Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Makna Cinta Pada Diri Sendiri

30 November 2023   05:01 Diperbarui: 1 Desember 2023   06:55 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini hanya celoteh penulis yang masih belajar memahami cinta"

Secara alami setiap kehidupan manusia menjadi hidup diawali dengan adanya cinta yang dikembangkan oleh seorang ibu/perempuan yang melahirkan kita, walau tidak semua perempuan yang melahirkan kita mengharapkan kita hadir. 

Kelahiran kita hingga kita saat ini bisa tumbuh dan berkembang tentu berkat cinta kasih yang diberikan kepada kita khususnya oleh orang yang mengasuh kita di masa kita masih bayi hingga anak-anak.

Cinta memang tumbuh dari suatu niat baik yang disalurkan menjadi tindakan yang baik. Cinta tidak dapat dipaksa untuk tumbuh, cinta yang dipaksa untuk tumbuh itu namanya perintah bukan cinta. 

Di saat kita memulai menumbuhkan cinta terhadap diri kita sendiri, di saat itu kita mulai menumbuhkan pemahaman bahwa diri ini penting untuk dicintai. 

Sebagian orang mencintai dirinya dengan cara merawat dirinya dengan baik mulai dari menjaga makan makanan yang tepat, menjaga kebugaran tubuh dengan cara olahraga, menjaga kepandaian dengan terus belajar, menjaga moral dengan terus memperhatikan sikap yang pantas dan tidak pantas, menjaga hati dengan terus mengembangkan kebaikan, dan menjaga lainnya.

Prinsip mencintai diri sendiri juga dapat berkembang dengan memberikan kebebasan diri untuk mengeksplorasi hal yang ingin diketahui seperti melakukan eksplorasi tentang arti cinta pada seseorang, mengeksplorasi tentang pengetahuan tentang satu hal yang ingin diperdalami, mengeksplorasi tentang keyakinan agar sesuai dengan nurani diri.

Terkadang orang di luar diri kita melihat kita yang mencintai diri sendiri ini cenderung egois, karena mereka menempatkan diri mereka sebagai orang di luar diri kita. Mereka memandang kita terlalu memikirkan diri kita sehingga dampaknya mereka tidak ikut dipikirkan, di sini mereka sendiri terjerat dengan konsep cinta diri sendiri yang egois. Padahal mereka sendiri pun egois karena mereka mengharap diri mereka mendapat tempat dalam pengembangan cinta yang kita lakukan untuk diri kita sendiri.

Apakah benar cinta terhadap diri sendiri itu egois? Sudut pandang perlu diperhatikan untuk menjawab pertanyaan ini. Guru-guru besar bijaksana di dunia ini selalu memulai perjalanan spiritual mereka dengan cara menguatkan cinta dari dalam diri mereka terhadap keinginan diri mereka sendiri. 

Mereka cenderung menyendiri, merenung, dan mencari jalan agar mereka menemukan cinta yang mereka harapkan atas kehidupan mereka. Setelah mereka berhasil mengembangkan cinta atas diri mereka, mereka akhirnya dapat mengembangkan cinta tersebut ke banyak orang dan menyebarkannya ke banyak tempat.

Cinta terhadap diri sendiri itu adalah bagian penting dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan pilihan hari ini. Gaya hidup yang cenderung menghambur cinta ke orang lain tanpa berupaya mencintai diri sendiri layaknya sebuah rumah yang tampak indah namun tak berpenghuni. Rumah ini tidak ditinggalin namun selalu dirawat agar tampak cantik, tampak bersih, tampak terawat namun sang penghuninya tidak pernah tinggal di sana. Sang penghuni hanya ingin tamu yang datang menjadi senang melihat rumahnya tapi ia tidak membuat rumahnya berfungsi sesuai dengan fungsi sebuah rumah.

Cinta terhadap diri sendiri tentu sebuah wujud egois, karena tanpa ego kita tidak dapat memahami cinta terhadap diri kita sendiri. Ego adalah pengerak kehidupan kita. Cinta tanpa ego hanya dimiliki oleh angin, matahari, air atau materi yang tidak memiliki batin. Untuk itu tidaklah perlu merisaukan tentang cinta yang egois atau tidak egois, karena semua cinta itu egois.

Tugas kita adalah bukan menghindari cinta terhadap diri kita sendiri karena khawatir dengan definisi egoisnnya, namun tugas kita adalah bagaimana setelah kita menumbuhkan cinta terhadap diri kita sendiri, apa yang dapat kita lakukan untuk kelanjutan cerita hidup kita. 

Apakah kita hanya memikirkan diri sendiri tanpa peduli dengan orang lain atau kita mengembangkan cinta yang ada dalam diri kita lalu kita bagikan kepada orang lain yang memerlukannya. Seperti yang dilakukan para pemuka bijaksana yang terus menyebarkan hal-hal baik yang mereka miliki untuk membantu mereka yang membutuhkan agar hidup mereka lebih baik.

Sudahkah kita mencintai diri kita saat ini? Pertanyaan penting untuk kita jawab tanpa khawatir kita seorang yang egois atau tidak. Kepiawaian manusia dalam berpikir sering kali membuat mereka merumitkan sesuatu yang sederhana. Untuk itu gunakan logika sederhana untuk menjawab mengapa kita perlu mencintai diri kita sendiri sebelum kita mencintai orang lain. 

Analogi sederhana adalah seperti penghuni sebuah rumah. Jika ia hanya fokus merawat, merapikan, membersihkan rumahnya hanya agar tamu-tamunya memuji sang rumah, dan ia tidak pernah tinggal di rumah itu maka sang penghuni tidak pernah dapat menikmati keberadaan rumahnya.

Nikmatilah rumah anda sendiri, gunakanlah rumah anda selayaknya sebagai tempat untuk dihuni, ini rumah anda maka anda perlu untuk menikmatinya, menggunakannya untuk melindungi anda dari panas dan dingin, tempat untuk istirahat, tempat untuk berkarya, tempat untuk melakukan aktivitas rutin anda. Demikian pula diri ini, cintailah diri kita terlebih dahulu. Tumbuhkan hal-hal baik dalam diri kita, beri dia ruang untuk merdeka memilih atas keinginannya sendiri dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri.

Diri sendiri yang sering diatur oleh orang lain, atau bahkan dipaksa oleh kehendak orang lain, lambat laun diri ini akan menjadi orang lain. Ia akan kehilangan kemurnian sebagai pribadi yang unik, yang penuh makna, ia menjadi orang lain yang sesuai dengan kehendak orang lain.

Di saat kita telah mencintai diri kita sendiri, maka kita memiliki kesempatan baik untuk mulai mencintai seseorang atau banyak orang. Analoginya di saat kita sudah cukup makan, tentu makanan yang berlebih kita dapat bagikan ke orang lain. Kita tidak membagikan makanan sedangkan kita sendiri kelaparan. Ini kesederhanaan penjelasan bagaimana cinta yang kita bangun untuk diri kita sendiri, pada satu saat perlu kita bagikan ke orang lain atau kebanyak orang agar kita melengkapi kehidupan kita.

Mencintai orang lain setelah mencintai diri sendiri menjadi rumusan yang penting agar kita tidak kosong dalam menjalankan kehidupan ini. Ingat perumpaan rumah dan sang penghuni di atas. Jika kita mencintai seseorang namun kita tidak mencintai diri kita sendiri maka kita akan menjadi pribadi yang disetir secara terus menerus oleh orang yang kita cintai. Kita tidak dapat benar-benar hidup dalam kehidupan kita, kita hanya hidup dalam bayang-bayang orang yang kita cintai.

Pada akhirnya, kita perlu tahu bahwa hidup itu pilihan, kita dapat memilih apa saja yang kita bisa pilih didasarkan pada  kecakapan kita dalam memilih. Apapun pilihan anda, yang paling penting anda perlu tahu satu hal, hidup ini terlalu sayang untuk dilewati dengan penderitaan, mari gunakan hidup yang singkat ini dengan baik yang membuat yang hidup bahagia, bebas dan merdeka. 

Stop penjajahan di luar diri kita, penjajahan atas nama cinta, atas nama peduli atas nama orang-orang yang egois yang ingin menyetir kita ke arah keingingan mereka. Jadilah pribadi yang eling, yang waspada, yang penuh penyadaran, berilah waktu untuk diri sendiri untuk merenung dan gunakanlah kebijaksanaan kita untuk memutuskan atas pemikiran sendiri dan siap untuk menanggung keputusan yang dibuat sendiri daripada menanggung keputusan yang diputuskan orang lain.

Tiada tempat yang indah di dunia ini selain suatu tempat dimana kita mampu membuat diri kita merdeka, bebas dan penuh cinta atas diri kita sendiri. Selanjutnya setelah kemerdekaan kita peroleh atas diri kita sendiri, kita dapat terbang membagikannya untuk orang lain. "I love to love, I care to care", ini frasa yang mungkin tepat untuk memberikan makna pentingnya mencintai karena memang mencintai, dan peduli karena memang peduli terhadap orang lain.

 Semoga tulisan inii memberikan kekuatan kepada kita semua untuk mulai dan terus mengembangkan cinta pada diri kita dan selanjutnya kita sebarkan cinta kita karena kita mencintai untuk cinta terhadap orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun