Mohon tunggu...
Noen Muti
Noen Muti Mohon Tunggu... Mahasiswa - belum menikah

Penikmat seni

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Patah

13 Maret 2022   22:43 Diperbarui: 13 Maret 2022   23:01 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Entah mengapa tiba-tiba ingin menulis seperti ini, sebuah tulisan yang lahir dari cerita masa lalu  pernah hadirkan harapan tapi kemudian berbalik dan mematahkannya sendiri. 

Untuk yang pernah hadir

bagaimana kabarmu?

Semoga kebahagiaan selalu mewarnai hari-harimu

Aku berharap semoga ketenangan selalu bersamamu 

Kebahagiaan tidak pernah berakhir sejak keputusan untuk mengakhiri semuanya

Malam-malamku tak pernah dipenuhi rasa cemas lagi akan kabarmu

Malam-malamku tak lagi merindukanmu, aku tak pernah mengais-ngais oase kehangatan lagi dimalam-malam kaku dan sepi. 

Aku mengerti dan aku menyadarinya

Aku memaksakan diri menjadi lilin penerang tidur untuk orang yang lebih suka terlelap dalam gelap

Lilinnya dipadamkan kemudian memilih untuk terpejam dalam kegelapan.  

aku adalah manusia yang paling menyedihkan menjadi payung untuk seseorang yang Lebih menyukai rintik-rintik hujan

 Hujan menyakitimu dan kemudian kau rakit bumerang dan berbalik menyerangku.

Aku tidak memiliki duka dan luka untuk ku kenang dari  orang yang tidak tepat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun