Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Curug Nangka : Wanawisata yang Kurang Terkelola dengan Baik

27 Agustus 2013   11:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:45 2515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Curug nangka termasuk objek wisata alam yang populer di Bogor. Letaknya di daerah Ciapus, memang relatif dekat dengan pusat kota dan tidak terlalu susah dijangkau baik melalui kendaraan umum maupun pribadi. Meski untuk mencapainya harus menembus kemacetan yang lumayan parah terutama di saat weekend. Namun rupanya wanawisata yang menyajikan pemandangan berupa air terjun (curug) dan tempat camping ini sangat diminati. Terbukti semakin sore makin banyak saja yang berkunjung ke tempat ini. Kebanyakan mereka berasal dari luar Bogor seperti Jakarta, Depok, Bekasi dan sekitarnya. [caption id="attachment_274713" align="aligncenter" width="482" caption="Hutan pinus yang mendominasi kawasan wisata curug nangka"][/caption] Kawasan Curug Nangka bisa dicapai dengan mudah melalui kendaraan umum. Cukup naik angkot ke arah ciapus, kemudian disambung dengan ojek sekali, kita sudah bisa mencapai pintu gerbangnya. Saya sendiri sudah 2 kali mengunjungi tempat ini. Pertama di tahun 2007 dan kedua baru-baru ini setelah libur lebaran kemarin. [caption id="attachment_274704" align="aligncenter" width="482" caption="Curug kecil di bawah curug kawung"]

13775779272044384782
13775779272044384782
[/caption] [caption id="attachment_274705" align="aligncenter" width="280" caption="Curug Kawung"]
13775779741271971411
13775779741271971411
[/caption] [caption id="attachment_274706" align="aligncenter" width="288" caption="Curug daun"]
1377578024704013501
1377578024704013501
[/caption] [caption id="attachment_274712" align="aligncenter" width="320" caption="Curug nangka"]
137757841517343318
137757841517343318
[/caption] Di kawasan ini sendiri sebenarnya ada 3 curug. Mulai dari yang letaknya paling tinggi yaitu Curug Kawung, Curug Daun dan Curug Nangka. Dari ketiga curug tersebut, Curug Nangkalah yang menurut saya paling bagus karena aliran airnya paling deras. Selain itu di sisi kiri curug, dinding batunya membentuk seperti gua kecil. Untuk mencapainya kita harus berjalan beberapa meter menyusuri sisi sungai. Karena letaknya yang tersembunyi itulah makanya banyak yang tidak tahu, sehingga curug ini relatif lebih sepi dibanding 2 curug di atasnya. Saya sendiri baru tahu saat kunjungan kemarin. Di sini karena masih berada di tempat yang tidak terlalu tinggi (sekitar 750 m dpl) jadi airnya tidak dingin. Curug daun dengan dinding-dinding batunya juga lumayan bagus, meskipun tidak terlalu tinggi. Sedangkan Curug Kawung memang terlihat agak kering. [caption id="attachment_274714" align="aligncenter" width="427" caption="Menuju curug nangka"]
1377578514552756133
1377578514552756133
[/caption] [caption id="attachment_274715" align="aligncenter" width="280" caption="Aliran sungai dari curug nangka"]
13775785672081575743
13775785672081575743
[/caption] Jika dibandingkan dengan curug lain di kawasan Bogor seperti Cilember (di Megamendung), Cigamea, Seribu, Ngumpet (di Kawasan Gunung Salah Endah), Curug Nangka memang masih kalah bagus. Curugnya tidak begitu besar dengan aliran air yang kurang deras. Namun bagi orang-orang di wilayah Jakarta dan perkotaan lain, tempat ini bisa jadi pilihan untuk refreshing dan melepas kepenatan dari rutinitas sehari-hari. Saya pikir, sebenarnya kawasan ini juga berpotensi besar untuk ekowisata asalkan dikelola dengan baik. [caption id="attachment_274707" align="aligncenter" width="427" caption="Pangkalan ojek menuju curug nangka (Dok. Mety)"]
13775780861183808818
13775780861183808818
[/caption] Tetapi sayangnya pemanfaatan potensi kawasan wanawisata ini tidak dibarengi manajemen yang baik dari pihak pengelola. Contoh saja, akses jalan menuju Curug Nangka dari pangkalan ojeg sampai di depan gerbang cukup jelek. Padahal untuk masuk kawasan ini, pengunjung ditarik tiket masuk sebanyak 2 kali. Di gerbang pertama sebesar Rp. 7500,- dan gerbang berikutnya sebesar Rp. 2500,-. Saya juga bingung kenapa harus ditarik 2 kali. Ternyata menurut keterangan petugas, uang itu masuknya nanti ke dua tempat yaitu ke Desa dan Perhutani. Dengan banyaknya pengunjung yang berwisata ke tempat ini seharusnya uang itu bisa dikelola dengan baik. Tapi nyatanya memang tidak demikian. Menurut keterangan salah seorang tukang ojek yang saya tumpangi, memang di daerah ini banyak oknum yang minta jatah. Jadi wajarlah jika uang itu tidak bisa dipergunakan sepenuhnya untuk manajemen kawasan wisata. Contoh lainnya adalah banyaknya sampah yang berserakan dimana-mana. Mungkin Curug Nangka ini adalah curug paling banyak sampahnya sepanjang yang saya temui di antara curug-curug lainnya di kawasan Bogor. Harusnya ada manajemen yang baik dari pihak pengelola terhadap masalah sampah. Baik itu mengerahkan petugas kebesihan maupun bertindak lebih tegas terhadap pengunjung yang membung sampah sembarangan. Selain itu harus ada pula sangsi tegas terhadap pengunjung atau siapapun yang melakukan vandalisme, seperti mencorat-coret dinding curug. Aneh, mau makan tapi tidak mau membuang sampah pada tempatnya. Mau lingkungan bersih tapi tidak mau merawatnya. [caption id="attachment_274708" align="aligncenter" width="426" caption="Sampah berserakan"]
13775781491168930419
13775781491168930419
[/caption] Pengelola juga harusnya menertibkan para pedagang yang berjualan agar tidak berdagang sembarangan. Banyak sekali pedagang yang berjualan dekat sekali dengan curug bahkan mendirikan tenda. Hal ini tentu berpotensi merusak lingkungan, karena mereka sering membuang sampah berupa plastik seenaknya. Selain itu bisa berbahaya jika suatu saat terjadi hujan deras dan banjir. Dampak lainnya adalah merusak pemandangan curug itu sendiri. [caption id="attachment_274709" align="aligncenter" width="421" caption="Tenda dan baju-baju yang bergelantungan di dekat curug nangka"]
1377578199430628734
1377578199430628734
[/caption] [caption id="attachment_274710" align="aligncenter" width="320" caption="Berjualan pop mie di dekat curug"]
1377578255590409815
1377578255590409815
[/caption] [caption id="attachment_274716" align="aligncenter" width="482" caption="Vandalisme"]
1377578625827315587
1377578625827315587
[/caption] Di curug nangka juga banyak hidup sekawanan kera liar. Pengunjung seringkali memberi makan hewan-hewan tersebut karena memang tidak ada larangan. Sebenarnya hal ini bukan sesuatu yang baik karena kera-kera tersebut nantinya bisa terbiasa. Jika tidak diberi makan kemungkinan malah menjadi lebih agresif. Selain itu banyak pengunjung membuang sampahnya sembarangan setelah memberi makan hewan-hewan itu. [caption id="attachment_274711" align="aligncenter" width="490" caption="Sekawanan kera liar dan setumpuk sampah"]
1377578362981239757
1377578362981239757
[/caption] Akhirnya, pihak pengelola memang bukan satu-satunya yang bisa disalahkan dalam hal ini. Pengunjung dan masyarakat sekitar juga punya andil besar, karena semuanya saling terkait. Sayang sekali kalau potensi wanawisata curug yang sebenarnya indah dengan latar belakang pegunungan berhawa yang sejuk menjadi tidak indah lagi karena kurangnya kesadaran lingkungan. Salam kompasiana Bogor, 27 Agustus 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun