Wabah corona belum usai. Kondisi ini membuat banyak dari kita khawatir. Setiap waktu kita bertanya kapan wabah ini akan berlalu. Anjuran #DiRumahAja sering bikin pusing kepala apalagi bagi mereka yang harus terus berjuang demi bisa makan sehari dan menyambung hidup.
Memang, anjuran #DiRumahAja agak terkesan tidak adil, terkhusus bagi mereka yang tidak bisa hanya duduk diam di rumah, lalu mengharapkan nasi dan lauk pauk turun dari langit.
Meskipun di sisi lain pemerintah membantu, namun pengharapan akan bantuan tidak selalu menjadi solusi. Kebutuhan lain selain konsumsi pun bisa menjadi alasan mereka untuk tetap bekerja demi mendapat selembar uang.
Melihat kondisi sekarang di mana sebagian orang bergelut dengan makan dan minum yang semakin sulit, saya jadi bersyukur memiliki kebun juga tanaman-tanaman berbuah yang meramaikan halaman rumah.
Dari kecil saya selalu bertanya kenapa bapak dan ibu saya menanam beberapa tanaman di kebun dan sekitar rumah, bahkan saya sering merasa malas kalau harus disuruh menyiram mereka.
Pandemi corona seolah menyadarkan saya bahwa mereka-mereka itu justru juga menopang kehidupan, terlebih saat kesusahan melanda. Hal yang dulu saya pertanyakan manfaatnya, kini terjawab seiring berubahnya situasi dalam hidup.
Pisang, tomat, lemon, cabai, kelapa, labu, bayam, daun kelor, daun singkong agaknya tidak semewah makanan restoran, namun bisa menjadi teman setia di rumah saat hidup mewah dibatasi oleh corona.
Memiliki kebun yang ditumbuhi beberapa saja sayur bisa berarti pengeluaran akan lauk pauk sedikit berkurang. Di masa-masa pandemi ini, menekan kemewahan untuk mencicipi kesederhanaan terlihat sedikit lebih berkelas.
Maka satu yang saya pelajari adalah hal-hal sederhana juga punya andil dalam kehidupan. Dan corona membuat saya bisa melihat lebih dalam kesederhanaan dari tanaman-tanaman kebun yang sering terabaikan.
Semoga pandemi ini segera berakhir. Jangan lupa seusai ini berkebun di rumah!