Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Salah Satu Solusi Murid Terpapar Pornografi

18 April 2023   03:53 Diperbarui: 18 April 2023   03:55 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis kembali bercerita pengalaman penulis di saat penulis menjadi seorang kepala SMP di salah satu sekolah swasta. Waktu itu SMP kami sangat muda, dan sebagai SMP yang muda tentu menjadi PR utama adalah membangun sistem persekolahan yang setiap kali dilakukan pendekatan, evaluasi dan pembaharuan. Apalagi di masa itu, penentuan kualitas sekolah berujung pada kemampuan para murid untuk lulus dari ujian nasional dengan nilai rerata yang baik dan berada di atas rerata sekolah-sekolah lain. Kompetisi rerata nilai ujian nasional pun menjadi hal yang wajar terjadi di lingkungan pendidikan formal saat itu.

Sebagai SMP yang baru, tentu kami tidak dapat melakukan seleksi seketat SMP yang sudah ada namanya, alias sudah terkenal. Kami hanya dapat melakukan seleksi melalui tes sederhana yang kami gunakan untuk sekedar mengetahui kemampuan akademis murid khususnya kemampuan matematika dan bahasa Inggris. Namun ada satu tes yang kami kuatkan yang menurut hemat saya waktu itu adalah tes kesanggupan orangtua untuk bekerjasama dengan sekolah. Hal ini menjadi penting karena kami menerapkan filosofi pendidikan dengan sebuah pendekatan 4 kaki meja.

Filosofi 4 kaki meja bermakna bahwa meja yang dapat meletakan banyak hal diartikan sebagai penguatan kemampuan murid yang ingin dituju yaitu kemampuan untuk memahami banyak hal dan dapat menjadi tempat untuk pengembangan dari banyak hal seperti kemampuan akademis, kemampuan non akademis, kemampuan dalam mengendalikan diri, mengenal diri, dan lainnya. Meja ini akan seimbang dan tidak goyak karena ditopang oleh 4 kaki meja. Siapa saja 4 kaki meja tersebut? Ya yang pertama adalah tentu topangan yang diberikan oleh yayasan selaku penyelenggara pendidikan, yayasan memberikan dukungan berupa saran, sarana-prasarana, keuangan, visi, juga budaya sekolah yang diharapkan.

Kaki yang kedua adalah sekolah dimana di dalamnya adalah kepala sekolah dan tim sekolah yaitu guru dan tenaga kependidikan (staf administrasi, keamanan, kebersihan). Sekolah memberikan pelayanan pendidikan yang prima mulai dari proses pembelajaran yang membangun, menyenangkan dan membawa kemajuan kepada murid, sekolah juga memberikan penguatan kepada murid dan orangtua murid untuk saling bekerjasama dalam menjalankan pendidikan.

Kaki yang ketiga adalah orangtua murid, peranan orangtua murid disini adalah untuk terus memantau perkembangan murid khususnya di rumah, juga aktif dalam membangun interaksi bersama pihak sekolah dalam upaya mendukung kegiatan sekolah untuk  memajukan putra-putrinya.

Kaki yang keempat adalah murid, mereka sebagai subjek belajar yang dinamis penuh warna. Murid perlu dilibatkan dalam kegiatan persekolahan agar mereka pun merasakan pendidikan di sekolah sebagai bagian dari kehidupannya hal ini dapat membangkitkan semangat mereka untuk bersekolah.

Kerjasama 4 kaki meja ini sangat perlu direkatkan agar pendidikan dapat berjalan secara optimal. Berikut penulis menuangkan kerjasama antar 4 kaki meja dalam melakukan pemecahan masalah yang terjadi pada salah satu murid. Katakan saja nama murid ini adalah A. Ia didaftarkan bersekolah di SMP yang penulis pimpin waktu itu dengan dasar kemampuan matematika dan bahasa Indonesia dan tambahan bahasa inggrisnya cukup. A juga tampak tidak banyak bicara, kurang intensif dalam kontak mata, serta juga tampak seperti murid yang pada umumnya yang terkesan masih anak SD yang baru lulus.

A diantar oleh Papa-nya untuk mendaftar sekolah dan juga untuk hal lainnya terkait pendaftaran. Papa A terlihat sebagai orangtua yang santun, berpendidikan, punya visi kuat untuk anaknya. Tiba waktunya kami mengundang kedua orangtua A untuk hadir dalam wawancara bersama pihak sekolah dan pihak yayasan. Namun waktu itu yang hadir sekali lagi hanya Papa A saja, Mama A waktu itu belum dapat hadir dikarenakan adanya tugas pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan. Hal ini kami maklumi dan kami tetap jalankan proses wawancara tersebut.

Setelah akhirnya kami terima A menjadi murid SMP, selang 1 bulan pembelajaran terjadi sebuah kejadian yang belum pernah kami alami sebelumnya. "Pak Frengky, ada laporan dari murid kita bahwa ada murid yang menyebarkan pornografi melalui facebooknya ke teman-teman lainnya", Guru BK kami menyampaikan temuan ini. Tanpa perlu waktu lama, saya meminta untuk segera diselidiki kebenaran laporan ini dan tentu panggil A agar melakukan klarifikasi tindakannya. Setelah berlangsung hanya beberapa menit, data telah ditemukan berupa halaman facebook yang berisi penyebaran pornografi. Selanjutnya setelah data ditemukan, saya minta ditemukan dengan A yang dihadiri oleh wali kelas, guru BK dan kepala sekolah.

Kami lakukan wawancara mendalam dengan A, untuk mengetahui motif dan kebiasaan apa yang sudah hadir di dalam dirinya yang terbentuk sebelum ia menjadi murid SMP kami. Akhirnya A mengakui tindakannya, namun belum merasa bersalah. Tugas kami berikutnya adalah menemukan akar masalah yang ada pada A agar kami dapat membantu A keluar dari kebiasaan buruk ini. Dikarenakan A cukup pemalu untuk mengungkapkan hal-hal salah yang sangat pribadi, maka saya mengubah pertemuan dengan cara intensif berdua dengan A. Di saat pertemuan 4 mata berlangsung, dengan kemampuan sugesti yang pernah saya pelajari, saya coba untuk membuat A bercerita secara mendalam apa saja yang ia lakukan di luar sekolah di saat SD.

Saya cukup kaget setelah mendengar cerita A bagaimana ia memulai menonton pornografi dimulai dari rental game online di suatu tempat penyewaan. Di sana juga ia belajar merokok, melakukan tindakan negatif lainnya yang tidak pantas sebagai murid sekolah dasar. A juga bercerita bagaimana mama papanya pun tidak mengetahui hal ini karena ia tidak menceritakannya kepada orangtuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun