Keamanan siber adalah masalah yang mendesak yang harus segera diatasi oleh Indonesia. Kasus Bjorka yang baru-baru ini terjadi menarik perhatian terhadap masalah ini, di mana seorang warga Indonesia dapat mengakses dokumen-dokumen rahasia pemerintah dan menjualnya kepada pihak asing. Insiden ini menyoroti kerentanan infrastruktur keamanan siber di Indonesia dan menekankan perlunya tindakan yang lebih kuat untuk melindungi informasi sensitif.
Salah satu kelemahan utama dalam infrastruktur keamanan siber Indonesia adalah kurangnya regulasi dan penegakan hukum yang tepat. Saat ini, tidak ada undang-undang dan peraturan yang ketat untuk mengatur praktik keamanan siber dan memastikan kepatuhan di antara organisasi dan individu. Pendekatan ini terlalu longgar, dan banyak perusahaan dan individu tidak mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi data mereka.
Kelemahan lainnya adalah kurangnya investasi dalam infrastruktur keamanan siber. Banyak organisasi dan individu di Indonesia tidak berinvestasi dalam alat dan teknologi keamanan siber yang sangat penting untuk melindungi terhadap ancaman siber. Hal ini membuat mereka rentan terhadap serangan dan memudahkan bagi para penjahat siber untuk mengeksploitasi kelemahan mereka.
Selain itu, ada kurangnya kesadaran di kalangan masyarakat umum tentang pentingnya keamanan siber. Banyak orang tidak menyadari risiko dan bahaya yang terkait dengan serangan siber dan tidak mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi informasi pribadi mereka. Kurangnya kesadaran ini membuat lebih mudah bagi penjahat siber untuk melakukan serangan dan mencuri informasi sensitif.
Untuk mengatasi kekurangan ini, Indonesia harus mengambil strategi multifaset untuk keamanan siber. Ini terdiri dari adopsi peraturan dan regulasi yang kuat yang mengatur praktik keamanan siber, investasi dalam infrastruktur keamanan siber, dan promosi kesadaran dan pendidikan keamanan siber.
Meningkatkan keamanan siber di negara berkembang seperti Indonesia memerlukan strategi multifaset. Berikut adalah beberapa saran tentang bagaimana pemerintah dapat memperkuat keamanan sibernya:
Memperbaiki mekanisme pengaturan dan penegakan hukum: Untuk memastikan bahwa perusahaan dan masyarakat menganggap serius keamanan siber, pemerintah dapat memberlakukan undang-undang dan hukuman yang lebih ketat untuk ketidakpatuhan. Ini harus mencakup audit keamanan siber yang diperlukan serta pembentukan badan pengatur yang bertugas mengatur prosedur dan sumber daya keamanan siber
Meningkatkan investasi dalam infrastruktur keamanan siber: Pemerintah dapat mencurahkan lebih banyak sumber daya untuk memperkuat infrastruktur keamanan siber negara, termasuk pembuatan alat dan teknologi mutakhir untuk memerangi ancaman siber. Ini mungkin memerlukan kolaborasi dengan perusahaan sektor swasta untuk berinvestasi dalam startup keamanan siber dan melakukan penelitian.
Meningkatkan kesadaran dan pendidikan publik: Pemerintah dapat memulai kampanye kesadaran publik untuk mendidik masyarakat tentang risiko dan dampak serangan siber, serta tindakan pencegahan yang harus mereka lakukan untuk melindungi diri mereka sendiri. Ini harus melibatkan iklan online dan offline yang ditujukan untuk berbagai demografi.
4. Membangun keterampilan teknis: Dengan membuat program pelatihan dan memotivasi perguruan tinggi untuk memberikan          kursus khusus di sektor ini, pemerintah dapat berinvestasi dalam mengembangkan kompetensi teknis penting dalam                  keamanan siber.
5. Mendorong kolaborasi internasional: Keamanan siber adalah masalah dunia, dan kerja sama internasional dapat membantu           negara berkembang seperti Indonesia dalam mengembangkan kemampuan keamanan siber mereka. Untuk bertukar keahlian,         praktik terbaik, dan sumber daya, pemerintah dapat bekerja dengan negara lain dan organisasi internasional.