Soal konsumsi, di Pantai Iboih tersedia banyak restoran umumnya menyediakan pola makan western, dengan harga yang cukup lumayan. Jika tidak ingin makan di cafe, lebih baik memilih family dinner yang disediakan beberapa warung kecil. Harganya jauh lebih murah, per orang dipatok harga Rp 25.000,- sekali makan dengan kombinasi menu berupa sayur, sea food dan minum.
Kearifan Lokal Pulau Weh
Pulau Weh memiliki kebijakannya tersendiri dalam mengelola alam. Setiap hari Kamis, mulai pukul 19:00 hingga Jumat pukul 15:00 adalah hari istirahat bagi lautan. Sepanjang waktu itu tidak diperkenankan ada aktivitas apapun di laut, termasuk memancing, menjala ikan, berenang, diving ataupun snorkeling . Warga diimbau tidak melakukan aktivitas apapun di pantai untuk menghormati alam.
Pemilik homestay tempat kami tinggal menjelaskan bahwa aturan itu dibuat sebagai ungkapan syukur atas alam dan salah satu cara masyrakat untuk melestarikan alam. “Biarkan alam beristirahat sejenak,” ujarnya.
Pola hidup di Pulau Weh bukanlah pola hidup masyarakat perkotaan yang semua serba terburu-buru. Di Pulau Weh semua serba santai, tak ada buru-buru, tak ada sahut menyahut klakson. Saking santainya, seluruh halte angkot nyaris kosong dan entah jam berapa ada angkot yang datang.
Panjangnya waktu di Pulau Weh juga dimanfaatkan untuk tidur siang. “Ry, kalau kamu ke Sabang nanti disana biasanya ada jam tidur siang dari jam 1 sampai 3,” kata temanku sebelumnya. Penasaran sekaligus tidak percaya, ternyata benar, jam 13:00-15:00 banyak dimanfaatkan warga untuk waktu tidur siang. Di pinggiran jalan yang teduh, di depan teras rumah, begitu sepi karena warganya memilih untuk tidur siang.
[caption caption="Desa Iboih kala senja menyapa"]
Titik Nol Indonesia
Dari pantai Iboih ke utara sekitar 17Km terdapat monumen Titik Nol Indonesia. Monumen ini menjadi penanda akan dimulainya perjalanan panjang sebuah bangsa yang membentang ke timur. Tak banyak orang di titik nol, ada beberapa kios yang tutup dan dibaliknya deru ganas samudera terdengar keras.
[caption caption="Monumen Titik Nol Indonesia"]
Sejatinya, pulau Weh sendiri bukanlah titik nol yang sesungguhnya, namun pulau Rondo. Pulau Rondo sendiri harus ditempuh menggunakan perahu atau helikopter. Tak ada penghuni disana, hanya pos penjagaan yang dijaga oleh Tentara.