[caption id="attachment_297618" align="aligncenter" width="494" caption="Tayangan Indonesiaku TRANS 7, 27/11/2013 (Sumber : Youtube)"][/caption] [caption id="attachment_297619" align="aligncenter" width="504" caption="Sampah yang berserakan di sekitar Ranu Kumbolo (Sumber : Youtube)"]
[/caption] Sekitar dua minggu yang lalu (27/11/13) tayangan Indonesiaku di TRANS 7 menayangkan episode Ekspedisi Gunung Api dengan judul “Sampah Merambah di Puncak Dewa”. Tayangan kali ini bercerita mengenai perjalanan para kru Indonesiaku ke Gunung Semeru. Gunung yang satu ini agaknya kian populer sejak dirilisnya film ‘5 cm’ setahun lalu, bahkan di kalangan masyarakat di luar para pecinta alam sekalipun. Di dalam tayangan itu digambarkan berbagai macam realita di sepanjang perjalanan menuju puncak gunung, mulai dari keindahan alamnya sampai kondisi masyarakat di sekitarnya. Memang pesona gunung ini tidak dapat dipungkiri lagi, indahnya luar biasa. Salah satu objek yang menjadi tujuan para wisatawan, dan tentu banyak dari kita sudah sering mendengar namanya yaitu Ranukumbolo. Sebuah danau di kaki Gunung Semeru yang kerap dijadikan tempat untuk bermalam bagi para pendaki Semeru in, katanya surga bagi para pecinta alam. Suasananya indah, eksotis dan romantis, begitulah gambaran yang dikatakan orang tentang tempat ini, baik melalui tulisan maupun foto. Saya sendiri hanya bisa membayangkan dan memimpikan keindahannya dalam angan-angan karena memang belum pernah ke sana. Tapi ada hal yang memprihatinkan. Selain memaparkan keindahan Ranukumbolo, si reporter dan beberapa narasumber dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) melaporkan bahwa para wisatawan ternyata tidak hanya datang untuk menikmati keindahan danau tetapi pergi dengan meninggalkan sampah. Mereka membuang sampah seenaknya, mulai sampah plastik bahkan ada juga kotoran manusia. Akibatnya sampah menumpuk di pinggir danau dan otomatis menjadi PR tambahan bagi pihak Taman Nasional yang mengelolanya. Sungguh realita ironis yang bikin miris, mereka yang mengaku pecinta alam ternyata tidak mencintai alam. [caption id="attachment_297620" align="aligncenter" width="484" caption="Bekas botol air mineral yang dibuang sembarangan di atas hamparan pasir Bromo"]
[/caption] Sampah, mungkin dianggap masalah sepele, banyak wisatawan yang tidak memperdulikannya. Suatu saat ketika sedang berlibur ke Bromo sayapun melihat pemandangan serupa. Banyak sampah-sampah, terutama bekas botol dan gelas air mineral bertebaran di beberapa titik. Pemandangan sampah yang berserakan mungkin dianggap biasa, apalagi para wisatawan saat itu sedang ramai-ramainya, mereka lebih fokus untuk menikmati keindahan Puncak Bromo yang memang luar biasa. Tapi ada pemandangan botol air mineral ini begitu kontras di tengah hamparan pasir dan sempat saya abadikan dengan kamera. [caption id="attachment_297621" align="aligncenter" width="491" caption="Gundukan sampah di sekitar tempat berkumpulnya monyet-monyet, Curug Nangka Bogor"]
[/caption] [caption id="attachment_297622" align="aligncenter" width="321" caption="Sampah yang berserakan di dekat Curug Malela"]
[/caption] Di tempat lain, sayapun menemukan pemandangan yang tidak jauh berbeda. Di curug Nangka, Bogor, saya lihat sampah-sampah berserakan di pinggiran sungainya. Sungguh pemandangan yang sangat mengganggu. Bahkan sampah menumpuk di dekat habitat monyet-monyet biasa berkumpul untuk mencari makan, kasian sekali hewan-hewan ini kalau tempat hidupnya dicemari sampah-sampah. Sampah organik mungkin tidak masalah karena mudah terurai, tetapi bagaimana jika sampah non-organik dan berbahaya. Bagaimana kalau ternyata sampah ini berbahaya. Hal yang sama saya temui di Curug Malela, Bandung Barat. Meskipun tempat ini belum banyak dikenal, karena aksesnya yang sulit, tapi masih saja banyak ditemukan sampah-sampah plastik bekas makanan atau minuman yang berserakan. Sering pula pengunjung seenaknya membuang bekas wadah minuman/makanannya di sepanjang jalan, seperti saya temukan di jalan menuju Curug Cibereum, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGHP). Para pengunjung juga kerap tidak memperdulikan keindahan air danau. Seperti pernah saya lihat di Kebun Raya Bogor, banyak yang membuang bekas botol minuman di atas teratai yang tumbuh di atas kolam. [caption id="attachment_297623" align="aligncenter" width="491" caption="Bekas gelas air mineral di jalan menuju Curug Cibereum"]
[/caption] [caption id="attachment_297625" align="aligncenter" width="479" caption="Bekas botol air mineral di atas kolam teratai di Kebun Raya Bogor"]
[/caption] Sampah, jika hanya ditemui satu dua atau beberapa seperti pada foto saya di atas mungkin masih sebatas mengganggu estetika atau keindahan tempat wisata saja. Tapi bayangkan jika saat musim hujan dan terjadi banjir besar, sampah-sampah (terutama di dekat sungai) pasti akan terbawa aliran dan kemungkinan menyebabkan banjir dan berbagai macam penyakit. Seperti yang saya lihat di Kawasan Kota Tua Jakarta, di dekat Jembatan Kota Intan, Jalan Kali Besar. Foto ini saya ambil setahun yang lalu saat musim penghujan. Sampah-sampah begitu banyak terapung di atas sungai, gak kebayang kalau debit aliran sedang tinggi, mungkin sampah-sampah ini akan menyumbat aliran ke arah laut dan menyebabkan banjir di daerah sekitarnya. Sayang sekali ya, sungai di Kota Tua yang berpotensi untuk tempat wisata air seperti di negara-negara Eropa dan harusnya dijaga kebersihan malah menjadi tempat sampah. [caption id="attachment_297626" align="aligncenter" width="480" caption="Sampah-sampah mengapung di atas sungai Kawasan Kota Tua Jakarta"]
[/caption] Lalu tanggung jawab siapakah sampah-sampah yang berserakan ini? Mungkin kita tidak cukup hanya menyerahkan para pemerintah atau pihak pengelola tempat wisata saja. Semua pihak memang harus terlibat. Para wisatawan harus sadar kalau menjaga kebersihan tempat wisata itu penting. Andaikata belum sadar ya harus berusaha sadar dan peduli lingkungan. Jangan cuma bisa menikmati saja dong tanpa menjaganya. Sebisa mungkin sampah dibuang pada tempat yang seharusnya, atau kalau tidak menemukan tempat sampah ya dipegang dulu sampai ketemu tempat pembuangan yang tepat. Tetapi sepertinya wanti-wanti untuk membuang sampah pada tempatnya ini tidak terlalu manjur, jika tanpa ancaman alias denda. Sebaiknya denda diberlakukan bagi siapapun yang melanggar aturan membuang sampah sembarangan, harusnya kita meniru negara tetangga Singapura, Jepang atau negara lain yang sudah lebih peduli pada lingkungan. Kalau perlu dendanya diperberat supaya masyarakat tidak menyepelekan aturan ini. Sebagai tindak lanjut adanya aturan untuk membuang sampah pada tempatnya, sebaiknya pihak pengelola tempat wisata menyediakan tempat sampah pada jarak yang tidak terlalu berjauhan, agak mudah dijangkau dan tidak menjadi alasan bagi siapa saja untuk membuang sampah sembarangan karena sukar mencari tempat sampah. Pernah suatu ketika saya sedang piknik dengan saudara di daerah Bandungan, Ungaran. Sehabis menyantap bekal makan siang, saya bingung mau buang sampah kemana karena tidak ada bak sampah di sekitar situ, padahal di areal itu digunakan untuk tempat parkir dan istirahat. Akhirnya saudara saya membuang kotak bekas makannya di pinggiran tempat parkir di tempat yang agak tersembunyi. Alasannya karena tidak ada tempat sampah dan banyak orang yang membuang sampah di situ. Coba bayangkan jika semua orang meniru hal ini, tentu lama kelamaan tempat parkir ini bisa jadi tempat sampah. Tidak hanya sampai membuang sampah pada bak sampah, tetapi juga harus dipikirkan bagaimana proses pengolahan sampah setelah itu. Jangan sampai hanya memindahkan sampah di bak sampah tetapi setelah itu malah mengotori tempat yang lain. Mungkin hal ini harus melibatkan berbagai pihak dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dinas Kebersihan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Sosial. Tetapi intinya lakukanlah dari hal yang mudah dulu, dari hal yang kecil dan dari diri sendiri. Tanamkan kesadaran dan kedisiplinan untuk membuang sampah pada tempatnya terutama di tempat wisata. Kalau semua orang berpikiran dan menerapkan hal ini tentu lebih mudah untuk melestarikan keindahan dan kebersihan tempat wisata. Indonesia itu indah, kalau bukan kita siapa lagi yang akan peduli. Bersama
Indonesia Travel, mari kita wujudkan kelestarian dan kebersihan tempat wisata sebagai wujud cinta Indonesia dan rasa syukur kepada Tuhan.
Salam travel Bogor, 10 Desember 2013Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Nature Selengkapnya