"Sepakat memajukan Gorontalo." ujar salah salah seorang Kepala Daerah pada status media sosialnya setelah pertemuan silaturahim Idul Fitri antar Pimpinan Parpol di Gorontalo, kemarin. Pertemuan ini menarik,dan tentu saja penting karena yang hadir adalah elit politik lokal yang juga menjabat Kepala Daerah.
Karena dihadiri tokoh politik maka pertemuan inipun tidak bisa lepas dari pertemuan politik. Otomatis kesepakatannya pun bisa disebut politis. Jika berjalan baik, maka dampaknya akan sangat baik bagi Gorontalo kedepan.
"Kesepakatan" para elit parpol lokal ini tentu sangat berarti. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, 'sepakat' berarti sependapat dan setuju terhadap suatu hal. Ada yang bersepakat mewujudkan sesuatu. Bisa jadi menghindari sesuatu, juga menjadi sebuah kesepakatan.
Sepakat memajukan Gorontalo artinya setuju dan sependapat untuk bahu membahu membangun Gorontalo menjadi lebih maju. Mandiri daerahnya, sejahtera warganya.
Apakah "kesepakatan politik" ini bisa diwujudkan atau hanya sekedar menjadi politik utopis?
Membangun Gorontalo menjadi lebih maju umumnya menjadi narasi tunggal setiap Kampanye Pilkada di Gorontalo. Namanya janji politik, sebagian bisa terwujud, sebagian lainnya nunggak. Ini tentu saja bukan sebuah kesalahan tapi bisa menjadi kelemahan sistemik dari sebuah kepemimpinan.
Dalam filosofi perencanaan, pembangunan adalah sebuah proses. Baik tidaknya hasil pembangunan sangat tergantung dari proses perencanaan. Agar hasilnya maksimal, maka proses perencanaan dibagi kedalam dimensi jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek.
Suksesnya amanah yang diemban Kepala Daerah sangat tergantung seberapa kuat visi dan programnya. Jika visi diterjemahkan kedalam perencanaan jangka panjang maka program diadaptasi kedalam perencanaan jangka menengah dan pendek. Keduanya memerlukan seni kepemimpinan publik yang berbeda dengan sektor swasta.
"Kesepakatan" pada pertemuan silaturahim di atas adalah bagian dari seni memimpin sektor publik. Sukses Kepala Daerah tidak semata-mata tergantung pada gerbong birokrasinya. Dukungan politik, utamanya lembaga legislatif menjadi salah satu faktor yang krusial.
Untuk hal ini, Gorontalo cukup bisa dibanggakan. Isu disharmoni antara eksekutif dan legislatif relatif lebih kurang, setidaknya jika dibandingkan daerah lain.Â