Mohon tunggu...
Aryanto Wijaya
Aryanto Wijaya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bekerja sebagai Editor | Jatuh cinta pada Yogyakarta Ikuti perjalanan saya selengkapnya di Jalancerita.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pulau Weh, Pesona di Ujung Barat Indonesia

26 September 2015   12:48 Diperbarui: 27 September 2015   12:01 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan selama 2,5 jam nyaris tak berasa ketika kami terbius oleh birunya samudera. Setibanya di Balohan, kami masih harus menempuh jarak 40Km menuju Iboih. Terdapat dua pilihan transportasi di Sabang, sewa motor atau naik angkutan umum yang tak jelas kapan waktu pergi dan datangnya. Kami memutuskan menyewa motor,  setelah proses tawar menawar yang alot dengan pemilik, akhirnya harga Rp 80.000,- sehari pun disetujui.

Untuk diketahui, sebagai orang baru di Sabang awalnya saya shock, ada perbedaan budaya yang terjadi. Ketika di kapal saya menelpon seorang pemilik rental motor dan menanyakan harga sewa per hari. Kaget bukan main karena ia mematok harga Rp 800.000,- hari, setelah nego sana sini dia sepakat di harga Rp 600.000,-. “Kok, mahal sekali sewa motor saja hampir satu juta?” gumam saya. Ternyata, jika kita bilang “motor” di Sabang, itu artinya mobil, sedangkan motor roda dua dalam arti sesungguhnya dinamai “Honda”, apapun merek sepeda motornya tetap dinamai Honda.

[caption caption="Sekalipun mereknya bukan Honda, tetap saja disebut Honda"]

[/caption]

Kami tertawa atas miskomunikasi miskomunikasi yang terjadi. Maklum, Indonesia ini kaya, tiap daerah punya bahasa dan budayanya masing-masing. Lega rasanya ketika kami mulai paham sedikit demi sedikit mengenai budaya masyrakat Pulau Weh. Perjalanan kami lanjutkan menuju Iboih yang berjarak 40Km dari pelabuhan Balohan ke utara.

Pantai Iboih, Replika Surga

Perjalanan menuju pantai Iboih banyak diselingi oleh kata-kata “wow”, pasalnya jalanan yang meliuk-liuk menyajikan panorama laut yang sungguh merona. Di sisi kiri hutan lebat sedangkan di sisi kanan laut biru menghampar luas. Pengendara di Sabang perlu hati-hati, jalanan yang mulus kadang menggoda untuk ngebut dan lengah. Kedua, di beberapa lokasi terdapat begal monyet, dimana monyet-monyet hutan turun ke jalan dan terkadang mengejar motor yang lewat.

Pantai Iboih adalah destinasi terpopuler untuk snorkeling and diving. Pantai yang diapit oleh Pulau Rubiah ini begitu tenang dan jernih. Puluhan homestay berjejer rapi dengan beragam harga, dari kelas backpacker seharga 50 ribu hingga kelas lumayan mahal seharga 500 ribu semua tersedia disini.

[caption caption="Sejernih kaca, air laut di Iboih"]

[/caption][caption caption="Homestay di Iboih, harganya beragam mulai dari 50.000-ratusan ribu"]
[/caption]

Kami memilih untuk bermalam di Fatimah Homestay seharga Rp 70.000,- per malam dengan panorama langsung menghadap laut. Mayoritas pengunjung di Iboih adalah backpacker dari berbagai negara di Eropa dan sekali berkunjung, mereka terbius untuk lupa pulang. Salah satunya adalah Markus Schram (31), seorang berkebangsaan Jerman ini sudah menghabiskan 12 hari di Pantai Iboih.

Aktivitas utama untuk dilakukan di Iboih adalah snorkeling, diving. Kebanyakan turis mancanegara memilih untuk melakukan dua aktivitas itu tiap hari sampai kulit gosong. Berhubung saya bukan bule, saya memilih untuk berenang di pinggiran pantai, lalu tidur-tiduran di ayunan kemudian menulis diary, waw sungguh hari yang sempurna.

[caption caption="Suguhan dari depan jendela kamar"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun