Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Obat bagi yang Sakit

12 Agustus 2023   04:02 Diperbarui: 12 Agustus 2023   04:18 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terima kasih Pak atas saran yang diberikan, sehingga anak saya sekarang sudah lebih baik". Ucapan ini secara serta merta hadir tanpa dinyana-nyana. Seorang ibu dari murid sekolah tempat penulis bekerja, memberikan ucapan terima kasih setelah berselang beberapa bulan bertemu dengan penulis, dan waktu itu penulis menyempatkan memberikan masukan terkait bagaimana melibatkan anak dalam melakukan kebaikan agar sang anak dapat manfaat yang lebih besar.

Anak dari seorang ibu ini mengalami penyakit organ yang sangat memerlukan ketekunan dan kesabaran dalam merawatnya. Namun demikian perawatan tidak cukup hanya mengandalkan perawatan medis saja, perlu ada dukungan juga dari faktor alam semesta yaitu berupa kebajikan.

Sudah banyak cerita dengan beragam keyakinan yang menjelaskan tentang adanya faktor X alias faktor di luar kemampuan akal atau medis dalam penyembuhan beragam penyakit khususnya yang mendapat fonis umur pendek. Faktor X ini di antaranya adalah menanam kebajikan.

Kita dapat menggunakan analogi sederhana bahwa jika kita berharap buah mangga maka kita dapat menanam mangga, begitu juga jika kita berharap kebaikan dalam hidup kita maka sudah sepantasnya kita menanam tanaman yang mendatangkan kebaikan tersebut salah satunya dengan melakukan kebajikan.

Sang ibu yang merasa bersalah atas dirinya sendiri ini, sering berucap kepada penulis, "Salah saya apa ya Pak, kenapa saya harus memiliki anak seperti ini dan harus menanggung beban ini?, apa yang harus saya lakukan agar anak saya mendapat kesembuhan segera dan dapat hidup normal seperti anak-anak lainnya?". Pertanyaan-pertanyaan ini membuat penulis memberikan masukan tentunya masukan disesuaikan pengalaman penulis dalam menghadapi anak yang menderita sakit dan telah melakukan beragam pendekatan akal dan medis namun belum juga mendapat kesembuhan.

Penulis memberikan saran ke sang Ibu bahwa segala yang dilakukan sudah baik, sudah sangat baik sesuai dengan kebutuhan medis sang anak. Namun demikian ibu dapat meningkatkan hal lain yang juga baik agar anak ibu bisa mendapat kesembuhan. Sang Ibu mengatakan bahwa ia telah melakukan berbagai hal kebaikan mulai dari melakukan ibadah hingga memberikan donasi ke beberapa tempat yang memerlukan. Lalu penulis tanya, "Apakah kegiatan kebaikan itu dilakukan oleh sang anak sendiri atau hanya ibu yang lakukan?". Sang ibu menjawab bahwa semua ia lakukan sendiri tanpa melibatkan sang anak mengingat agar lebih praktis dan mudah dilakukan.

Penulis memberikan saran bahwa sangat perlu anak dilibatkan dalam menanam kebaikan. Kebaikan yang melibatkan sang anak tentu memberika kekuatan kepada sang anak itu sendiri. Walau prosesnya panjang, kebaikan yang dilakukan sendiri lebih memberi manfaat kepada sang pelaku kebaikan. Al hasil sang ibu pun mulai memahami maksud penulis, dan mencoba untuk melibatkan anaknya untuk melakukan kebaikan-kebaikan demi kelancaran pengobaran dan perbaikan status kesehatan sang anak.

Sang ibu menerapkan anjuran penulis tidak secara serta merta langsung dilakukan. Awalnya beliau ragu, namun setelah tidak ada perkembangan yang signifikan aas kesehatan anaknya, akhirnya beliau menerapkan usulan penulis. Kebaikan-kebaikan yang direncanakan pun dilakukan dengan melibatkan sang anak, misal ketika hendak memberi makanan ke panti, sang anak dilibatkan dalam proses memilih makanan, membeli makanan, membungkusnya agar tampak rapi, serta memberi makanan tersebut ke penghuni panti. Kegiatan ini dilakukan secara terus-menerus. Beragam kebaikan dilakukan pun bervariasi salah satunya adalah kebaikan melepaskan mahkluk hidup ke alam bebas mereka, seperti melepas burung, kura-kura, ikan dan lain-lain.

Kebaikan yang dilakukan secara tekun, konsisten, dan terencana membawa dampak yang baik untuk sang pelaku kebaikan. Sang anak dan sang ibu akhirnya membentuk pola kebiasaan yang baik yaitu senang berbuat kebaikan. Di saat kebaikan dilakukan dengan bahagia sejak perencanaan, ketika melakukannya dan setelah melakukannya maka tentu batin menjadi lebih ringan, lebih gembira, dan lebih sejahtera.

Saat batin kita bersekutu dengan kebahagiaan, maka secara biologis tubuh akan menciptkan hormon-hormon kesehatan, dan disanalah proses penyembuhan menjadi lebih signifikan. Untuk itu sang ibu tercenggang setelah melakukan kebaikan dengan melibatkan sang anak, kesehatan sang anak menjadi lebih membaik, laporan kesehatan yang diberikan oleh sang dokter pun menunjukkan lebih baik dari sebelum-sebelumnya.

Hasil ini tentu bukan sesuatu yang datang hanya satu malam atau dua malam, namun beramalam-malam, berhari-hari. Tugas kita bukan menunggu kapan hasil ini datang membawa berita gembira, namun tugas kita adalah terus melakukan kebaikan yang minimal membuat kita menjadi manusia yang lebih berkualitas, membuat kita menjadi manusia yang utuh yaitu makhluk yang dapat mengembangkan kebaikan kepada sesama manusia, kepada makhluk lainnya dan kepada alam semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun