Penulis pernah membaca beberapa jurnal parenting terkait adanya hubungan antara parenting silang gender yaitu parenting yang diberikan oleh papa ke anak perempuannya atau Ibu ke anak laki-lakinya terhadap kelanggengan rumah tangga suatu keluarga. "Hm... Maksudnya seperti apa ya?"
Perceraian yang sering terjadi di kalangan keluarga muda atau keluarga madya memiliki beberapa sebab, dan salah satu sebabnya adalah adalah kurang optimalnya parenting yang dilakukan oleh papa ke anak perempuannya atau mama ke anak laki-lakinya atau dapat disebut parenting silang gender yang minim. Ini yang penulis maksud untuk penjelasan paragraf pertama di atas.
Seorang papa ada baiknya memiliki kedekatan yang cukup dengan anak perempuannya. Papa tidak hanya fokus ke anak laki-lakinya saja. Papa dapat berinteraksi dengan optimal dengan anak perempuannya sehingga anak perempuan ini merasa nyaman, dekat, dan akhirnya memahami makna sosok seorang papa dalam hal ini sosok maskulin.Â
Sosok maskulin dapat tergambar seperti berani mengambil risiko, suka tantangan, mau bertanggung jawab, kuat dalam kepemimpinan, kreatif dan inovatif dalam mencari solusi.
Kedekatan sosok papa pada anak perempuan dapat memberikan pemahaman secara bawah sadar kepada anak perempuan terhadap kepercayaan keberadaan sosok penting seorang laki-laki.Â
Kepercayaan pentingnya sosok laki-laki inilah yang menambah pembendaharaan pengertian tentang bagaimana sosok laki-laki yang dapat menjadi sosok papa atau sosok suami kelak.Â
Dengan pemahaman ini baik secara sadar atau bawah sadar dapat membuat anak perempuan memiliki keterampilan dalam menemukan sosok calon suaminya kelak, alhasil ia dapat mendapatkan keharmonisan dan kelanggengan dalam hubungan suami istri.
Hal yang serupa pun perlu dilakukan ke anak laki-laki, mama perlu dekat dan dapat memberikan interaksi yang optimal dengan anak laki-lakinya agar ia dapat memahami dan mengerti dengan tepat sosok keperempuanan yang feminim.Â
Sosok feminim dapat kita lihat seperti sabar, mengalah, mau melayani, tekun, rela berkorban, penyayang, pemaaf, dan lainnya. Sosok ini perlu dipahami dan dimengerti oleh anak laki-laki lewat keteladanan yang diberikan oleh mama dengan cara berinteraksi secara optimal sejak dini.
Mama perlu luangkan waktu bersama anak laki-lakinya, beri tahu apa saja yang dilakukan mama sejak mengandung hingga melahirkan sang anak, juga bagaimana mama menemani papa serta menyiapkan rumah tangga yang bersih, layak dan penuh kehangatan agar semua sehat dan bahagia.
Kebersamaan dan interaksi bersama anak laki-laki ini sangat membantu sang anak laki-laki untuk belajar menghormati sosok feminim seorang perempuan sehingga pada waktunya ia akan menghormati istrinya dan dapat hidup harmoni dan langgeng dengan istrinya.
Untuk itu Bapak/Ibu sekalian yang memiliki anak laki-laki dan perempuan mohon memperhatikan pentingnya untuk hadir dalam kehidupan anak-anak kita, papa jangan fokus ke anak laki-laki saja, ingat anak perempuanmu memerlukan kehadiranmu.
Begitu juga mama jangan hanya asyik dengan anak perempuannya saja yang bisa diajak shopping atau ke salon, tetapi ingat anak laki-lakimu memerlukan sosokmu agar ia dapat memahami cara memilih istri yang tepat dan juga tahu bagaimana menghormati istrinya dengan harmoni dan bahagia.
Walau hasil temuan jurnal ini tidak dapat digeneralisasikan, namun penulis melihat orang-orang di sekitar yang penulis kenal telah banyak mengalami kegagalan dalam pernikahan dan ternyata sesuai dengan temuan jurnal ini.
Dan bahkan ada kolega penulis yang dapat hidup harmoni bersama keluarganya walau papa mamanya bercerai, namun karena kolega penulis ini seorang laki-laki dan ia dekat sama sosok mamanya, maka ia dapat bertahan dalam keharmonian bersama keluarganya.
Namun sebaliknya ada kolega lain dari penulis seorang perempuan dari papa mama yang bercerai, namun karena ia tidak dekat sama papanya, maka ia mengalami perceraian lebih dari 1 kali. Percaya atau tidak percaya, hal ini sangat tampak nyata bagi penulis.
Semoga tulisan ini memberi penguat kepada papa mama agar terus memberikan parenting secara menyeluruh dan tidak hanya fokus ke gender yang sama dengan mama atau papa tapi juga memperhatikan parenting silang gender agar anak-anak kita kelak dapat membangun keluarga yang harmoni dan bahagia.Â
Dan jika semakin banyak keluarga yang harmoni dan bahagia, tentu akan berdampak kepada bangsa yang harmoni dan bahagia juga karena keluarga adalah sel sebuah bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H