Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Bukan Sanksi, Bukan Konsekuensi, tapi Solusi

9 November 2023   05:23 Diperbarui: 11 November 2023   20:45 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu, penulis bertugas melakukan observasi ke salah satu KB-TK swasta di Yogyakarta. Observasi yang dilakukan penulis pada sesi ini adalah dengan melakukan tanya jawab kepada Kepala Sekolah perihal kegiatan sekolah dari murid datang hingga murid pulang sekolah.

Ada suatu pernyataan yang menarik dan membuat penulis terinspirasi untuk menuliskannya pada tulisan ini yaitu ketika penulis menanyakan,"Apa yang dilakukan guru di saat murid melakukan kesalahan dalam hal ini tidak tertib atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan?". Kepala sekolah memberikan jawaban yang sangat praktis dan inspiratif sehingga baik untuk dapat kita terapkan dalam perhelatan kita bersama anak-anak usia dini.

"Kami membiasakan bertanya sebab mengapa mereka tidak melakukan hal yang telah kami sampaikan, selanjutnya kami pun mengajak mereka memahami akibat jika mereka melakukan pelanggaran. Sebab dan akibat ini menjadi tautan yang mengingatkan mereka agar mereka tidak mengulang perbuatan yang sama di kemudian hari. Setelah itu, kami mengarahkan kepada sang murid untuk memikirkan solusi agar permasalahan dari pelanggaran ini terselesaikan".

Rangkaian proses ini memang terkesan panjang dan memerlukan kesabaran yang tinggi bagi para guru atau orangtua untuk melakukan proses pembelajaran bagi murid yang melakukan pelanggaran atas hal yang telah disepakati. Namun menurut penulis pola ini sangat baik untuk menumbuhkan ketrampilan problem solving atau menemukan solusi atas masalah yang hadir.

Murid dilatih untuk memahami sebab dengan pertanyaan, "Mengapa hal ini bisa terjadi?", kemudian melakukan spekulasi atas akibat dengan pertanyaan,"Apa yang terjadi jika hal ini dilakukan?", dan selanjutnya mengarahkan sang murid ke solusi dengan pertanyaan, "Bagaimana caranya agar permasalahan pelanggaran ini dapat terselesaikan?".

Tiga untaian pertanyaan minimal ini dapat menjadi panduan yang baik untuk para guru dan orangtua guna membiasakan anak-anak kita belajar melihat sebuah pelanggaran sebagai sebuah pembelajaran untuk memahami sebab, akibat dan solusinya (SAS) sejak dini. Cara lama menghadapi pelanggaran yang dilakukan anak-anak dengan cara memberi sanksi atau konsekuensi mungkin sudah perlu kita kurangi jika tidak memberikan efek problem solving bagi sang anak.

Ketrampilan yang berkembang di saat penerapan SAS tentu sangat penting untuk dilatih sejak dini bagi anak-anak guna menyiapkan mereka menuju masa depan mereka yang sudah pasti penuh dengan tantangan. Jika kita hanya menerapkan sanksi semata maka anak kita hanya belajar tentang akibat, begitu juga jika kita hanya memberikan konsekuensi maka anak kita hanya memahami akibat dari sebuah perbuatan. Mereka tidak memahami akar permasalahan yang terjadi karena tidak diarahkan memahami sebab, serta mereka pun tidak dilatih untuk mencari solusi agar permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan.

"Apakah setelah diterapkan SAS ke murid, mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari?" tanya penulis kepada kepala sekolah. "Pengulangan atas kesalahan yang sama menjadi lebih minim daripada kita hanya menerapkan sanksi dan konsekuensi, cara SAS ini lebih memberi efek yang baik untuk para murid, agar mereka tidak takut ketika terjadi kesalahan dan mau untuk berpikir lebih baik lagi ke depan karena mereka memahami sebab, akibat dan solusinya", tutur kepala sekolah.

Metode SAS ini sudah diterapkan dan berdampak baik untuk anak-anak yang terlihat mereka ceria ke sekolah dan betah di sekolah. Semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi para guru dan orangtua untuk membangun ketrampilan problem solving kepada anak-anak atau muridnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun