Kerjasama global dalam rangka menghadapi Pandemi ini seharusnya membangkitkan kesadaran tentang kesepakatan-kesepakatan global terkait keberlanjutan kehidupan bumi termasuk kesepakatan menurunkan emisi C02. Bumi tidak membutuhkan retorika penurunan emisi. Aksi nyata perlu segera diambil, mulai dari komitmen perjanjian multilateral hingga aksi kolektif individu. Semuanya harus dimulai dari sekarang dan berbarengan.
Necessary Revolution
Skenario penyelamatan bumi sebenarnya berjalan telah lama dan berevolusi dalam beberapa fase. Sekat geografis yang semakin tipis mewarnai semakin terbukanya kerjsama global. Teknologi informasi yang kian canggih menyatukan dunia dalam genggaman tangan. Mendorong kehidupan bumi kedalam One Global Village.
Trend ini seharusnya ikut mewarnai perubahan cara pandang terhadap bumi. Saatnya bumi diperlakukan sebagai rumah bersama yang dijaga bersama dengan cara pandang yang sama pula. Trend ini seharusnya dapat mendorong perubahan paradigma melalui perubahan mindset individu diberbagai tingkatan mulai dari Kepala Negara hingga masyarakat bawah.
Peter Senge, dkk menggambarkan evolusi mindset individual itu dalam bukunya, The Necessary Revolution. Pada level global, kepala negara bisa belajar dari krisis keuangan 2008 bahwa pembangunan yang terlalu mengejar pertumbuhan adalah sesuatu yang miss guide. Â Saatnya merubah orientasi pertumbuhan (growth) kepada kemakmuran (prosperity). Salah satunya adalah melahirkan lebih banyak lagi kebijakan hijau di masa depan yang pro keberlanjutan (a greener future).
Perubahan mindset masyarakat terutama pada perilaku konsumsi. Sebagai konsumer masyarakat memiliki pengaruh dalam ekonomi. Semakin banyak pembelian produk sehat yang dihasilkan dalam rantai produksi ramah lingkungan maka semakin besar pengaruhnya terhadap faktor-faktor produksi. Seorang vegetarian, misalnya, secara tidak langsung memberi andil dalam upaya menekan emisi CO2, land clearing dan penyelamatan lingkungan. Â
Perubahan mindset pada individu juga dapat didorong menggunakan sistim insentif. Levitt dan Dubner menyebutkan setiap individu terbiasa hidup dengan perilaku yang didorong dengan insentif (incetivize behavior). Ingat bagaimana orang tua membujuk anak-anaknya dengan mainan agar rajin ke sekolah. Untuk merangsang produktivitas, perusahaan membagi bonus bagi karyawan berprestasi.
Incentivize behavior ini juga diterapkan dalam mengubah respons manusia terhadap perubahan iklim. Clean development misalnya, memperkenalkan sistim perdagangan karbon sebagai bentuk insentif terhadap pengendalian emisi karbon. Perubahan perlaku juga dirangsang dengan mendorong kehidupan yang pro terhadap lingkungan (ecological lifestyle). Insentif yang digunakan misalnya dengan mendorong rasa malu jika menggunakan gelas plastic disaat gelas-gelas daur ulang sudah lazim digunakan. Â
Manusia sejatinya memiliki dorongan untuk berbuat baik atau buruk. Pandemi COVID-19 seharusnya dapat mendorong perlaku baik individu ke dalam revolusi sederhana menjaga lingkungan untuk keberlanjutan kehidupan di bumi.
Mari Berubah untuk Bumi yang Lebih Baik!