Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kenapa Harus Ngetrip ke Ujung Genteng Lagi?

25 Januari 2016   05:12 Diperbarui: 25 Januari 2016   07:47 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal tahun 2016 ini, saya kembali mennginjakkan kaki di Ujung Genteng untuk ketiga kalinya. Hmm...pertanyaannya kenapa saya harus ke sini lagi ya?!! Saya sudah dua kali ke sini di tahun 2013. Tapi yang sebelumnya, ada saja kejadian tak mengenakkan selama di perjalanan maupun di lokasi. Pertama kali ke sini, sudah diawali dengan cerita kehilangan. Sudah pernah saya tulis di artikel ini. Bahkan tulisan itu di mbah google menempati urutan pertama pencarian dengan keyword ‘Ujung Genteng’. Banyak yang bertanya via email, bahkan tulisan itu pernah diprotes salah satu pemilik penginapan di Pantai Ujung Genteng. Mereka yang notabene orang-orang yang berinvestasi di kawasan tersebut merasa terganggu dan dirugikan dengan tulisan saya. Akhirnya judul tulisan pun saya rubah dari “Hati-hati Berwisata ke Pantai Ujung Genteng” menjadi judul yang berkesan netral yaitu “Cerita Perjalanan di Ujung Genteng”. Meskipun begitu, saya tidak mau merubah isi tulisan, karena tujuan tulisan ini untuk menyampaikan pengalaman nyata supaya orang-orang yang datang ke Ujung Genteng bisa lebih berhati-hati dan tidak salah memilih tempat menginap.

Seminggu berikutnya, saya kembali ke Ujung Genteng, membawa serta rombongan teman-teman kerja. Meskipun sudah dipersiapkan dan memilih tempat menginap yang nyaman dan aman, ternyata masalah lain tak terduga muncul. Di perjalanan, bus yang kami sewa mogok, padahal belum setengah perjalanan, kira-kira sebelum sampai daerah Jampang Kulon. Dua jam lebih kami terlantar di pinggir jalan, sampai bus pengganti yang mengangkut kami ke tempat tujuan datang. Bayangkan betapa jengkelnya. Hari itu kami berangkat jam 6 pagi. Harusnya jam makan siang sudah sampai. Tetapi kenyataan tidak sesuai rencana, kami tiba di penginapan selepas ashar.

Tak banyak tempat yang sempat didatangi saat itu. Paling-paling hanya pantai di sekitar penginapan seperti Ujung Genteng, akuarium, Cibuaya dan Pangumbahan. Itupun tidak sempat melihat pelepasan anak penyu (tukik). Apalagi melihatnya bertelur yang umumnya di saat malam hari. Padahal banyak tempat lainnya di sana yang membuat penasaran. Seperti Curug Cikaso dan Pantai “Tanah Lot” Ujung Genteng serta Pantai Ombak Tujuh. Saya akui perjalanan ke sana memang jauh banget tapi pemandangan yang disuguhkan juga luar biasa.

Untuk ngetrip ke Ujung Genteng memang agak sulit karena tidak ada kendaraan umum yang sampai ke lokasi. Jadi memang harus sewa kendaraan sendiri. Itupun biaya akan jadi mahal kalau tidak banyak teman yang bisa diajak sharing cost. Akhirnya saya putuskan ikut open trip saja, lebih praktis. Kebetulan objek yang dituju pun hampir belum pernah saya kunjungi semua. Tentu saja objek utama yang menarik bagi saya yaitu Curug Cikaso, dan Curug Cigangsa. Alhamdulillah perjalanan kali ini berjalan lancar, meskipun harus terjebak macet di Cicurug saat perjalanan pulang ke Bogor.

Bagi yang belum pernah ke Ujung Genteng, cobalah sekali-kali meluangkan waktu ke Sukabumi bagian selatan ini. Dijamin gak bakalan nyesel deh. Bagi yang tinggal di daerah Jabodetabek, waktu libur di akhir pekan bisa dimanfaatkan. Karena perjalanan dari Jakarta ke Ujung Genteng sekitar 6-8 jam, usahakan supaya berangkatnya jumat malam.

Lalu apa saja sih yang bisa dilihat di Ujung Genteng? Ujung Genteng sebenarnya adalah nama sebuah desa di Kecamatan Ciracap, salah satu kabupaten Sukabumi selatan. Tapi umumnya Ujung Genteng yang dituju para wisatawan bukan hanya pantai di Desa Ujung Genteng, tetapi objek wisata lain di sekitarnya yang memang banyak sekali. Meskipun berada di kawasan pesisir, namun topografinya meliputi daerah pegunungan dan karst menyebabkan bentukan alam di sana sangat bervariasi. Tidak hanya pantai tapi ada juga tempat konservasi penyu, air terjun dan gua.

[caption caption="Pantai pasir Pangumbahan (Dok. Yani)"][/caption]Pantai tentu saja menjadi tujuan wisata di tempat ini. Sudah bisa dilihat dari pinggir jalan sejak memasuki kawasan Ujung Genteng. Kontur jalan yang tidak datar serta naik turun tentu menjadi sensasi tersendiri saat berkendara melewatinya. Belum lagi kombinasi pemandangan sawah, sungai dan pepohonan yang masih asri di kanan kiri jalan menjadi menu yang mewah bagi wisatawan. Ada sederetan pantai indah yang bisa didatangi mulai yang berpasir, hingga berkarang dengan view berbuki-bukit. Banyak pula wisatawan asing yang datang ke daerah ini untuk berselancar. Ada Pantai Ombak Tujuh yang katanya bagus banget, soalnya saya sendiri belum pernah ke sana. Tapi untuk sampai ke sana harus menempuh perjalanan offroad selama kurang lebih 2 jam. Menurut penuturan seorang guide lokal, ada juga lokasi untuk tempat snorkling dekat situ. Namun masih belum memadai dari segi peralatan dan keamanan.

[caption caption="Tanah Lot Ujung Genteng (Dok.Yani)"]

[/caption]Pasir Putih di Pantai Pangumbahan mungkin tempat yang cocok dijadikan tempat penangkaran penyu-penyu. Letaknya memang agak tersembunyi. Begitu induk penyu bertelur, maka si tukik bisa langsung dilepas di atas pasir menuju laut lepas. Wisatawan bisa menyaksikan sendiri pelepasan tukik di saat menjelang senja, maupun bertelurnya penyu di malam hari.

[caption caption="Menonton pelepasan tukik di Pantai Pangumbahan (Dok. Yani)"]

[/caption]Dulu saya tidak menyangka kalau di kawasan sekitar Ujung Genteng ada air terjunnya. Curug Cikaso dan Curug Cigangsa (Curug Luhur) masih ada hubungannya dengan Geopark Ciletuh meskipun letaknya terpisah jauh. Batu-batunya ajib banget bentuknya. Warna airnya juga hijau toska. Belum lagi pemandangan di sekitarnya, wuih bikin berdecak kagum aja.

[caption caption="Curug Cikaso (Dok. Yani)"]

[/caption] 

[caption caption="Curug Cigangsa (Dok. Yani)"]

[/caption]Di sana juga ternyata ada gua yang mungkin masih belum terlalu populer di kalangan para wisatawan yang datang ke sana, karena jarang diberitakan di media sosial. Namanya Gua Gunung Sungging. Gua ini sepertinya agak dikeramatkan karena sering dipakai untuk ziarah. Kalau mau ke sini harus melewati pematang sawah. Nah gua ini letaknya di bawah sawah itu dengan luasan sekitar 6 hektar. Nah gak nyangka kan?!! Gua ini dijaga oleh kuncen turun-turun selama beberapa generasi. Dan sekarang si kakek penjaganya masih hidup dan usianya sudah mencapai kira-kira 80 tahun. Untuk mencapai mulut gua, kita harus menuruni tangga ke bawah, lalu memasuki lorong yang sempit. Tetapi lama kelamaan melebar. Bentuknya unik karena banyak membentuk lorong-lorong dengan stalaktit dan stalakmit yang variatif, bahkan ada yang bentuknya mirip buaya. Menurut cerita si bapak penjaga gua, tempat ini ada sejarahnya dan dulunya sering dipakai bersemedi atau persembunyian prajurit Siliwangi. Wah jadi kerasa banget nih aura mistisnya. Saya hanya sempat masuk gua selama beberapa menit karena oksigen di dalam sangat tipis, dan gua itu terlalu luas untuk dimasuki semua bagiannya.

[caption caption="Bagian dalam Gua Gunung Sungging (Dok. Yani)"]

[/caption] 

[caption caption="Stalaktit menyerupai buaya (Dok. Yani)"]

[/caption]Beberapa tempat nanti akan saya ceritakan lebih detil lagi di tulisan berikutnya. Umumnya objek wisata di sana letaknya agak berjauhan antara satu tempat dengan yang lain. Banyak pula yang masih mengeluhkan adanya pungli, yang katanya masuk ke kocek pribadi. Bagi yang ingin ke Ujung Genteng ada baiknya ditemani dengan guide orang lokal karena mereka pasti lebih mengerti tempat-tempat wisatanya. Dan pastikan pula pilihlah penginapan yang aman dan nyaman.

Bogor, 25 Januari 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun