Seringkali penulis bertanya terbuka kepada murid dalam sesi motivasi, "Siapa di antara kalian yang bosan bersekolah?", hampir 90% lebih murid menjawab bosan bersekolah. Inilah salah satu dampak, pembelajaran yang diberikan adalah pembelajaran tradisi lama bukan pembelajaran bermakna.
Saat penulis meminta mengevaluasi pembelajaran bermakna yang penulis sampaikan dalam sesi motivasi, para murid memberikan respon lebih dari 90% menyatakan," Pembelajaran ini perlu diberi waktu lebih, perlu untuk diadakan lagi, sangat menyenangkan, saya merasakan manfaatnya,...". Para murid ini jujur memberikan penilaian tanpa tekanan dan perintah, mereka dapat menilai dengan apa adanya, namun mereka tidak berdaya untuk merubah keadaan di saat pembelajaran dengan pendekatan tradisi dahulu kala terus berlangsung.
Membangun pembelajaran bermakna dapat dimulai dengan membangun komunikasi antar guru dengan disiplin ilmu yang berbeda, bukan menggunakan komunitas MGMP (musyawarah guru mata pelajaran) ini warisan masa lampau, namun perlu dibuat MGMP' (musyawarah guru multi pelajaran alias interdisiplin ilmu). Guru antar disiplin ilmu atau antar mata pelajaran dapat duduk bersama dan berkolaborasi dengan mengangkat satu isu sentral yang hendak dibahas dalam pembelajaran.
Misal isu ekonomi hijau. Pelajaran matematika dapat membahas terkait perhitungan ketika terjadi disrupsi ekonomi dari energi fosil ke energi hijau. Pelajaran IPA tentu dapat membahas tentang bagaimana membangun energi hijau, apa saja yang diperlukan agar terbentuk energi hijau. Pelajaran IPS tentu dapat melakukan pengamatan pembiasaan masyarakat ketika beralih ke ekonomi hijau. Pendekatan pembelajaran dari setiap mata pelajaran yang mengarah ke tema tentu dapat disinkronkan dengan capaian pembelajaran yang ada di fase pembelajaran.
Perhatikanlah, di saat guru mulai berkomunikasi dengan guru lainnya yang berbeda disiplin ilmu, di situlah guru mengembangkan ketrampilannya dalam mengajar. Guru tidak lagi monoton layaknya mesin foto kopi yang hanya mengopi sesuai dengan tradi lampau. Disaat guru mau merubah cara mereka mengajar, inilah kemerdekaan yang dimaksud dalam implementasi kurikulum merdeka.
Merdekalah para guru, lepaskan ikatan mu dari tradi guru lampau mu mengajar, ingatlah saat ini anda adalah guru untuk kehidupan murid mu di masa depan untuk itu mulailah untuk terus menerapkan pembelajaran bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H