Ada satu barang yang menarik perhatianku, yaitu sebuah piano yang berada di salah satu ruang di lantai 1. Piano itu terlihat sangat kuno dan tampaknya sudah tidak dipakai lagi. Menurut pemandu kami, rekannya sesama pemandu yang sudah lebih lama bekerja di sana pernah bercerita. Waktu itu kebetulan selepas maghrib, temannya itu masih berada di museum. Tak lama, terdengar suara piano yang merdu sekali dari dalam, seperti ada yang sedang memainkannya, padahal tidak ada siapa-siapa di sana. Sontak saja temannya itu langsung kabur. Kami yang mendengar cerita itu tiba-tiba menjadi bergidik ngeri.
Di lantai dua, ada sebuah ruangan yang sudah bernuansa modern dan diperuntukkan sebagai butik. Kalau tidak salah dengar, salah satu cucunya ada yang menikah dengan seorang model, dimana baju-baju yang dijual di butik ini merupakan hasil rancangannya. Rumah ini bergaya arsitektur khas Eropa, Cina dan Melayu.
Banyak sekali memiliki jendela terutama di bagian tengah rumah yang langsung menghadap ruang terbuka. Banyaknya jendela akan memasukkan banyak cahaya dan dalam tradisi cina dianggap mendatangkan rezeki. Banyak hal yang bisa kita pelajari di museum ini terutama mengenai sejarah dan kebudayaan Melayu-Cina. Intinya di sini kita akan dibawa mengenal siapa itu Tjong A Fie dan hasil karyanya semasa hidup.
[caption caption="Memiliki banyak jendela (Dok. Yani)"]
[caption caption="Pintu di bagian tengah rumah (Dok. Yani)"]
[caption caption="Pengunjung sedang melihat-lihat baju di dalam butik (Dok. Yani)"]
[caption caption="Ruang butik (Dok. Yani)"]
Tjong A Fie merupakan sosok orang kaya di masanya. Semasa hidupnya ia menikah sebanyak tiga kali. Yang diceritakan di Museum Tjong A Fie ini hanya kehidupannya setelah menikah dengan istri ketiganya dari Langkat. Dari pernikahan tersebut, ia dikaruniai tujuh orang anak. Kekayaan yang dimilikinya meliputi perkebunan, pabrik kelapa sawit, pabrik gula, bank dan perusahan kereta api. Meskipun kaya raya, Tjong A Fie merupakan sosok yang dermawan dan pandai bergaul, ia banyak menyumbang untuk orang yang kurang mampu tanpa membeda-bedakan agama dan suku.
Sosoknya yang jauh dari candu, judi, mabuk-mabukan dan pelacuran menjadikannya tokoh teladan yang sangat disegani oleh semua kalangan dan berpengaruh di Medan. Beberapa jasanya yang dikenal yaitu menyumbang pembangunan Istana Maimoon, Mesjid Raya Medan dan Mesjid lama Gang Bengkok, meskipun ia sendiri bukanlah seorang muslim.
Di akhir kunjungan ke museum ini, kita akan masuk ke sebuah ruangan dimana di dindingnya tertempel silsilah keluarga dan wasiat bagi anak cucunya. Ada lima wasiat yang tertera, salah satu di antaranya berbunyi : “memberikan sedekah/santunan kepada yang berkepentingan tanpa membedakan golongan bangsa yang oleh karena cacat badan, buta, sakit panjang atau penyakit-penyakit lain dan tidak mampu menghidupi dirinya sendiri”.
[caption caption="Si pemandu sedang menjelaskan silsilah keluarga Tjong A Fie (dok. Yani)"]