Negeri kita memang gemah ripah loh jinawi. Setelah masa panen selesai, sawah yang masih basah biasanya akan ditumbuhi sayuran dan buah-buah perdu yang enak, gurih, manis dan bergizi. Misalnya selesai masa panen padi akan tumbuh tanaman buah ciplukan. Juga akan tumbuh sayuran, misalnya semanggi, kangkung sawah, dan genjer.
Hanya saja lidah masyarakat yang mulai teracuni budaya modern ( barat ) buah dan sayuran ini semakin terabaikan bahkan tidak dikenal oleh kaum muda dan ekonomi menengah yang lebih mengenal peer, apel Washington, dan brokoli.
Bagi kalangan ekonomi pas-pasan terutama kaum petani buruh, sayuran dan buah ini masih cukup dikenal dan dikonsumsi sebagai makan siang saat berada di sawah.
Misalnya sayur genjer yang mudah didapat dan dimasak, biasanya dijadikan sayur pecel atau urap-urap. Ada juga petani yang masih sudi menjual sayur genjer di pasar tradisional di pedesaan untuk memenuhi permintaan konsumen kelas bawah.
Beberapa kalangan atas sebenarnya juga ada yang suka akan sayur genjer. Hanya saja sayuran ini mudah layu jika telah dipetik karena sayuran ini cukup banyak membutuh air.
Pada pertengahan 60 -70an, sayur genjer dianggap sebagai sayuran kaum proletar yang menjadi simpatisan PKI. Apalagi ada lagu-lagu Genjer-genjer yang dianggap lagunya para pengikut dan simpatisan PKI.
Bagi penulis sayur adalah sayur. Genjer adalah salah satu tumbuhan yang dapat dikonsumsi untuk dinikmati dan diambil gizi dan nutrisinya. Nikmati saja. Enak kok…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H