Mohon tunggu...
Aryanto Wijaya
Aryanto Wijaya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bekerja sebagai Editor | Jatuh cinta pada Yogyakarta Ikuti perjalanan saya selengkapnya di Jalancerita.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Asyiknya Sehari Jadi Anak Desa

21 September 2015   22:12 Diperbarui: 22 September 2015   00:41 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Mandi dan berenang gratis di Titang, Temanggung"][/caption]Gemuruh air terjun perlahan terdengar makin keras seiring langkah kaki yang mendekat menuju sungai. Jalanan tanah berdebu kemudian berganti menuruni puluhan anak tangga curam yang mengarah langsung ke bibir sungai. “Wahh! Yuhuu!” sontak mata kami terbelalak dan tanpa basa basi menanggalkan baju dan segera melompat ke dalam kolam air.

Hampir menghilang dalam ingatan tentang kapan terakhir saya bisa tertawa lepas dan menikmati cengkrama dengan alam. Kesibukan kerja di dunia yang menuntut kecepatan nyaris membuat saya lupa bahwa sejatinya manusia juga butuh istirahat, butuh piknik dan butuh liburan. Namun, liburan jenis apakah yang paling tepat? Tentunya setiap orang punya jawabannya masing-masing, dan jawaban saya hiburan paling asyik adalah bertemu dengan teman, tertawa lepas dan menikmati alam.

Di akhir minggu, saya bersama kawan-kawan dari Jerman dan Temanggung merencanakan sebuah short trip yang bertajuk “Back to the Village!”. Sempat mengalami delay di Bandara akibat kabut asap tak membuat semangat saya luntur. Sekembalinya ke Jogja, tanpa tidur, motor segera dipacu menuju Temanggung yang berjarak sekitar dua jam dari Jogja.

Temanggung, sebuah kota kecil nan mungil terletak di kaki gunung kembar Sumbing Sindoro menyimpan beragam tempat yang eksotis. Hembusan angin sejuk merayap turun dari gunung yang perlahanan menyelimuti kota hingga menjadi dingin sempurna di malam hari. Tanpa basa-basi, mari kita mulai segera trip Back to the Village!

Perjalanan pertama kali adalah mandi di siang bolong. Tak jauh dari alun-alun Temanggung, terdapat sebuah air terjun yang terletak di tengah pemukiman warga, air terjun Titang namanya. Sekilas, tak ada yang istimewa dari air terjun ini. Lokasinya terpencil dan tidak terlalu tinggi. Namun, karena wilayah ini belum banyak dikenal maka suasana di sekitar pun masih terjaga. Air mengalir deras dan jernih sekalipun di musim kemarau. Tanpa banyak bicara, kami segera nyemplung dan merasakan sensasi segarnya air dingin dari sungai.

Hanya sedikit orang-orang lokal yang berkunjung ke tempat ini, sekalipun berkunjung kebanyakan mereka hanya foto-foto lalu pulang tanpa mandi merasakan segarnya air sungai. Sayangnya, beberapa pengunjung tidak bertanggung jawab. Sampah-sampah plastik dibiarkan berserakan bahkan entah apa motifnya terdapat juga beberapa celana dalam nyangkut di pinggiran sungai.

Dingginya Posong dan Megahnya Gunung Kembar

[caption caption="Gunung Sumbing ketika menyambut fajar pagi"]

[/caption]

Hari pertama di Temanggung kami lewati dengan bermain air sampai puas. Destinasi selanjutnya kami menuju sebuah lokasi yang terletak persis di Lereng Gunung Sindoro. Perjalanan kami mulai sejak pukul 04:00 dari alun-alun Temanggung. Mengendarai motor pagi-pagi buta di Temanggung bukan perkara biasa sebab udara dingin terasa menusuk tulang.

Perjalanan menuju Posong ditempuh sekitar satu jam ke arah Wonosobo melewati Parakan. Terdapat papan penunjuk arah menuju Posong. Sejatinya, Posong adalah sebuah wilayah ladang tembakau yang memiliki panorama menarik, yaitu Gunung Sumbing dan Sindoro berdiri anggun menghimpit Posong. Posisinya yang diantara kedua gunung tak ayal menjadikan suhu di Posong selalu sejuk, terutama menjelang fajar. Berada di ketinggian kurang lebih 1.830 meter dpl, menjadikan Posong sebagai destinasi favorit warga sekitaran Temanggung.

Menjelang pukul 05:30 langit yang semula gelap bertabur bintang mulai menampakkan seberkas cahaya kemilau. Awalnya berwarna oranye tua dan berangsur-angsur semakin cerah sampai sang Matahari memunculkan dirinya dengan sempurna. Seiring fajar yang meninggi, halimun tipis yang menutupi kaki Gunung Sumbing perlahan lenyap. Tampak berdiri gagah Gunung Sumbing dengan puncaknya yang menjulang.

Kembali ke Air Terjun!

[caption caption="Kedung Kayang Waterfall"]

[/caption]

Menutup perjalanan singkat kali ini, kami kembali ke air terjun namun lokasinya di Magelang, sejalan dengan arah pulang menuju Jogja. Jalanan menuju lokasi sedikit rusak mengingat banyaknya truk angkutan pasir yang lalu lalang setiap harinya.

Air Terjun Kedung Kayang berlokasi di wilayah Ketep, Jawa Tengah. Untuk mencapainya tidaklah sulit cukup mengikuti penunjuk arah menuju Ketep Pass hingga menemukan pertigaan di tanjakan dan berbeloklah ke kanan.

Untuk menikmati Kedung Kayang terdapat dua lokasi. Apabila tidak ingin bercapek-capek, cukup menikmati air terjun dari atas. Namun harus waspada mengingat tidak adanya pagar pengaman yang bisa berakibat fatal apabila lengah.

Cara kedua adalah mengitari jalanan menurun menuju bawah air terjun. Butuh perjuangan ekstra karena jalanan menurun dipenuhi pasir yang bisa mengakibatkan pejalan terpeleset. Semua rasa lelah terbayar ketika bisa mencapai bibir air terjun. Hembusan angin bercampur air menyegarkan badan yang semula berkeringat.[caption caption="Air Terjun Kedung Kayang dilihat dari sisi atas"]

[/caption]

Walaupun musim kemarau, namun debit air di Kedung Kayang terbilang cukup tinggi. Lahan di pinggiran sungai juga dimanfaatkan warga sekitar untuk bercocok tanam. Kehadiran aliran sungai yang membawa batu-batu dari puncak Merapi menjadi berkah tersendiri. Tanah yang subur digunakan untuk menanam sayuran, sedangkan material vulkanik Merapi ditambang dan menjadi penghasilan lebih bagi warga sekitar. 

Perjalanan singkat kami usai mengingat ada rutinitas yang harus kembali di jalani. “Collect moments, not things!” sebuah quote dalam Bahasa Inggris yang begitu mengena di hati. Memang, waktu berlalu begitu cepat dan menyisakan kenangan. Alangkah baiknya jika kenangan yang kita kenang adalah sesuatu yang baik dan mampu menciptakan senyuman baru di masa depan.[caption caption="Java Journey!"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun