Disrupsi adalah salah satu ilustrasi yang menggambarkan external shock yang mendorong individu manusia berubah. Mereka "dipaksa" menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi.
Disrupsi teknologi yang mendorong digitalisasi berbagai pekerjaan dengan cepat dapat diadopsi. Alasannya karena tidak ada pilihan, mereka harus bisa menggunakannya atau digantikan oleh mereka yang mau belajar menggunakannya.
Contohnya cukup banyak. Di bidang perencanan dan keuangan, misalnya, adaptasi terhadap teknologi IT bisa dengan cepat dilakukan para pegawai yang menangani bidang ini.Â
Penugasan yang diikuti berbagai pelatihan memungkinkan penguasaan sistem dengan baik, dan itu tidak membutuhkan kualifikasi pendidikan yang tinggi.Â
Saat Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) diluncurkan, para pegawai yang menangani perencanaan dan keuangan dengan cepat belajar menguasainya.
Sistem aplikasi berbasis teknologi IT di bidang kepegawaian juga bukan hal yang sulit bagi para ASN. Contohnya adalah saat Provinsi Gorontalo meluncurkan penggunaan SIRANSIJA dalam sistem kepegawaian daerah.Â
Sistem yang mendapat apresiasi dari Badan Kepegawaian Negara ini dengan segera "dikuasai" cara penggunaanya. Tidak ada pilihan, ASN Pemprov Gorontalo harus menggunakannya.
Pandemi COVID-19 adalah bentuk external shock lain yang mendorong adaptasi cepat para ASN. Selama working from home berbagai pekerjaan dikerjakan jauh dari kantor. Mulai dari absensi, hingga rapat dilakukan secara remote dengan dukungan IT. Terbukti, selama Pandemi kinerja ASN tetap produktif.
Dalam sambutannya saat SAKIP RB Award 2020, Menpanrb mengatakan produktivitas ASN semakin bagus dan tetap terjaga dengan baik selama pandemi COVID-19.
Jelas, menjadi ASN Produktif bukan hal mudah, namun juga bukan hal yang tidak bisa dilakukan. Kuncinya adalah kemampuan adaptasi terhadap perubahan yang menuntut mereka mengembangkan kapasitasnya.