Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menikmati Ekowisata Hutan Mangrove Pandansari ala Brebes

25 Maret 2017   21:26 Diperbarui: 26 Maret 2017   06:00 4826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sudah disediakan fasilitas tempat duduk dan tempat sampah (Dok. Yani)

Antusiasme dunia pariwisata yang semakin meningkat membuat masing-masing daerah berlomba-lomba menggali potensi alam dan budaya setempat untuk dijadikan daya tarik wisatawan. Tak terkecuali Brebes, sekitar awal tahun 2010-an saya mengenal Brebes tidak memiliki pantai, kecuali Pantai Randusanga. Daerah pesisir utara umumnya didominasi ladang garam dan tambak. Tapi siapa sangka di Brebes kini ada tempat wisata bagus bertema ekowisata mangrove.

Ekowisata Pandansari ini mulai dilirik sekitar 2 tahun terakhir. Awalnya tempat wisata yang berlokasi di Dukuh Pandansari, Desa Kaliwlingi, Kecamatan Brebes ini merupakan daerah tambak warga yang mengalami abrasi sekitar 20 tahun lalu.Seiring berjalannya waktu mulai ada inisiatif dari kelompok masyarakat untuk melawan abrasi dengan cara menanam pohon mangrove. Tahun 2012 saya sempat ke Desa Kaliwlingi, memang ada kabar kalau nantinya akan dibuka ekowisata di pesisir kawasan tersebut.

Akses jalan menuju Pantai Pandansari belumlah bagus. Terutama jika musim penghujan, banjir bisa memutus jalan sehingga tidak bisa dilewati. Beruntungnya saya dan teman-teman waktu itu, meskipun susah payah tapi mobil yang kami tumpangi masih bisa melewatinya. Kalau tidak berhati-hati, jalanan tanah yang becek dan lengket bisa menyebabkan ban mobil terperosok.

Jalan menuju Pantai Pandansari (Dok. Yani)
Jalan menuju Pantai Pandansari (Dok. Yani)
Suasana di Dermaga Pandansari (Dok. teman)
Suasana di Dermaga Pandansari (Dok. teman)
Wisata Pandansari menawarkan beberapa pilihan objek seperti pulau pasir dan trekkinghutan mangrove dengan biaya yang terbilang cukup murah. Awal Desember 2016,kami hanya membayar tiket masuk sebesar Rp. 15.000, harga ini sudah termasuk sewa kapal PP dari Dermaga Pandansari. Waktu berkunjung pun tidak dibatasi selama tempat wisata masih dibuka. 

Sesampainya di Dermaga Pandansari, kami menaiki perahu kecil menuju hutan mangrove. Tampak ibu-ibu penjual yang membawa sayur kangkung mentah, ikut menaiki perahu kami. Katanya sayur itu untuk dimasak di hutan mangrove. Saat itu masih pagi, air laut sedangpasang sehingga perahu hanya bisa berlayar menuju wisata trekking mangrove,tetapi kami tidak bisa ke Pulau Pasir. Sebaliknya, jika air laut sedang surut kami hanya bisa mengunjungi Pulau Pasir. Biasanya air laut akan surut sekitar jam 2 siang. Pulau Pasir sebenarnya merupakan pasir yang timbul di tengah laut sehingga membentuk pulau mini. 

Perahu melaju di antara hutan bakau dan perairan yang luas. Pemandangannya jangan ditanya deh, cantik sekali!! Ditambah lagi sensasi berperahunya. Pokoknya masih gak percaya kalau ini tuh di Brebes. Sejauh mata memandang hanya perairan luas dihiasi ranting-ranting dan pohon bakau. Sesekali kami berpapasan dengan perahu penumpang yang lain ataupun nelayan yang sedang mencari ikan. Di sisi utara,tampak ombak laut Jawa dari kejauhan. Di atas rimbunnya hutan bakau, muncul dua gunung tertinggi di Jawa Barat dan Tengah. 

Di sisi barat daya tampak GunungCiremai berdiri kokoh yang kerucutnya bak Gunung Fujiyama. Gunung Slamet tak kalah gagah memanjang di sisi yang lain. Burung-burung pantai tak mau kalah berlalu-lalang,membuat pemandangan semakin eksotis. Ternyata tambak yang dulu terkena abrasi berhektar-hektar itu kini bisa disulap menjadi ekowisata yang mempesona. Saya membayangkan jika air jenih mungkin bisa dipakai berenang atau snorkeling.

Berperahu di antara hutan bakau (Dok.Yani)
Berperahu di antara hutan bakau (Dok.Yani)
Pemandangan Gunung Ciremai (Dok.Yani)
Pemandangan Gunung Ciremai (Dok.Yani)
Pemandangan Gunung Slamet (Dok. Yani)
Pemandangan Gunung Slamet (Dok. Yani)
Dermaga hutan mangrove (Dok. Yani)
Dermaga hutan mangrove (Dok. Yani)
Foto bareng di dermaga berlatar perairan dan Gunung Ciremai (Dok. Yani)
Foto bareng di dermaga berlatar perairan dan Gunung Ciremai (Dok. Yani)
Di dalam hutan mangrove, sudah dibuat jalur trekking yang cukup nyaman untuk dilewatioleh pengunjung. Suara burung-burung terdengar bersahut-sahutan di antara rimbunnya bakau. Beberapa jenis ikan dan kepiting sesekali muncul daridalam lumpur di antara akar-akar bakau, membuat suasana semakin tenang dan asri. 

Beberapa spanduk bertuliskan ajakan untuk menjaga dan mencintai lingkungan disajikan dalam bentuk kalimat dan desain yang cukup menarik. Di sepanjang jalur trekking sudah disiapkan tempat sampah. Jadi, kalau ada yang masih membuang sampah sembarangan, ini sungguh sangat keterlaluan. Di ujung jalur trekking sudah disediakan tempat duduk untuk bersantai. Saat kami ke sana,sedang dibangun beberapa fasilitas lain untuk menikmati tempat wisata ini seperti jembatan dan menara pandang. 

Usaha pemda setempat didukung oleh warga untuk mengelola kawasan wisata ini patut kita acungi jempol. Harapannya tempat ini digarap dengan serius. Tidak hanya menjadi tempat wisata biasa saja, tetapi menjadi wisata edukasi dan memberikan dampak signifikan untuk memperbaiki ekosistem dan lingkungan pesisir, serta menambah pendapatan daerah tentunya.

Jalur trekking yang disediakan (Dok.Yani)
Jalur trekking yang disediakan (Dok.Yani)
Spanduk berisi ajakan untuk menjaga hutan (Dok. Yani)
Spanduk berisi ajakan untuk menjaga hutan (Dok. Yani)
Sudah disediakan fasilitas tempat duduk dan tempat sampah (Dok. Yani)
Sudah disediakan fasilitas tempat duduk dan tempat sampah (Dok. Yani)
Pohon Bakau (Dok. Yani)
Pohon Bakau (Dok. Yani)
Fasilitas jembatan yang saat itu sedang dalam tahap pembangunan (Dok. Yani)
Fasilitas jembatan yang saat itu sedang dalam tahap pembangunan (Dok. Yani)
Warga setempat (Dok. Yani)
Warga setempat (Dok. Yani)
Meskipun saya bukan warga Brebes, saya sangat menikmati dan senang sekali akan adanya Ekowisata Pandansari ini. Semoga saja animo masyarakat untuk berkunjung ke tempat ini berbanding lurus dengan kesadaran untuk mencintai dan melestarikan lingkungan.Dan jangan lupa, buang sampah pada tempatnya ya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun