Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Menumbuhkan Kepemimpinan Anak Sejak Dini

26 Oktober 2023   03:48 Diperbarui: 26 Oktober 2023   09:26 1041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memupuk kepemimpinan sejak dini. (Sumber: Freepik.com)

"Ayo Andi, kamu yang lebih tua ngalah toh sama adek mu!" 

Hayo... pernahkah pembaca mendengar pernyataan ini secara langsung? Hal yang biasa kita ungkapkan sebagai orangtua kepada anak pertama atau atau yang lebih tua. 

Kita berharap anak yang lebih tua untuk selalu mengalah dengan anak lebih kecil dan juga harapan orangtua selalu ingin anak yang lebih tua dapat merawat anak yang lebih muda.

Ajakan orangtua atau mungkin lebih tepatnya perintah orangtua agar anak yang lebih tua mengalah menurut penulis kurang tepat. Mengapa? 

Perhatikanlah bahwa ajakan untuk mengalah ini bukan sebuah solusi dalam kehidupan ke depan ketika ada konflik di antara anak kita dengan orang lain. Anak kita perlu memahami arti ketegasan dalam kepemimpinan atau leadership.

Konflik apapun yang terjadi dalam kehidupan kita jawabannya bukan dengan mengalah namun lebih tepatnya dengan cara memahami situasi yang terjadi. Apakah layak mengalah atau cukup diam atau diberi arahan. Beragam kemungkinan solusi perlu hadir dan dibiasakan sejak anak-anak kita berkonflik.

Misalnya dalam situasi makan katakanlah ada satu hidangan lauk waktu itu, ayam goreng krispi yang nikmat. Bagian ayam favorit kakak adalah paha dan adek pun ingin seperti kakak yaitu paha ayam goreng. 

Namun waktu itu paha ayam goreng ini hanya ada satu potong sehingga terjadi perebutan paha ayam goreng antara kakak dan adek.

Jika orangtua tidak ingin anaknya belajar kepemimpinan maka orangtua dengan mudah membuat atau membeli paha ayam goreng yang kedua. Namun jika orangtua ingin membuat anak yang lebih tuanya mengalah, maka orangtua cukup berkata seperti kalimat awal dalam tulisan ini, "Ayo kak ngalah ya sama adeknya!"

Opsi lainnya adalah orangtua dapat mendidik kepemimpinan kedua anaknya dengan mengajak anak-anaknya mencari solusi, "Hayo, paha ayam goreng ini hanya ada 1 potong, dan kalian ingin menikmatinya. Menurut kalian bagaimana caranya agar 1 potong paha ayam goreng ini agar kalian dapatkan, tanpa perlu membeli atau membuatnya lagi?"

Pertanyaan untuk memancing solusi dari konflik yang terjadi antar anak adalah sebuah strategi sederhana untuk melatih anak-anak kita menumbuhkan kebiasaan leadership yaitu solutif atau problem solver. 

Kurangi untuk menyelesaikan konflik anak kita dengan cara-cara yang instan dengan harapan agar tidak ramai, tidak ribut, tidak repot, dan alasan praktis lainnya.

Di saat anak-anak bermain dengan mainan terbatas adalah bagian penting juga untuk mengajarkan leadership. Orangtua tidak perlu membelikan mainan sejumlah anak mereka. 

Siapkan saja mainan sejumlah terbatas sehingga akan terjadi konflik antar anak kita. Konflik yang hadir sejak dini adalah bagian pembelajaran yang penting untuk menumbuhkan leadership pada anak.

Hindarkan anak dari hal-hal yang terlalu nyaman seperti segala sesuatu selalu ada untuknya apapun yang dia minta dituruti dan air matanya adalah senjata untuk meluluhkan orangtua untuk merestui permintaannya, alhasil orangtua yang seharusnya menjadi leader di rumah namun akhirnya menjadi "budak" anaknya sendiri.

Penulis pernah melihat dan mengikuti perkembangan anak yang sedari dini diurus oleh 3 babysitter atau perawat anak. Satu orang anak ini memiliki 3 asisten untuk fungsi yang berbeda, 1 asisten untuk menyuapinya atau memastikan sang anak untuk makan, 1 asisten lainnya untuk mandi, buang air dan bersih-bersih, dan 1 asisten lagi untuk mengajak anak ini bermain.

Anak ini selama perkembangannya akhirnya menjadi anak yang keras kepala, semaunya dan tidak peduli dengan orang lain. Selain itu perkembangan kognitifnya pun tidak berkembang optimal alias malah terlihat kurang cerdas dalam mengelola informasi. Padahal membiayai 3 asisten ini tidak murah, namun hasil yang diperoleh malah murahan tidak mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

Untuk itu para orangtua yang berbahagia, berhati-hatilah dalam mengelola dan mengasuh anak kita. Kalimat kunci yang penting diperhatikan dalam mengelola, mengasuh, mendidik anak kita adalah "Manusia itu menjadi besar dan berjaya bukan karena ia berada dalam area nyaman, namun mereka menjadi besar dan berjaya karena mereka terbiasa dengan tantangan."

Oleh karenanya tanyakan kepada diri kita sendiri apakah kita telah memberikan tantangan kepada anak kita sejak dini?

Tantangan yang dapat kita berikan dapat berupa keterbatasan dalam banyak hal, seperti terbatas dalam jumlah mainan, terbatas dalam makan dan minum, terbatas dalam pakaian dan perlengkapannya, dan keterbatasan lainnya. 

Semakin terbatas, semakin anak kita menghargai keberadaan hal yang terbatas ini. Selain itu kita bisa mengajarkannya untuk bisa bertahan hidup dalam keterbatasan.

Hadirkanlah tantangan untuk menguatkan anak kita dalam kepemimpinan. Jika impian orangtua ingin anaknya dapat menjadi pemimpin besar minimal dapat memimpin keluarganya kelak, maka orangtua wajib melatih anaknya sejak dini dengan memberi tantangan bukan kenyamanan.

Semakin sering anak kita diberi tantangan maka mentalitas anak kita akan semakin kuat dalam kepemimpinan. Ia dapat mampu membawa diri dengan lebih terarah dan sulit untuk mengalah dengan keadaan yang parah sekali pun.

Jika orangtua setuju dengan hal ini maka anak lebih tua tidak lagi harus mengalah dengan anak yang lebih muda, namun kedua anak ini perlu diajar untuk berdiskusi sederhana bagaimana solusi terbaik agar semua pihak dapat menerimanya dengan prinsip win-win solution.

Ketika antar anak berebut mainan tentu kita tidak menenangkannya dengan membeli mainan lebih dari satu agar anak kita tenang dan tidak berebut. Cara ini meruntuhkan kepemimpinan anak-anak kita. 

Saat perebutan mainan hadirlah di sana dan ajak anak-anak kita untuk memberi pilihan apakah mereka mau antre, mau bermain bersama atau mainan tersebut tidak mainkan karena tidak ada kesepakatan. Pilihan yang diberikan dalam suatu konflik mampu menumbuhkan kepemimpinan pada anak-anak kita.

Penulis ingat waktu kecil penulis banyak sekali diajarkan oleh orangtua penulis untuk dapat menerima kondisi keterbatasan yang ada. Alhasil penulis lebih banyak bukan meminta membeli mainan namun membuat mainan sendiri dari barang yang ada. 

Keterbatasan ini malah membuat penulis menjadi kreatif dan tidak mengeluh dalam kondisi sulit selama ini.

Orangtua menjadi sumber inspirasi bagi anak-anaknya, untuk itu hampir semua orang hebat di dunia ini lahir dari orangtua yang hebat. Inspirasi orangtua hebat yang memberikan anaknya tantangan bukan kenyamanan yang mampu membangkitkan dan mengembangkan leadership sejak dini. 

Semoga anak-anak kita dapat lahir sebagai pemimpin masa depan yang tangguh dan menjadi pribadi solutif yang membahagiakan bukan menyusahkan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun