Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar Pendidikan Karakter dari Negara Tirai Bambu

19 Desember 2023   05:29 Diperbarui: 20 Desember 2023   07:27 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.freepik.com

Penulis mendapat inspirasi menulis kali ini setelah penulis menjadi moderator untuk sebuah kegiatan Talk Show dari sebuah sekolah swasta di Sleman Yogyakarta yang sedang merayakan hari jadinya yang ke-17. Talk show ini mengangkat sebuah tema "Membangun Karakter Untuk Indonesia" dengan mengundang 3 nara sumber yang memiliki kompetensi berbeda satu sama lainnya.

Salah satu nara sumber memberikan penjelasan terkait bagaimana negara Tiongkok bisa maju pesat walau kemerdekaannya lebih terlambat dari negara Indonesia. Nara sumber ini menjelaskan," Ada cara berpikir yang berbeda yang dimiliki oleh rakyat Tiongkok yaitu mereka diajarkan untuk tidak boleh miskin dan tidak boleh bodoh". Sejak berulang-ulang dijajah, pemimpin Tiongkok menyadari bahwa kelemahan negara mereka adalah jika rakyatnya bodoh dan miskin, untuk itu Tiongkok menyadarkan rakyatnya untuk semangat belajar dan bekerja agar terbebas dari kebodohan dan kemiskinan.

Prinsip dasar ini melahirkan karakter rakyat Tiongkok yang ulet, cepat, cekat dan tepat dalam belajar dan bekerja. Karakter belajar sampai mahir, bekerja sampai tuntas telah menjadi budaya yang berkembang di Tiongkok. Lihat saja bagaimana para pelajar mereka dalam belajar, mereka sungguh-sungguh untuk dapat memahami sesuatu, dan juga lihatlah bagaimana mereka bekerja, mereka bergerak dengan cepat, ulet dan tepat sesuai dengan harapan yang diinginkan.

Jika kita ke Tiongkok kita dapat menemukan brand otomotif karya warga Tiongkok sendiri yang kadang kala mereka bisa membuatnya dalam skala industri rumah tangga. Ini menunjukkan betapa rakyat Tiongkok mampu untuk  membuat sesuatu yang rumit hanya lewat industri rumah tangga.

Keinginan untuk bebas dari kebodohan dan kemiskinan pun terbentuk dikarenakan persaingan antar warga Tiongkok yang begitu ketat. Jumlah penduduk yang melebihi 1,4 miliar orang memberikan pemahaman bahwa jika individu tidak siap dengan kompetensi masing-masing, maka mereka akan terlindas oleh miliaran orang lainnya.

Selain jargon "Tidak Miskin dan Tidak Bodoh" yang mendorong rakyat Tiongkok untuk maju adalah sistematis pendidikan karakter yang dibuat oleh pemerintah Tiongkok yang ditanamkan kepada para murid sejak pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi.

Pemerintah memberi penguatan karakter disesuaikan dengan kategori usia. Untuk pendidikan di usia dini hingga pendidikan dasar, fokus pendidikan karakter kepada pengetahuan murid terkait mana yang patut dan tidak patut dilakukan, mana yang benar dan yang salah. Para murid di usia ini cukup mengikuti segala hal yang disampaikan oleh gurunya terkait hal yang benar dan salah, patut dan tidak patut. Murid tidak diajak untuk berdiskusi mengapa ini salah dan mengapa ini benar, murid cukup melaksanakan yang benar dan menghindar agar tidak melakukan yang salah.

Fokus pendidikan karakter pada pendidikan menengah adalah bagaimana para murid memahami cara untuk peduli dan merawat kesehatan mental mereka. Di sini para murid diajak untuk mengetahui kesehatan mental dan dampaknya bagi perkembangan diri mereka. Mereka diajar untuk memahami mental mereka, gejolak mental apa saja yang mungkin terjadi di usia mereka, serta bagaimana cara mengatasinya. Pada usia ini diharapkan para remaja memiliki ketrampilan untuk melakukan regulasi emosi mereka sendiri sehingga mereka tetap dapat menjadi pelajar yang teladan bebas dari perilaku buruk remaja pada umumnya.

Selanjutnya pendidikan karakter untuk mahasiswa di perguruan tinggi difokuskan untuk menguatkan rasa cinta tanah air agar nasionalis namun dikuatkan juga tentang pluralisme agar kelak para mahasiswa setelah lulus dapat hidup berdampingan dengan masyarakat global yang memiliki identitas nasional Tiongkok.

Kejelasan fokus yang mengarahkan pendidikan karakter di setiap lini usia menjadi sebuah ketajaman yang mampu membangun rakyat Tiongkok bervisi untuk maju. Ini menjadi sebuah 'quantum leap' bagi Tiongkok untuk mendongkrak kualitas SDM yang begitu besar dalam skala jumlah. Namun pemerintah tidak cukup untuk memberikan fokus kepada pendidikan karakter saja, namun pemerintah Tiongkok mewajibkan pendidikan budi pekerti untuk dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.

Pendidikan budi pekerti ini menjadi pembelajaran yang reguler yang dimasukan dalam kurikulum pembelajaran dari unit pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi. Pendidikan budi pekerti ini bukan hanya pelajaran teoritis namun juga praktis, sehingga guru bertugas tidak hanya memberi informasi terkait budi pekerti yang diharapkan namun juga mengamati bagaimana murid mempraktekannya dalam keseharian mereka.

Terdapat pula 5 tujuan yang menjadi dasar dalam pembentukan karakter dan pendidikan di Tiongkok, kelima tujuan ini disederhanakan menjadi 5 hal yang wajib dilakukan dan dikembangkan di setiap satuan pendidikan sebagai pelabuhan dari segala penguatan karakter dan pendidikan yang diharapkan. Pertama adalah pengembangan moralitas, setiap murid wajib dikembangkan moralitasnya yang menunjukkan identitas sebagai warga Tiongkok dan juga warga dunia.

Tujuan yang kedua adalah penguatan intelektual dalam hal ini untuk membebaskan murid dari kebodohan. Tiongkok sangat mengembangkan ilmu eksak mereka agar para murid dapat menjadi lulusan yang memahami ilmu sains, dan matematika untuk memajukan teknologi di negara mereka.

Tujuan yang ketiga adalah penguatan dalam kesehatan fisik. Untuk hal ini, para murid selalu berolahraga setiap hari di satuan pendidikan mereka. Olahraga bukan lagi sebuah pelajaran teoritis, namun sebuah kegiatan rutin yang dijalan setiap hari di satuan pendidikan bahkan para murid di banyak sekolah menggunakan pakaian olahraga sebagai seragam mereka.

Selanjutnya tujuan yang keempat dalam penguatan karakter dan pendidikan di Tiongkok adalah estetika dalam berpenampilan. Murid di Tiongkok wajib tampil menarik, dalam hal ini tampil rapi, indah, teratur, dan bersih. Penampilan menjadi hal yang juga penting untuk menunjukkan citra diri yang positif. Penampilan adalah bagian awal yang tampak yang mendapat penilaian dari orang lain sesaat bertemu, jika penampilan itu menarik maka orang yang melihat kita akan berkesan dan berikutnya tentu mereka mau untuk terus berinteraksi dengan kita.

Tujuan yang kelima adalah penguatan dalam bekerja. Para murid dibiasakan untuk mendapatkan pekerjaan baik pekerjaan di sekolah ataupun di rumah. Mereka dibiasakan untuk bekerja lebih cepat dan bekerja lebih keras. Prinsip bekerja lebih cepat dan lebih keras ini, mampu membangun karakter yang kuat di antaranya tekun, disiplin, suka tantangan dan berorientasi ketuntasan.

Hal  lain yang juga menguatkan rakyat Tiongkok untuk maju adalah pola pikir mereka yang memahami bahwa untuk dapat hidup bahagia setelah kematian adalah dengan mendapat kesuksesan di kehidupan saat ini. Jika hidup saat ini sukses maka mereka yakin kehidupan setelah kematian pun dapat menjadi sukses dan bahagia. Untuk itu rakyat Tiongkok bekerja lebih keras, lebih cepat, belajar lebih keras dan lebih semangat agar mereka memperoleh kesuksesan di kehidupan saat ini dan tentu kesuksesan ini dibawa menuju kehidupan setelah kematian.

Demikian beberapa prinsip penguatan karakter dan pendidikan yang dilakukan di Tiongkok yang membuat negera Tiongkok bisa maju hingga hari ini. Semoga kita dapat mempelajarinya lebih lanjut dan akhirnya juga dapat memberi dampak untuk kemajuan negara kita Indonesia. Mari kita galangkan kekuatan untuk menyatakan, "Karakater Kuat Prestasi Hebat". Semoga kita sebagai pendidik dapat terus menguatkan karakter para murid kita agar mereka menjadi generasi yang hebat dengan segudang prestasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun