Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

[Edisi BWI] Dari Sunset di Pulau Merah Hingga (Nyaris) Teluk Hijau

18 Januari 2014   22:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:42 3116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Liburan singkat di Banyuwangi membuat kami harus bisa mengatur jadwal supaya bisa menjangkau banyak tempat. Masalahnya Banyuwangi punya banyak tempat wisata menarik dengan lokasi berjauhan. Akhirnya menjelang sore hari (26/12/13), setibanya di Banyuwangi, kami putuskan untuk ke Pulau Merah dulu. Jalan menuju ke Pulau Merah yang katanya dulu rusak, sekarang sudah bagus. Mobil yang membawa kami berenam meluncur melewati jalan berliku-liku dengan pemandangan perbukitan di kanan kiri. Ada gunung yang bernama Gunung Tumpang Pitu, menurut keterangan sopir yang membawa kami, tanah tersebut banyak mengandung emas yang diburu para pengusaha. Amat disayangkan jika hutan yang masih asri tersebut rusak karena kegiatan penambangan. Cerita sang sopir lalu berlanjut ke masalah mistis yang memang sangat terkenal di masyarakat Banyuwangi. Dan hal ini membuat kami sedikit kurang nyaman. [caption id="attachment_306807" align="alignnone" width="614" caption="Pulau Merah"][/caption] Sesampainya di Pulau Merah, matahari masih agak tinggi tetapi sudah mulai meredup. Suasana di sekitar pantai tidak terlalu sepi ataupun ramai. Kini pemandangan khas pantai yang sebelumnya hanya dilihat dari internet bisa saya saksikan langsung di hadapan mata. Pantai berpasir dengan sebuah pulau kecil yang masih ditumbuhi pohon lebat berdiri tegak di bibir pantai. Saking banyak pohonnya, tanah di pulau itu yang katanya berwarna merah jadi tidak kelihatan. Saya membayangkan, andai pulau tersebut tidak hanya satu, tetapi banyak, mungkin suasananya jadi agak mirip di Raja Ampat hehe. Dari kejauhan, perlahan mentari mulai tenggelam di balik perbukitan sisi kanan pantai. Langitpun berubah jingga dan menimbulkan refleksi keemasan di atas air dipadu ombak berwarna putih yang bergulung ke arah pantai. Pulau merah berubah menjadi siluet saat tertangkap bidikan kamera. Indah sekali, itu kata yang tepat untuk menggambarkan pantai ini. [caption id="attachment_306809" align="alignnone" width="614" caption="Siluet Pulau Merah"]

1390056750677419784
1390056750677419784
[/caption] [caption id="attachment_306810" align="alignnone" width="602" caption="Matahari terbenam di balik bukit"]
1390056793873595556
1390056793873595556
[/caption] Kami tidak berlama-lama di sini karena tengah malam nanti masih harus mendaki ke Kawah Ijen (Baca kisahnya di sini). Saat memasuki mobil, sempat terjadi sedikit perdebatan dengan sopir mengenai rute jalan kami di Banyuwangi. Si sopir menyarankan kenapa kami tidak ke Teluk Hijau dulu yang memang rutenya searah dengan Pulau Merah. Tetapi kami tetap bersikeras kalau malam nanti harus ke Kawah Ijen, demi efisiensi waktu kunjungan yang hanya 3 hari di Banyuwangi. Dan rute perjalanan tetap berjalan seperti rencana kami sebelumnya. ***** Kelelahan setelah mendaki Kawah Ijen tidak menyurutkan niat kami untuk tetap ke Teluk Hijau. Meski si sopir kelihatan enggan mengantarkan kami setelah perdebatan masalah rute di Pulau Merah semalam karena alasan kondisi jalan yang rusak. Tetapi kami memaksa untuk tetap ke Teluk Hijau dan si sopirpun akhirnya mau mengantarkan. Kami pikir sayang sekali sudah jauh-jauh ke Banyuwangi kalau tidak mampir ke Teluk Hijau. Siang itu cuaca cukup terik. Kami kembali melewati rute yang dilewati saat ke Pulau Merah kemarin, karena memang masih berada dalam Kecamatan Pesanggaran. Memasuki hutan karet, suasana jalanan nampak sepi. Kondisi jalan rusak menyebabkan mobil berjalan perlahan. Pos penjagaan di Taman Nasional Meru Betiripun tampak kosong. Beberapa mobil yang lewat bisa dihitung dengan jari saking sepinya. Kami juga melewati areal persawahan dan beberapa desa yang rumahnya tidak terlalu padat. Pada awalnya kami berpikir jalan ke Teluk Hijau benar-benar tidak bisa dilewati mobil biasa, ternyata masih bisa koq. Jadi gak usah takut ya buat yang ingin berwisata ke sana. Perjalanan memakan waktu agak lama, mungkin hampir 2 jam kami berada di dalam mobil menyusuri jalan rusak. Ada papan penunjuk ke arah Sukamade (penangkaran penyu), tapi tujuan kami hari ini adalah ke Teluk Hijau jadi mobil tidak berbelok ke arah itu. Tibalah di pinggiran pantai dengan deburan ombak lumayan kencang. Entah apa namanya, mungkin Pantai Rajegwesi. Sungguh pemandangan yang menakjubkan. Perjalanan pun berlanjut sampai di rumah terjauh di Dusun Krajan. Rupanya rumah itu biasa dipakai tempat menginap bagi para wisatawan yang ingin ke Teluk Hijau, homestay “Rafflesia” namanya. Setelah mobil diparkir, kami pun mulai berjalan kaki menuju lokasi. Katanya dibutuhkan kira-kira 1 jam (sekitar 2 km) untuk sampai ke Teluk Hijau. Si empunya homestay mengingatkan untuk berhati-hati karena katanya di sini monyetnya agresif. [caption id="attachment_306812" align="alignnone" width="602" caption="Jalan kaki melewati hutan TN Meru Betiri"]
1390056908183136327
1390056908183136327
[/caption] [caption id="attachment_306811" align="alignnone" width="602" caption="Pemandangan pantai dari kejauhan"]
1390056844665585036
1390056844665585036
[/caption] Menyusuri jalan tanah berbatu yang agak menanjak dengan sisi kanan-kiri berupa pepohonan lebat menampilkan nuansa petualangan yang mengasyikkan. Terutama bagi masyarakat kota yang selalu disuguhi kemacetan tiap harinya. Tidak ada suara mobil, hanya terdengar suara binatang. Beberapa kali kami berpapasan dengan pengendara motor ataupun para wisatawan lainnya. Pemandangan pantaipun dapat disaksikan di sisi kiri jalan, tapi agak jauh dan terhalang pepohonan dan semak yang agak tinggi. Jadi kalau yang suka berpetualang di hutan, bukit, ataupun pantai, di sini cocok karena semuanya ada. [caption id="attachment_306816" align="alignnone" width="602" caption="Teluk Hijau : masih 1 km lagi"]
1390057103949128456
1390057103949128456
[/caption] [caption id="attachment_306813" align="alignnone" width="602" caption="Pemandangan menakjubkan dari atas tebing"]
13900569601370813989
13900569601370813989
[/caption] Tak berapa lama kami sampai di sisi tebing dimana bisa melihat pemandangan laut di bawahnya. Cantik sekali. Dari atas warna airnya agak kehijauan. Tapi perjalanan ke Teluk hijau masih 1 km lagi. Kami harus trekking naik turun melewati hutan dan semak di atas bukit untuk mencapai pantai itu. Lumayan menguras tenaga, apalagi kaki terasa pegal setelah sebelumnya mendaki ke Kawah Ijen. Di sisi kiri nampak pemandangan laut dengan pinggir pantai yang kehijauan. Kami harus ekstra hati-hati supaya tidak terpeleset karena di sebelah jurang. Untunglah cuaca sedang cerah sehingga jalan tanahnya tidak licin. [caption id="attachment_306814" align="alignnone" width="602" caption="Pantai dengan pinggiran berwarna hijau yang terlihat dari atas bukit"]
13900570032128058959
13900570032128058959
[/caption] [caption id="attachment_306815" align="alignnone" width="602" caption="Jalan setapak yang harus dilewati"]
1390057059350617782
1390057059350617782
[/caption] Saat itu tak satupun wisatawan yang kami temui. Hanya ada 2 orang pegunjung perempuan dari arah berlawanan. Mereka menyemangati kami untuk bisa segera sampai di Teluk Hijau karena katanya segala kelelahan akan terbayar lunas dengan pemandangan yang akan ditemui di sana. Kami tiba di jalan yang agak melandai di sisi pantai. Ada papan bertuliskan "Pantai Batu". Pantai ini memang banyak batunya, tapi bukan batu karang, melainkan seperti batu kali. Bentuknya bulat-bulat dan tersusun rapi di sepanjang tepi pantai. Entah disengaja atau terbentuk secara alamiah, kami tidak tahu. [caption id="attachment_306817" align="alignnone" width="602" caption="Pantai Batu"]
13900571591326831165
13900571591326831165
[/caption] [caption id="attachment_306818" align="alignnone" width="602" caption="Pantai dengan batu benbentuk bulat yang tersusun rapi"]
1390057195728735633
1390057195728735633
[/caption] Deburan ombak di pantai ini terdengar sangat kencang. Kami bingung, dimana letak Teluk Hijau. Tak seorangpun yang bisa ditanyai. Di dekat situ ada papan bertuliskan “Teluk Hijau 300 m”. Mungkin Teluk Hijau ada di balik bukit sebelah yang terlihat dari Pantai Batu. Tapi kami tidak tahu harus lewat mana. Sepertinya tidak ada jalan yang bisa dilewati kecuali di pinggir pantai. Dan ini agak mengerikan mengingat ombaknya lumayan kencang. [caption id="attachment_306819" align="alignnone" width="602" caption="Teluk Hijau : masih 300 m lagi :-("]
13900572401959436357
13900572401959436357
[/caption] [caption id="attachment_306820" align="alignnone" width="602" caption="Matahari sudah turun, Teluk hijau pastilah ada di balik bukit ini"]
1390057278714873215
1390057278714873215
[/caption] Waktu hampir menunjukkan pukul 6 sore, sebentar lagi maghrib. Mengingat jalan pulang yang harus ditempuh agak beresiko kalau dilewati dalam kondisi gelap, akhirnya kami putuskan untuk kembali sampai parkiran mobil. Kami melangkah cepat-cepat sebelum hari gelap. Sesampainya di Homestay Rafflesia, si empunya rumah menyayangkan karena kami tidak sampai di Teluk Hijau. “Wah tanggung kalau gak sampai Teluk Hijau, itu sudah dekat lagi. Lewat aja di pinggirnya bisa koq. Coba tadi pakai guide, bayar aja 50ribu, pasti sampai” Dia mengeluarkan kamera dan menunjukkan foto-foto koleksi Teluk Hijau. Benar-benar pemandangan yang jauh dari yang kita temui tadi. Ternyata benar dugaanku, Teluk Hijau pasti ada di balik bukit yang terlihat dari Pantai Batu. Atau mungkin pantai dengan pinggiran berwarna hijau yang terlihat dari atas bukit. Benar-benar indah. Pantainya berpasir putih halus, dengan air laut berwarna hijau bening dipadu batu-batu karang. Udah gitu suasananya sepi pula karena tidak banyak wisatawan yang ke sana. Coba deh browsing fotonya di internet, dijamin pasti bakalan pingin ke sana. [caption id="attachment_306821" align="alignnone" width="480" caption="Ini Teluk Hijau yang sebenarnya, suatu saat harus bisa sampai ke sini (Sumber foto : http://travelingsuport.blogspot.com/2013/03/keindahan-teluk-hijau.html)"]
13900573321198406467
13900573321198406467
[/caption] Biasanya tempat yang indah-indah itu memang agak sulit dijangkau dan butuh perjuangan ekstra. Sama seperti ke Teluk Hijau ini. Wah nyesel deh gak sampai situ. Tak apalah, mungkin ini pertanda suatu saat kami memang harus balik lagi ke sana. Dan tentunya bakal menginap di sini lebih lama. Salam jalan-jalan Bogor, 18 Januari 2014 Note : Dari Homestay Rafflesia ke Teluk Hijau (2 km) bisa ditempuh jalan kaki, sedangkan ke Pantai Sukamade lebih jauh (13 km) bisa ditempuh jalan kaki atau dengan mobil Jeep.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun