Awal tahun 2016 ini, saya kembali mennginjakkan kaki di Ujung Genteng untuk ketiga kalinya. Hmm...pertanyaannya kenapa saya harus ke sini lagi ya?!! Saya sudah dua kali ke sini di tahun 2013. Tapi yang sebelumnya, ada saja kejadian tak mengenakkan selama di perjalanan maupun di lokasi. Pertama kali ke sini, sudah diawali dengan cerita kehilangan. Sudah pernah saya tulis di artikel ini. Bahkan tulisan itu di mbah google menempati urutan pertama pencarian dengan keyword ‘Ujung Genteng’. Banyak yang bertanya via email, bahkan tulisan itu pernah diprotes salah satu pemilik penginapan di Pantai Ujung Genteng. Mereka yang notabene orang-orang yang berinvestasi di kawasan tersebut merasa terganggu dan dirugikan dengan tulisan saya. Akhirnya judul tulisan pun saya rubah dari “Hati-hati Berwisata ke Pantai Ujung Genteng” menjadi judul yang berkesan netral yaitu “Cerita Perjalanan di Ujung Genteng”. Meskipun begitu, saya tidak mau merubah isi tulisan, karena tujuan tulisan ini untuk menyampaikan pengalaman nyata supaya orang-orang yang datang ke Ujung Genteng bisa lebih berhati-hati dan tidak salah memilih tempat menginap.
Seminggu berikutnya, saya kembali ke Ujung Genteng, membawa serta rombongan teman-teman kerja. Meskipun sudah dipersiapkan dan memilih tempat menginap yang nyaman dan aman, ternyata masalah lain tak terduga muncul. Di perjalanan, bus yang kami sewa mogok, padahal belum setengah perjalanan, kira-kira sebelum sampai daerah Jampang Kulon. Dua jam lebih kami terlantar di pinggir jalan, sampai bus pengganti yang mengangkut kami ke tempat tujuan datang. Bayangkan betapa jengkelnya. Hari itu kami berangkat jam 6 pagi. Harusnya jam makan siang sudah sampai. Tetapi kenyataan tidak sesuai rencana, kami tiba di penginapan selepas ashar.
Tak banyak tempat yang sempat didatangi saat itu. Paling-paling hanya pantai di sekitar penginapan seperti Ujung Genteng, akuarium, Cibuaya dan Pangumbahan. Itupun tidak sempat melihat pelepasan anak penyu (tukik). Apalagi melihatnya bertelur yang umumnya di saat malam hari. Padahal banyak tempat lainnya di sana yang membuat penasaran. Seperti Curug Cikaso dan Pantai “Tanah Lot” Ujung Genteng serta Pantai Ombak Tujuh. Saya akui perjalanan ke sana memang jauh banget tapi pemandangan yang disuguhkan juga luar biasa.
Untuk ngetrip ke Ujung Genteng memang agak sulit karena tidak ada kendaraan umum yang sampai ke lokasi. Jadi memang harus sewa kendaraan sendiri. Itupun biaya akan jadi mahal kalau tidak banyak teman yang bisa diajak sharing cost. Akhirnya saya putuskan ikut open trip saja, lebih praktis. Kebetulan objek yang dituju pun hampir belum pernah saya kunjungi semua. Tentu saja objek utama yang menarik bagi saya yaitu Curug Cikaso, dan Curug Cigangsa. Alhamdulillah perjalanan kali ini berjalan lancar, meskipun harus terjebak macet di Cicurug saat perjalanan pulang ke Bogor.
Bagi yang belum pernah ke Ujung Genteng, cobalah sekali-kali meluangkan waktu ke Sukabumi bagian selatan ini. Dijamin gak bakalan nyesel deh. Bagi yang tinggal di daerah Jabodetabek, waktu libur di akhir pekan bisa dimanfaatkan. Karena perjalanan dari Jakarta ke Ujung Genteng sekitar 6-8 jam, usahakan supaya berangkatnya jumat malam.
Lalu apa saja sih yang bisa dilihat di Ujung Genteng? Ujung Genteng sebenarnya adalah nama sebuah desa di Kecamatan Ciracap, salah satu kabupaten Sukabumi selatan. Tapi umumnya Ujung Genteng yang dituju para wisatawan bukan hanya pantai di Desa Ujung Genteng, tetapi objek wisata lain di sekitarnya yang memang banyak sekali. Meskipun berada di kawasan pesisir, namun topografinya meliputi daerah pegunungan dan karst menyebabkan bentukan alam di sana sangat bervariasi. Tidak hanya pantai tapi ada juga tempat konservasi penyu, air terjun dan gua.
[caption caption="Pantai pasir Pangumbahan (Dok. Yani)"][/caption]Pantai tentu saja menjadi tujuan wisata di tempat ini. Sudah bisa dilihat dari pinggir jalan sejak memasuki kawasan Ujung Genteng. Kontur jalan yang tidak datar serta naik turun tentu menjadi sensasi tersendiri saat berkendara melewatinya. Belum lagi kombinasi pemandangan sawah, sungai dan pepohonan yang masih asri di kanan kiri jalan menjadi menu yang mewah bagi wisatawan. Ada sederetan pantai indah yang bisa didatangi mulai yang berpasir, hingga berkarang dengan view berbuki-bukit. Banyak pula wisatawan asing yang datang ke daerah ini untuk berselancar. Ada Pantai Ombak Tujuh yang katanya bagus banget, soalnya saya sendiri belum pernah ke sana. Tapi untuk sampai ke sana harus menempuh perjalanan offroad selama kurang lebih 2 jam. Menurut penuturan seorang guide lokal, ada juga lokasi untuk tempat snorkling dekat situ. Namun masih belum memadai dari segi peralatan dan keamanan.
[caption caption="Tanah Lot Ujung Genteng (Dok.Yani)"]
[caption caption="Menonton pelepasan tukik di Pantai Pangumbahan (Dok. Yani)"]
[caption caption="Curug Cikaso (Dok. Yani)"]
[caption caption="Curug Cigangsa (Dok. Yani)"]
[caption caption="Bagian dalam Gua Gunung Sungging (Dok. Yani)"]
[caption caption="Stalaktit menyerupai buaya (Dok. Yani)"]
Bogor, 25 Januari 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H