Mohon tunggu...
arya wijaya
arya wijaya Mohon Tunggu... -

Seorang lelaki tulen, baik siang maupun malam, yang numpang lahir di Bali. Mengisi masa batita, balita, anak-anak hingga remaja di Malang, Jawa Timur. Lalu melakukan perjalanan ke barat guna menimba ilmu material dan ilmu kehidupan di sebuah kampus di Ngayogyokarto. Tiga tahun terakhir menyambung hidup berkeliaran di hutan-hutan di Kalimantan Tiimur. Tulisan pertama ditulis lebih dari 20 tahun silam dengan judul "Ini Budi". Ingin belajar menulis yang renyah, gurih, dan mengalir. Anda bisa bantu saya, kan?

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Aku Traveling Maka Aku Ada

31 Desember 2009   03:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:42 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata orang jurnalis dan diplomat adalah jenis pekerjaan yang menjanjikan perjalanan ke pelosok negeri dan manca. Apa iya sih? Anggapan itu barangkali ada benarnya. Dulu sih! Namun, seiring waktu, sekarang hampir semua jenis pekerjaan memungkinkan kita untuk meninggalkan meja kantor berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.

Coba tengok cerita Mbak Trinity di naked-traveler.com atau versi bukunya “The Naked Traveler”. Si Mbak yang mengaku cuma pegawai kantoran biasa sudah bisa traveling ke berbagai belahan dunia. Obsesi Agustinus Wibowo berkeliling dunia punya kisah menarik yang rutin ditulisnya untuk rubrik travel story di KOMPAS .COM. Padahal ia cuma seorang mahasiswa asal Lamongan yang sedang kuliah di Cina.

Petualangan Andrea Hirata sebagai backpacker berkeliling Eropa dan Afrika dikisahkan secara dramatis dalam “Edensor”. Atau yang lebih seru nan kocak kisah si Lintang yang cantik dengan keempat sahabatnya (Gery, Wicak, Daus, dan Banjar) dalam novel “Negeri van Oranje” berkelana menyusuri berbagai kota di Belanda sembari menyelesaikan studi masternya.

Awalnya, aktifitas jalan-jalan dianggap orang sebagai kegiatan yang membuang waktu dan biaya. Nyatanya kegiatan memanfaatkan waktu luang telah berubah menjadi bisnis yang menggiurkan. Berbagai media cetak bernuansa jalan-jalan marak menjadi panduan kita bepergian. Taruhlah majalah National Geographic Traveler Indonesia, Kabare, dan Jalan-jalan. Buku “Lonely Planet” lengkap menyajikan pernak-pernak wisata a la backpacker. Belum lagi laman-laman di internet yang menyajikan informasi dan biaya traveling. Biro perjalanan dan hotel turut kebanjiran rejeki.

Berpesiar tanpa jeprat-jepret pastinya nggak afdol. Makin majunya teknologi digital memudahkan kita untuk memajang foto narsis kita di facebook, twitter, YM, maupun Friendster. Kalau nggak punya (atau nggak ada yang mau minjemin) kamera jenis SLR maka kamera saku juga nggak masalah. Kalau nggak ada juga kita masih bisa pakai kamera ponsel. Kalau masih nggak ada, panggil aja tukang foto keliling!

Kalau belum bisa jalan-jalan betulan cukuplah kita tengok tayangan di televisi. Di sana disajikan secara visual betapa nikmatnya melakukan perjalanan. Semuanya bisa disimak dalam “Jejak Petualang”, “Koper dan Ransel”, “Backpacker”, dan “Archipelago“. Nuansa petualangan dan adu cepat bisa kita tonton di “Amazing Race”. Dan yang paling popular adalah “Wisata Kuliner”. Jalan-jalan sambil makan-makan. Dibayar pula. Duh enaknya jadi Pak Bondan.

Kalau mau lebih bebas kita cukup duduk di depan komputer. Sambungkan ke internet. Berselancarlah. Apalagi ada Om Google Earth. Tambah sip. Tapi senikmat apapun itu, bepergian secara fisik jauh lebih menyenangkan dan mengesankan.

Karena itu tak salah jika Karl May yang mengarang novel petualangan seri “Winnetou” dan seri “Kara Ben Nemsi” lebih dari seratus tahun lalu mampu menghipnotis jutaan orang di dunia menjadi pelancong.

Kalau aku sih, karena pekerjaan, hanya bisa berjalan-jalan di hutan mengendus batubara bagai anjing pelacak. Oh, nasib!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun