pemerintah pun dibantah oleh bapak Siregar, karena kondisi bulutangkis di Indonesia saat ini menurun karena kondisi sistem yang tidak mendukung dari pemerintah. Pasalnya untuk mewujudkan impian dan tuntutan dari pemerintah Indonesia sendiri cukup susah, karena atlet bulutangkis Indonesia tidak diperkuat oleh pelatih mereka yang berada di China. 

Pelatih atlet bulu tangkis Indonesia yang berada di China memiliki pengalaman yang banyak untuk bulu tangkis Indonesia, akan tetapi terhalang oleh sulitnya ststus kewarganegaraan mereka.

Singkat cerita kedua pelatih Indonesia yang berada di China pun tiba di Indonesia yaitu Tong Sin Fu dan Liang Chiu Sa, yang dimana mereka adalah mantan atlet Tiongkok yang berasal dari Indonesia, dan harus bermain untuk timnas Tiongkok karena status kearganegaraannya yang tidak jelas di Indonesia. 

Singkat cerita Susi yang merasa lelah karena kerasnya latihan bulutangkis, didatangi oleh ayahnya. Kemudian Susi pun diberitahu ayahnya jika dirinya menyerah saat itu juga maka, semua impiannya akan sirna dan Susi pun harus bangkit serta semangat untuk meraih impiannya sebagai pebulutangkis. Saat itu Susi pun berjanji kepada ayahnya jika dia akan membawakan medali olimpiade pertama untuk Indonesia.

Kemudian setelah kepelatihan Susi yang panjang, akhirnya Susi pun berhasil mendapatkan banyak kejuaraan dunia di tingkat junior bersama teman seangkatannya yaitu Ardy B. Wiranata. 

Kemudian Susi pun direkrut untuk mengikuti latihan bersama atlet senior bulutangkis Indonesia di Pelatnas bulutangkis. Kemudian di pelatnas, Susi dikenalkan dengan sistem kepelatihan oleh Sarwendah seniornya, dan dia pun dikenalkan dengan atlet tunggal putra Alan Budikusuma. Pada momen inilah Susi mulai memiliki perasaan kepada Alan Budikusuma. 

Kemudian pada rapat pelatih bulutangkis Indonesia dengan Letjen Sutrisno dan bapak Siregar, membahas tentang diadakannya pertandingan Sudirman Cup untuk pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1989. Event itu diadakan karena prestasi bulutangkis Indonesia yang sudah mendunia. Bahkan event tersebut pun diadakan setiap dua tahun sekali hingga sekarang.

Sumber: wartakota.tribunnews.com
Sumber: wartakota.tribunnews.com

Hubungan asmara Susi dengan Alan pun semakin dekat, ditambah mereka pun mendapatkan porsi dan waktu latihan bersama. Sehingga mereka pun saling mengenal lebih dekat satu sama lain. Melihat kedekatan mereka, pelatih Liang Chiu Sa pun memperingatkan Susi untuk tidak berlebihan dalam menajalani hubungan asmara. Hal itu dikarenakan Liung Chiu Sa perlu Susi untuk bertanding di Sudirman Cup sebagai tunggal putri.

Singkat cerita Sudirman Cup pun dimulai dan Susi Susanti sebagai tunggal putri pun melaju ke babak final tunggal putri berhadapan dengan Lee Young Suk asal Korea Selatan. Susi pun tampil heroik dengan bermain tiga set, yang mana di set kedua Susi tertinggal poin jauh dan berhasil mengejar ketertinggalan dan mengalahkannya. Penonton Indonesia yang awalnya mengira Susi akan kalah pun akhirnya merasa saat ini Susi sudah siap juara. 

Akhirnya Susi pun berhasil mengalahkan tunggal putri Korsel dan berhasil membawakan juara untuk Indonesia di Sudirman Cup. Setelah itu Indonesia pun selalu meraih banyak kejuaraan di bulutangkis open di dunia, hingga pada akhirnya pun banyak publik yang menganggap Alan dan Susi adalah pasangan juara bulutangkis Indonesia.

Kekalahan Indonesia melawan Malaysia di ajang Thomas Cup tahun 1992 dianggap sebagai modal buruk Indonesia menjelang Olimpiade di Barcelona. Bahkan kekalahan partai Thomas pun dianggap disebabkan karena hubungan asmara antara Alan dan Susi. Tetapi hal itu disanggah oleh Letjen Sutrisno yang mengatakan bahwa pada saat itu Malaysia bermain lebih baik daripada Indonesia.

Sumber: pon.antaranews.com
Sumber: pon.antaranews.com

Singkat cerita, ajang olimpiade Barcelona pun sudah dimulai dan Indonesia banyak mengirim perwakilannya di final. Bahkan final tunggal putra saat itu adalah "All Indonesian Final" antara Alan melawan Ardhy B. Wiranata, sedangkan Susi melawan tunggal Korsel yaitu Bang Soo Hyun. 

Susi pun mendapatkan perlawanan sengit dari Korsel dengan 3 set pertandingan. Susi pun berhasil mengalahkan Bang Soo Hyun di Olimpiade Barcelona sekaligus membawakan emas pertama untuk Indonesia di ajang Olimpiade. Untuk partai tunggal putra pun dimenangkan oleh Alan Budikusuma, sehingga hal ini membuktikan bahwa mereka adalah pasangan bulutangkis yang hebat.

Singkat cerita setelah bulutangkis Indonesia mendapatkan banyak kejuaraan, Susi yang berniat untuk menikah dengan Alan pun, merasa mendapatkan kesulitan. Hal itu karena bukti kewarganegaraan Susi belum mendapatkan kepastian. Bahkan hal ini pun berdampak pada persiapan Olimpiade Atalanta 1996, yang dimana Susi memerlukan kewarganegaraan untuk diakui sebagai warga negara Indonesia yang juara. 

Pada olimpiade Atalanta pun Susi hanya bisa meraih medali perunggu, sedangkan Bang Soo Hyun yang dikalahkan oleh Susi di Olimpiade Barcelona pun berhasil meraih emas di Olimpiade Atalanta.

Isu tentang adanya kerusuhan di wilayah Indonesia pun semakin menguat kala itu, akan tetapi di lain sisi, Susi pun bisa melangsungkan pernikahannya dengan Alan di tahun 1995. Kerusuhan yang terjadi di Indonesia pun sudah diketahui oleh warga dunia. Bahkan pada tahun 1998 bertepatan dengan ajang Thomas-Uber di Hong Kong, banyak warga Hong Kong yang melempari bus dari atlet Indonesia. 

Merasa keluarga di Indonesia saat itu tidak aman, membuat mental pemain Indonesia menurun. Bahkan ada beberapa atlet yang ingin mundur dari ajang tersebut. Akan tetapi Susi tetap pantang menyerah, walaupun kondisi negara dan keluarga yang sedang masalah, tidak membuatnya menyerah dalam memperjuangkan kemenangan Indonesia.

Singkat cerita, kerusuhan di Indonesia pun sudah cukup mereda semenjak mundurnya Presiden dari jabatannya. Bahkan hal tersebut bisa dikatakan sebagai angin segar baik untuk Indonesia maupun warga etnis Tionghoa saat itu. 

Kemudian film pun ditutup dengan adegan dimana Susi memutuskan untuk gantung raket, setelah dirinya mengandung seorang anak. Dengan pensiunnya Susi sebagai pebulutangkis Indonesia, ia pun dikenal sebagai legenda bulutangkis Indonesia hingga saat ini, karena perjuangannya ketika mengharumkan nama bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun