Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menerima yang Datang, Mengijinkan yang Pergi

10 April 2023   15:34 Diperbarui: 10 April 2023   17:13 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitu juga ketika kesedihan atau penderitaan datang, kita boleh meratapnya, sedih, menangis, dan respon mental lainnya, namun setelah itu sadarilah ini pun akan berlalu, akan hancur dan lenyap. Ini hanya datang karena banyak sebab, dan iapun akan lenyap dan hancur karena banyak hal. Hadapi saja kemalangan yang terjadi bukan hanya meratapinya tapi mencari solusi agar memberi dampak baik untuk diri kita dan banyak orang. Kegagalan dalam pencapaian cita-cita misalnya boleh kita ratapi tapi hanya beberapa saat saja sebagai respon alami emosi kita, namun setelah itu kita perlu bangkit dan mencari sebab kegagalan dan mencari solusi agar kegagalan ini menjadi lenyap dan berbuah keberhasilan.

Sikap realistis yang Guru Agung Buddha ajarakan bukan semata-mata sikap optimis lawan dari sikap pesimis namun beliau ajarakan kita untuk realistik, menerima keadaan yang terjadi lalu kita punya ruang untuk memberikan sentuhan batin dan ketrampilan hidup kita untuk memperbaikinya atau meningkatkannya agar mencapai kebahagiaan yang kita harapkan. Suatu ketika penulis mengikuti retret meditasi 10 hari yang diampuh oleh S.N. Goenka seorang Burma, beliau memberikan sebuah cerita yang sangat mudah untuk memahami sikap realistik. Suatu ketika seorang ibu yang memiliki 3 anak laki-laki memberikan perintah yang sama terhadap ketiga anak laki-laki ini. "Anak-anakku, silakan kalian gunakan botol 2 liter ini untuk membeli minyak goreng curah di 3 warung yang berbeda", ketiga anak tersebut menjawab, "Baik Ibu". Ketiga anak ini pun pulang dan mengalami hal yang sama yaitu isi minyak goreng yang dibeli 2 liter tumpah 1 liter. Anak pertama menangis keras dan menyampaikan ke ibunya, "Ibu....(sambil menangis) maafkan aku ibu, aku tidak berhasil membawa pulang minyak goreng 2 liter, aku terjatuh di saat perjalanan pulang dan aku kehilangan 1 liter minyak goreng". Anak ini boleh kita juluki anak pesimis yang melihat kegagalan sebagai bagian dari hidupnya yaitu menumpahkan minyak 1 liter. Lalu anak kedua datang ke ibunya sambil berteriak gembira dan sangat senang dan berkata,"Ibu... (sambil tertawa bahagia) aku berhasil menyelamatkan 1 liter minyak goreng, aku sangat piawai mempertahankannya hingga sampai ke rumah, yes... aku bisa". Anak kedua ini dapat kita sebut sebagai anak optimis yang selalu melihat satu sisi kehidupan yang baik saja dan melupakan sisi yang tidak baik yang perlu dikoreksi. Selanjutnya anak ketiga pun pulang menghampiri ibunya dengan ketenangan dan berkata," Ibu.... (dengan tenang) Saya minta maaf atas tumpahnya minyak goreng 1 liter, dan saya akan menggantikannya dengan uang jajan yang aku peroleh, namun ibu aku berhasil menyelamatkan 1 liter minyak goreng, aku pun senang bisa menyelamatkan 1 liter ini". Anak ketiga inilah sosok anak realistik. Anak yang menerima perubahan yang buruk maupun yang baik. Ketika mengalami hal yang buruk, seorang yang realistik menerimanya dan mau memperbaikinya karena ini pun akan berubah, hal buruk ini akan berubah dan dengan pemahaman akan berubah inilah kita perlu mencari solusinya agar hal buruk ini berubah, dan ketika mengalami hal baik ini pun akan berubah namun kita dapat mengubahnya menjadi lebih baik dengan segala strategi dan daya upaya, inilah hal yang diharapkan oleh guru Agung Buddha agar kita terus berjuang dengan kesadaran penuh.

Hidup dengan penyadaran penuh dapat kita latih mulai dari memantapkan dahulu pemahaman kita tentang arti perubahan. Jika kita pengertian kita sudah memahami bahwa segala yang berkondisi akan hancur/berubah/lenyap maka kita mudah untuk mau berniat kuat, berjuang gigih untuk memperjuangkan menghadapi segala yang berkondisi ini. Segala yang berkondisi ini tidak serta merta lenyap atau hancur, namun memiliki proses yang memungkinkan kita untuk terlibat dalam proses tersebut. Di saat minyak goreng tumpah 1 liter, kita bisa meratapinya dalam-dalam sehingga kita menjadi sakit dikarenakan 1 liter minyak goreng tersebut, atau kita bisa teriak gembira karena berhasil menyelamatkan 1 liter lainnya. Namun Guru Agung Buddha mengarahkan kita untuk menerima tumpahnya 1 liter minyak goreng itu yang telah terjadi, dan mempelajarinya agar kedepan tidak terjadi lagi, serta mencari solusi untuk menggantikan minyak goreng 1 liter yang tumpah itu, bukan hanya meratap sedih saja.

Hidup realistik yang Guru Agung Buddha ajarkan agar kita dapat hidup berkesadaran penuh adalah salah satu jalan luhur yang dapat kita pelajari dan jadikan pedoman hidup. Menerima yang datang dan mengijinkan yang pergi merupakan sebuah ungkapan yang baik untuk menguatkan penyadaran diri. Buah dari penyadaran diri dengan hidup realistik dengan menerima yang datang, dan mengijinkan yang pergi adalah kedamaian hidup. Hidup kita mudah untuk berdamai, bukan menjadi damai tetapi berdamai dengan segala yang berkondisi yang hadir dalam hidup kita. Berdamailah dengan segala yang berkondisi yang hadir dapat dimulai dari praktik sehari-hari. Di saat cuaca panas, kita menerima panas hadir dan jika kita tidak tahan dengan panas segeralah mencari tempat teduh, atau menggunakan alat untuk membuat panas ini berkurang. Di saat hujan datang dan panas berlalu ijinkan ia berlalu dan ucapkan selamat datang terhadap hujan yang datang. Jika kita ingin tetap kering dalam hujan yang hadir, gunakanlah pelindung hujan dan pergilah untuk berteduh, dengan demikian baik panas dan hujan yang hadir dan pergi kita tetap berdamai dengan semua kondisi ini. Mereka datang bukan untuk membuat kita susah mereka datang sesuai dengan hukum alam yang terjadi, begitu juga keuntungan dan kesialan yang kita peroleh, semua ini adalah bagian dari kehidupan kita yang kita peroleh berkat kepiawaian atau kekurang piawaian kita dalam menjalankan kehidupan, juga berkat buah karma baik atau buah karma buruk yang pernah kita perbuat sebelum hari ini. Keyakinan tentang segala yang hadir dalam hidup kita adalah bagian dari diri kita itu penting kita miliki agar kita mudah berdamai dengan diri kita sendiri. Namun jika kita menyakini bahwa segala yang terjadi dalam hidup ini adalah karena kutukan atau keberuntungan semata yang diberi oleh pihak lain maka kita sulit mendamaikan diri kita, karena kita pasti menyalahkan pihak lain tersebut.

Menerima yang datang dan mengijinkan yang pergi memberikan kita sebuah semangat untuk mengembangkan batin yang mudah berdamai dengan kondisi yang terjadi. Berdamai itu sekali lagi bukan suatu sikap optimis atau pesimis tapi sikap yang realistik, melihat kedua sisi kehidupan bahkan dapat melihat berbagai sisi kehidupan. Teruslah berjuang para penggemar kebajikan, teruslah mengembangkan batin ini agar lebih bajik dan bijak serta mampu terus hidup lebih luhur. Semoga renungan Waisak ini memberi penguat untuk kehidupan kita, mohon maaf jika ada salah kata, akhir kata semoga semua makhluk berbahagia. Sadhu, Sadhu, Sadhu.

Image of Buddha
Image of Buddha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun