Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jelajah 5 Tempat Kuliner Bogor dalam 3 Hari: dari Ala-ala Barat sampai Jepang

3 April 2016   22:43 Diperbarui: 5 April 2016   05:05 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Taman Kencana, banyak terdapat tempat makan di sana, salah satunya: Waroeng Taman (Dok. Yani)"][/caption]Tak seperti biasanya, liburan weekend 3 hari di akhir Maret lalu tidak saya habiskan untuk berwisata alam. Menjajal tempat-tempat kuliner yang memang banyak terdapat di Kota Bogor sepertinya menarik juga. Tujuannya tentu tidak hanya makan saja, tetapi mendapatkan foto baik makanan maupun suasana tempatnya. Karenanya saya bersama 3 orang teman mendatangi lima resto & cafe berdasarkan referensi yang didapat dari internet. 

Kata pepatah, “ada harga, ada rupa”. Tetapi ternyata tidak semuanya sesuai dengan yang dipromosikan. Meskipun ada pula yang memang rasa makanannya enak, pelayanan serta tempatnya memuaskan. Berikut ini saya rangkumkan reportase singkatnya.

1. Tier Siera

Hujan rintik-rintik mengantarkan kami memasuki kafe yang terletak di Jalan A. Yani No.48 ini. Kami sengaja datang di sore hari menjelang maghrib, karena katanya viewnya lebih bagus saat malam hari. Seperti namanya, kafe ini menunya memang kebarat-baratan. Awalnya kami mengisi bangku di tengah ruangan. Setelah menunggu agak lama, barulah kami bisa pindah ke bangku outdoor dimana bisa bebas lepas memandang ke luar. Meskipun sebenarnya yang dilihat hanya pemandangan di bawah bukit yang penuh dengan rumah-rumah penduduk yang padat. Sesaat terlihat pelangi tipis menghiasi langit mendung menjelang senja.

Dari segi desain interiornya, cafe ini memang cukup unik, meskipun ukurannya tidak terlalu luas. Di dekat pintu masuk dihiasi dengan vespa putih, dan siapapun bebas berfoto di atasnya. Hiasan dinding, rak-rak kayu serta lampu-lampunya juga eyecatching, mungkin sengaja didesain untuk berfoto. Kami bahkan sampai menghabiskan waktu 3 jam di sini untuk berfoto, bisa jadi para pelayan di sini sampai bosan melihat kami tak kunjung beranjak pergi.

Tetapi penampilan ternyata tak selalu sebanding dengan rasa. Apa mungkin lidah kami yang terlalu nasionalis sehingga tidak familier dengan menu yang disajikan. Namanya pun banyak yang terdengar asing di telinga. Kami menghabiskan waktu hampir setengah jam untuk memilih menu. Akhirnya diputuskan untuk memesan fried fresh calamary served with homemade sauce (semacam ayam goreng KFC), marinara sea food pasta/fetucini (seperti spaghetti tetapi ukurannya lebih besar) dan carbonara (mirip fetucini tetapi beda topping). Sedangkan minumannya green tea, coffee, peppermint, saya lupa nama-namanya. 

Agak mengecewakan sih, harganya memang mahal, namun rasanya boleh dibilang tak seperti yang dibayangkan, biasa saja. Begitu pula minumannya, beberapa disajikan dalam bentuk sachet-an biasa dengan gula tropicana slim dan sejenisnya. Dari segi penyajiannya juga kurang pas. Piring yang digunakan terlalu besar, sedangkan bentuk mejanya bundar dan ukurannya terlalu kecil. Jadi agak sesak. Akhirnya untuk menutupi rasa kecewa, kami berlama-lama di tempat ini sambil berfoto-foto. Tempat ini memang lebih cocok dipakai nongkrong ketimbang makan untuk mengenyangkan perut.

[caption caption="Salah satu sudut resto Tier Siera (Dok. Yani)"]

[/caption]

[caption caption="fetucini (kiri) dan carbonara (kanan) (Dok. Yani)"]

[/caption]

[caption caption="Fried fries calamary (Dok. Yani)"]

[/caption]

[caption caption="Minuman pepermint dalam bentuk sachetan (Dok. Yani)"]

[/caption]

[caption caption="Ruangan di bagian outdoor (Dok. Yani)"]

[/caption]

[caption caption="Berpose di salah satu meja (Dok. Yani)"]

[/caption]

[caption caption="Di depan vespa tua (Dok. Yani)"]

[/caption]

2. Kedai Kita

Sudah ke-3 kalinya saya ke Kedai Kita. Resto yang terletak di Jalan Pangrango No.21, daerah Taman Kencana ini memang tidak pernah sepi pengunjung. Meskipun resto ini dapat menampung cukup banyak orang, kita tidak bisa langsung dapat tempat. Harus waiting list dulu. Makanya hindari ke sini tepat saat jam makan karena antriannya bakal lebih lama. Tapi tenang aja, pasti kebagian kok.

Antrian yang lama sebenarnya pernah bikin saya kapok untuk datang ke sini lagi. Namun berhubung menunya bervariasi dan rasanya cukup pas di lidah, makanya saya balik lagi ke sini. Menu andalan di resto ini adalah pizza kayu bakar. Pizza ini dipanggang di atas tungku kayu bakar, makanya aromanya khas. 

Yang jadi best sellernya yaitu margarita (kejunya mantap dan gurih), smoked beef dan hawaian pizza. Yang terakhir ini kami coba bersama-sama, rasanya enak banget. Saya sendiri memesan sup tom yum seafood. Rasanya lumayan, meskipun begitu saya tetap merekomendasikan pizza kayu bakarnya. Sedangkan untuk dessertnya, kami memesan ice cream home made dan cukup puas.

Secara interior, resto berlantai dua ini tidak terlalu istimewa, karena tempat yang dipakai sebenarnya bekas rumah kuno berasitektur zaman Belanda. Bagi yang kebagian duduk agak ke dalam ruangan mungkin hawanya terasa agak panas karena padat. Penyajian menu dan peralatan piring dan gelas yang digunakan juga sangat sederhana. Meskipun pekerjanya banyak tetapi pelayanannya pun terkadang agak lama dan banyak yang menu yang sold out. Mungkin karena pengunjung yang membludak terutama di akhir pekan. Tetapi secara umum Kedai Kita okelah buat referensi kuliner di Bogor, harga pas di kantong dan rasanya enak.

[caption caption="Pizza kayu bakar/hawaian pizza (Dok. Yani)"]

[/caption]

[caption caption="Soup Tom Yum seafood (Dok. Yani)"]

[/caption]

[caption caption="Menu dessert : ice cream home made (Dok. Yani)"]

[/caption]

3. DBC Coklat & Spageti

Masih di kawasan Taman Kencana, kami bergeser sedikit di Jalan Ciremai No.22, tepatnya di DBC Coklat Spageti. DBC sendiri kepanjangan dead by chocolate alias mati karena coklat. Sesuai namanya, tempat ini didesain dengan nuansa horor. Di dekat pintu masuk ada patung drakula yang jadi icon cafe ini. 

Di ruangan depan ada sebuah piano. Di beberapa sudut dipasang rangka-rangka manusia. Di bagian belakang resto ada semacam panggung untuk pertunjukan, dihiasi kelelawar buatan yang bergelantung. Pencahayaan sengaja dibuat remang-remang. Di saat-saat tertentu seperti pukul 5 sore dan 8 malam, beberapa pelayan didandani dengan kostum hantu dan siap berkeliling dari meja ke meja. 

Beberapa pengunjung ada yang berteriak histeris ketakutan padahal saya tahu itu kan cuma bohong-bohongan. Supaya lebih terkesan horor, di bagian belakang rumah sengaja dibiarkan berantakan. Saya sendiri tidak terlalu tertarik mengambil banyak foto di tempat ini, hanya penasaran saja.

Menu yang kami pesan pun sebenarnya hanya untuk coba-coba saja. Karena sudah kekenyangan, kami hanya memesan menu utama yaitu dead by chocolate. Bentuknya mirip seperti pusara dengan papan nisan bertuliskan Rest In Peace. Minuman yang dipesan yaitu es jeruk nipis selasih, orange juice, es bola mata frankenstein dan ice krim (minuman soda warna biru dengan hiasan buah anggur dan leci yang dibentuk seperti bola mata). 

Harga boleh dibilang lumayan mahal. Ternyata setelah dicoba, rasa coklatnya juga terlalu manis, tidak seperti dark coklat yang saya bayangkan dengan rasa agak pahit. Sepertinya ada campuran cake-nya. Meskipun dimakan oleh empat orang, ternyata kami tidak sanggup menghabiskan satu porsi coklat tersebut. Menu ini sangat tidak disarankan untuk dimakan sering-sering apalagi bagi penderita diabetes mellitus, bisa-bisa kadar gula darah anda langsung meningkat tajam.

[caption caption="Di bawah patung drakula (dok. mety)"]

[/caption]

[caption caption="Di depan resto (Dok. Vey)"]

[/caption]

[caption caption="Menu utama DBC berbentuk pusara bertuliskan rest in peace, dilengkapi orange juice, es jeruk nipis selasih dan es bola mata frankenstein (Dok. Yani)"]

[/caption]

4. Waroeng Taman

Makan di Waroeng Taman jadi penutup kuliner kami di malam itu. Bertempat di Kios Taman Kencana No.1, Jalan Ciremai, menjadikannya cafe yang stategis dan mudah dijangkau. Karena sudah kekenyangan dan banyak menu yang sold out, saya hanya pesan salad buah saja, sedangkan teman saya memesan capcay. Rasanya cukup enak, tempatnya juga cozy banget. 

Kebetulan saat itu malam minggu jadi ada pertunjukan live musicnya. Saya sendiri sudah ke sini untuk ke-2 kalinya. Ternyata tidak hanya tempatnya yang mudah dijangkau, harganya pun lumayan terjangkau kantong. Semakin malam cafe ini semakin ramai pengunjung. Umumnya pengunjung yang datang adalah kaum muda-mudi, yang ingin menghabiskan waktu santai sambil makan makanan ringan.

[caption caption="Depan Waroeng Taman (Dok. Vey)"]

[/caption]

[caption caption="Salad buah (Dok. Yani)"]

[/caption]

5. Marugame Udon

Restoran ini menyajikan menu masakan Jepang dengan sajian utama udon alias mie gemuk. Rupanya di Bogor baru dibuka cabangnya belum lama ini, tepatnya di Botani Square. Agaknya kuliner ini menjadi penutup yang mengesankan bagi kami di hari ke-3 berwisata kuliner di Bogor. Mirip seperti restoran Hoka-hoka Bento yang cepat saji, kita bisa langsung memilih menu sendiri dan membayar sebelum duduk dan menikmati makanan.

Kelebihan tempat ini, selain pelayanannya yang cepat dan terstandarisasi dengan baik, kebersihannya pun terjaga. Dapurnya terbuka dan dilapisi kaca sehingga kita bisa melihat langsung para pekerjanya memasak dan menyiapkan menu. Dan yang penting lagi, sudah bersertifikasi halal MUI. Para waitress pun dengan ramah melayani setiap pengunjung. Udonnya pun sepertinya masih fresh. 

Dalam hal interior, tentu saja patut diacungi jempol. Hiasan di dinding, lampu dan perabot-perabot khas Jepang ditata sangat apik. Begitu pula dengan mangkuk dan gelas yang digunakan, umumnya dari keramik khas Jepang yang bentuknya unik. Sayangnya saya tidak bawa kamera DSLR, jadi hanya memotret dengan kamera handphone milik teman.

Untuk rasa, boleh dibilang udon ini cukup pas bagi lidah orang Indonesia. Tidak seperti masakan Jepang lain seperti sushi yang bikin kita mau muntah saja saat memakannya. Waktu itu saya pesan Niku Udon (udon dengan kuah ikan ditambah daging ayam dan sapi) sedangkan teman saya memesan udon dingin. 

Rasanya mantap, apalagi ditambah kecap asin dan bubuk atau irisan cabe, bikin badan jadi hangat dan mata melek. Untuk minumannya saya memesan ocha dingin (teh hijau), ini sudah dilengkapi dengan gratis refillnya. Hmm...nikmatnya!! Kalau belum puas bisa tambah dengan cemilan seperti tempura, ikan nory, otak-otak, donat kedelai dan lain-lain. Dijamin kalian kenyang dan bakal ketagihan untuk datang lagi ke sini. Pantaslah meski baru beberapa bulan dibuka, restoran ini selalu ramai pengunjung.

[caption caption="Di Resto Marugame Udon (Dok. Vey)"]

[/caption]

[caption caption="Niku Udon plus otak-otak dan ocha dingin (Dok. Yani)"]

[/caption]

[caption caption="Udon dingin plus donat kedelai dan ocha dingin ditambah ikan nory ( Dok. Yani)"]

[/caption]

[caption caption="Udon dingin plus ocha hangat (Dok. Yani)"]

[/caption]

Itulah beberapa tempat kuliner Bogor yang kami jelajahi dalam waktu 3 hari ini. Silahkan buktikan sendiri kalau penasaran dan pilih sendiri mana yang sesuai selera kalian.

Salam kuliner

Bogor, 3 April 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun