Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Akal dan Budi atau Budi dan Akal

13 September 2024   22:50 Diperbarui: 13 September 2024   22:57 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah renungan terkait kehidupan yang luhur

Kelengkapan kehidupan manusia dengan akal dan budi memberikan kelengkapan kehidupan sebagai mahkluk yang luhur.

Akal kita sering kali membaca kenyataan sebagai buah dari algoritma sebab dan akibat sehingga membuat kita sering kali berspekulasi dan memberikan penilaian atas sebuah kejadian. Spekulasi yang diberikan seringkali hanya parsial dari keutuhan data yang ada di lingkaran kejadian.

Misalkan di saat sebuah gelas pecah sesaat setelah dipegang oleh seorang anak usia balita, akal akan memberikan ulasan dengan beragam penilaian, dan semua tergantung dari kekayaan data dari sang akal. Jika akal ini dimiliki oleh seorang guru sekolah, maka ia akan katakan bahwa hal ini adalah biasa dan faktor usia anak yang masih belia memang belum tepat untuk memegang sebuah gelas kaca yang rawan pecah. Namun jika akal ini dimiliki oleh seorang pekerja keras, ia akan memberikan penilaian bahwa sang anak kurang berhati-hati, tidak fokus dan kurang menghargai hal yang dimilikinya.

Kedua profesi dengan perbedaan penilaian terhadap kejadian gelas pecah ini tentu tidak dapat diperdebatkan, dan tidak dapat dimenangkan atau dikalahkan satu sama lainnya. Keduanya memiliki sisi sudut pandang yang berbeda dengan kumpulan data yang juga berbeda.

Lalu jika dipertanyaan secara lebih tegas, mana yang kita perlu yakinkan, cara pandang seorang guru sekolah yang terdidik dan cakap dalam pendidikan atau seorang pekerja keras yang tentu sangat cakap dalam menghadapi tantangan hidup? Di saat kita harus memilih satu di antara kedua hal ini, maka inilah awal dari sebuah masalah kehidupan dimulai.

Mengapa ini menjadi awal permasalah kehidupan? Ya karena kita yang memiliki keunikan dalam mengelola akal diminta untuk diseragamkan lantaran karena hukum mayoritas, atau hukum kepatutan sebuah profesi atau juga karena dorongan dari kuasa dari yang memiliki harapan untuk menyeragamkan akal ke satu kubu.

Perbedaan akal seharusnya menjadi kekayaan ilmu pengetahuan yang luas tanpa batas, bukan menjadi kutukan yang menyempitkan satu akal dan mengakalkan sang akal yang berbeda menjadi sebuah kefatalan.

Beragam akal yang muncul dalam penilaian atas sebuah kejadian dapat direkat menjadi satu kebijaksanaan jika kita gunakan budi. Budi memberi alasan yang kuat atas akal yang digunakan dalam melakukan penilaian. Budi memberi rasa yang menjadikan akal yang digunakan sebagai sebuah kebaikan bukan kejahatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun