[caption id="attachment_383029" align="aligncenter" width="518" caption="Selamat datang di Curug Barong Leuwi Hejo (Dok. Yani)"]
[caption id="attachment_383030" align="aligncenter" width="583" caption="Pemandangan di jalur menuju Leuwi Hejo (Dok. Yani)"]
[caption id="attachment_383031" align="aligncenter" width="583" caption="Menyeberangi jembatan bambu (Dok. Yani)"]
[caption id="attachment_383032" align="aligncenter" width="432" caption="Curug Leuwi Hejo (Dok. Yani)"]
[caption id="attachment_383033" align="aligncenter" width="583" caption="Bening (Dok. Yani)"]
[caption id="attachment_383034" align="aligncenter" width="583" caption="Memanjat batu (Dok. Yani)"]
Curug Leuwi Hejo atau Curug Bengkok merupakan curug paling bawah di antara 4 titik yang ingin kami datangi, sehingga paling ramai dikunjungi orang. Mungkin karena warna airnya yang hijau kebiruan makanya disebut Leuwi Hejo. Saking deras aliran airnya membentuk buih berwarna putih salju. Karena ingin menghemat waktu, kami memutuskan untuk lanjut ke Curug Barong. Nanti kalau sempat, sepulangnya dari Leuwi Liyet, kami akan mampir ke sini lagi. Awalnya, perjalanan ke Curug Barong melewati jalan sempit menanjak di antara semak dan pohon. Lalu menurun untuk menyusuri pinggiran sungai dan akhirnya melompati batu-batuan di atasnya. Sampailah di air terjun kecil yang jatuh di antara celah batu besar. Awalnya saya kira adalah Curug Barong, ternyata Curug Barong ada di baliknya. Jadi masih harus melewati dinding batu yang kemiringannya hampir hampir vertikal. Di bagian atasnya ditumbuhi pepohonan hijau. Tidak ada jalan lain, kami harus memanjat batu itu untuk sampai ke Curug Barong. Awalnya cukup sulit tetapi alhamdulillah terlewati. Dengan berpegangan pada tali yang dibawa oleh pemimpin rombongan dan akar pepohonan serta mencari pijakan batu yang tepat, satu per satu kami bisa memanjat batu yang cukup vertikal tersebut. Setelah itu kami harus menyeberang sungai untuk sampai di sisi sebelah kiri, karena lebih aman untuk dilewati. Batu-batuan di daerah sini memang besar-besar, arus airnya pun deras. Jadi harus pintar-pintar mencari batu yang tidak licin, mudah dipanjat dan dipijak.
[caption id="attachment_383035" align="aligncenter" width="432" caption="Curug Barong ada di baliknya (Dok. Yani)"]
[caption id="attachment_383036" align="aligncenter" width="583" caption="Menuju Curug Barong (Dok. Yani)"]
[caption id="attachment_383037" align="aligncenter" width="432" caption="Kolam di Curug Barong yang berwarna kebiruan (Dok. Yani)"]