Mohon tunggu...
ARYA NOOR AMARSYAH
ARYA NOOR AMARSYAH Mohon Tunggu... -

arya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Hanya Dapat 1 Tapi 2

19 Oktober 2012   10:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:38 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oo.. ngerti…..ngerti…” Amar setengah berteriak berkata demikian sambil menutup sebuah buku hadits
Satu kesimpulan yang baru saja diperoleh, diikuti dengan tampilan muka serius Amar. Dia coba berpikir lebih dalam. Sore itu, Amar tidak latihan Aikido. Dia di rumah saja, asik membaca buku hadits. Sementara ayahnya yang sedang membaca koran, sempat menoleh ke putra kesayangannya itu.

Ayahnya senang, karena putranya ini memiliki hobi yang sama, gemar membaca. Pak Amir memang sudah menanamkan hobi membaca pada anaknya sejak Amar masih kecil. Waktu Amar kelas satu SD, pak Amir sengaja berlangganan majalah anak-anak. Karena Amar belum bisa membaca, cerita-cerita yang ada di majalah dibacakannya. Amar pun nampak asik mendengarkannya.

Ketika sudah bisa membaca, Amar membaca sendiri majalah anak-anak itu. Sedangkan pak Amir semakin bersemangat membelikan putranya berbagai macam bacaan. Selain berlangganan majalah, dia juga membelikan komik-komik untuknya.
Waktu terus berjalan, Amar pun menginjak usia remaja, ayahnya masih memfasilitasi putra semata wayangnya ini. Dia membelikan Amar, novel-novel remaja.

Kini, ketika Amar sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, bacaan tidak lagi ditentukan oleh ayahnya. Dia sendiri yang menentukan bacaan itu. Bacaan menurut seleranya sendiri.

“Ayah, Ayah tahu gak tentang hadits orang-orang shalih yang terjebak di dalam gua?” tanya Amar
Pak Amir menurunkan koran yang dari tadi menutupi wajahnya. “Tahu, ayah pernah membacanya,”

“Khan di dalam hadits itu, ketiga orang shalih yang terjebak di dalam gua dapat keluar setelah mereka berdoa memohon kepada Allah. Dalam permohonannya itu, mereka menyebutkan amal shalih masing-masing dan supaya dibalaskan sebagiannya di dunia. Emang boleh ya Yah?”

“Iya boleh. Itu dalilnya.”
“Kalau amal shalih mereka telah dibalas di dunia, berarti kelak di akhirat, mereka tidak lagi mendapat ganjarannya donk?” tanya Amar
“Masalah pahala itu urusan Allah. Karena amal shalih selain tergantung pada rujukan dalam berbuat, tergantung juga pada niat dan keikhlasan. Yang dapat mengukur keikhlasan manusia hanyalah Allah,”
“Trus, yah?”
“Menurut pemahaman ayah, ketiga orang shalih itu masih mendapat ganjaran dari Allah di akhirat kelak.”
“Kok bisa begitu?”
“Dalam hadits lain diceritakan bahwa bila orang kafir berbuat baik, maka Allah akan membalaskannya langsung di dunia dan di akhirat mereka tidak lagi mendapatkan apa-apa. Sedangkan bila orang muslim beramal shalih, dia akan mendapat ganjaran di dunia dan akhirat.”

“Trus terkait dengan hadits di atas, gimana yah?”

Percakapan asik ini dipotong dengan comotan pisang goreng hangat buatan bu Mardiah yang sudah siap sejak tadi.
“Hmm, enak loh pisangnya Mar. Manis…ibumu memang pandai memilih pisang. Dia tahu mana yang matang di pohon dan mana yang matang diperam.”

Amar pun mengikuti jejak ayahnya. Pisang dicomotnya dan langsung diselesaikan secara adat, “Hmm..iya Yah maniiis. Pisangnya manis, semanis ibuku hahahaha,”

“Ayo… Siapa yang bilang ibu manis? Pasti ada maunya” terdengar teriakan bu Mardiah dari dapur
Amar dan ayahnya hanya tersenyum mendengarnya.
“Terus gimana yah?”
“Tadi sampai di mana?” tanya ayah
“Trus gimana kaitannya dengan hadits yang Amar baca yah?”
“Oh ya, mudah aja. Kaitkan saja hadits-hadits itu. Coba pahami satu persatu dan kaitkan.”
“Orang muslim yang beramal shalih akan memperoleh ganjaran dari Allah di dunia dan akhirat.” Amar mencoba menyimpulkan

“Terus,” pak Amir mencoba menuntunnya
“Ketiga orang shalih itu meminta ganjaran amal shalih mereka di dunia. Karena mereka muslim, walau meminta balasannya di dunia, mereka akan tetap memperoleh balasan di akhirat.”
“Kenapa kamu berkesimpulan seperti itu?”

“Ya karena mereka muslim. Kalau mereka hanya memperoleh balasan di dunia saja, berarti mereka sama aja dengan orang-orang non muslim.”
“Ya benar, itulah kesimpulannya.”
Amar senang, karena kesimpulannya dibenarkan oleh ayahnya

“Tapi, bisa jadi ganjaran mereka di akhirat akan dikurangi. Karena tanpa diminta, Allah akan atau sudah memberikan balasan amal shalih mereka di dunia. Permintaan khusus mereka menyebabkan balasan di dunia menjadi lebih banyak.

Misalnya Allah sudah memberikan balasan di dunia atau menyiapkan akan memberi balasan di dunia dengan tiga poin. Sedangkan balasan yang akan diberikan Allah di akhirat tujuh poin misalnya. Permintaan khusus menyebabkan balasan di dunia menjadi lima poin dan balasan di akhirat tersisa lima poin. Wallahu ‘alam”

Amar pun mengangguk-angguk.
“Terus, tadi ayah liat, kamu tadi sempat mengatakan oo..ngerti…ngerti..”
“Yang mana Yah?”
“Waktu sebelum kamu bertanya pada ayah.”

teruskan lanjutannya di

http://www.berita99.com/cerpen/2726/bukan-hanya-dapat-1-tapi-2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun