Mohon tunggu...
Arya Pamungkas
Arya Pamungkas Mohon Tunggu... -

another almost mid-twenty geek who has a redundant obsession of having a vigorously happy family..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Review 10 Film Terbaik Oscars 2011

25 Februari 2011   11:45 Diperbarui: 28 Desember 2015   17:37 11289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film ini berkisah mengenai pasangan lesbian yang memiliki dua anak hasil donor sperma. Konfliknya memuncak ketika kedua anak tersebut menemukan dan membawa ayah biologis mereka alias sang pendonor ke dalam kehidupan keluarga ini. Bagi saya, ini merupakan perpaduan dramatis dari isu sensitif mengenai nilai keluarga dan orientasi seksual, sekaligus pencitraan positif mengenai pasangan homoseksual. Namun, ini bukan sebuah film yang secara gamblang dan detail merumuskan pembelaan atau pledoi untuk membujuk orang bersimpati dan mau mengangguk-angguk untuk bersetuju mengenai perkawinan sejenis. Lebih dari itu, film ini menawarkan penjernihan dengan bingkai mengenai  sisi hidup lain. Saya kira, ini bukan model film yang bisa ditayangkan secara luas di Indonesia, bisa-bisa banyak ormas main bakar-bakaran di luar bioskop.

 

The Social Network

Mark Zuckerberg, yang didaulat sebagai billionaire termuda di sepanjang sejarah umat manusia, tentu tak pernah mengira ia bisa menjadi seperti sekarang hanya dalam waktu tujuh tahun. Mengusung tagline yang kalau diterjemahkan secara bebas berarti "anda tidak memiliki 500 juta teman tanpa beberapa musuh", film ini berkutat dalam scene yang tertata rapih dalam menuturkan bagaimana Zuckerberg mendirikan Facebook dan menyelesaikan gugatan hukum terkait hak cipta.  Karakter kuat dari dialog cepat dan pribadi Zuckerberg, yang dipertunjukkan oleh Jesse Eisenberg, menjadi kekuatan tersendiri dalam film ini sekaligus mengantar pemerannya ke nominasi aktor terbaik. Saya pribadi tidak merasa ada sesuatu yang membuatnya lebih, mungkin karena sebelumnya saya sudah khatam sejarah Facebook, dan film ini terlalu sesuai dengan ekspektasi. Ini merupakan film yang bagus, tidak lebih.

 

The King's Speech

Pernahkah anda membayangkan kalau Indonesia memiliki pemimpin yang gagap sehingga berpidato pun sulit? Inggris pernah memilikinya di dalam diri King George V atau Bertie, sapaan informalnya. Diperankan secara brilian oleh Colin Firth, saya benar-benar dibuat gemas dan geregetan dengan sosok raja satu ini. Saya kira ini memang tahunnya Colin Firth, pendalaman personalitas dan aksen tutur kata gagapnya benar-benar alami. Eisenberg mungkin bisa melakukan dialog cepat ala Zuckerberg, tetapi beraksen gagap secara natural itu berada di level yang jauh lebih tinggi. Sisanya, film ini merupakan representasi kaum elite istana dengan segala aturan tradisional dan ekspektasi kesempurnaan yang mesti dimiliki keluarga bangsawan. Sekaligus juga dialog cerdas dan sindiran egaliter yang keluar dari Logue, sang mentor pidato yang keturunan Australia, ini jelas pertunjukan sentimentil. Pada akhirnya, film ini membawa sensasi kelegaan ketika Bertie secara kharismatik mampu berbicara di saat-saat Inggris memerlukan suntikan moral menjelang perang melawan Jerman. Well, that's Colin Firth, he's stammer, I'm speechless..

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun