Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

[WPC-29] Candid di Kota Tua

9 Desember 2012   00:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:58 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Tua Jakarta selalu ramai pengunjung, apalagi di akhir pekan. Suasananya sudah seperti pasar saja. Kota tua seperti punya magnet tersendiri hingga orang-orang tidak pernah bosan untuk berkunjung ke sana. Bagi penggemar fotografi di wilayah Jakarta dan sekitarnya, tentu tidak pernah melewatkan kota tua sebagai salah satu tempat untuk hunting foto. Orang-orang yang datang ke sini rata-rata membawa kamera. Mereka semua sibuk memotret dan dipotret, apalagi foto narsis. Di tempat ini juga sering dipakai lokasi foto pre-wedding karena tempatnya bernuansa classic. Saya sendiri sudah berkali-kali mendatangi tempat ini untuk hunting foto, mulai pagi sampai malam hari. Karena waktu hunting yang selalu bertepatan dengan akhir pekan, maka suasana di sini menjadi terlalu padat pengunjung. Semakin malam bukan semakin sepi tetapi malah tambah ramai. Alhasil foto saya banyak yang bocor dengan muculnya objek-objek yang sebenarnya tidak saya inginkan, karena kebetulan mereka berada di depan atau lewat di depan ketika saya sedang asyik membidik. Di sini bermacam-macam orang bisa ditemui dengan berbagai ekspresi/tingkah laku. Mulai dari pengunjung, pedagang, pengamen, satpam, preman dan lain sebagainya. Makanya daripada pusing karena foto kita selalu bocor mending bikin foto candid saja. Sebenarnya tidak pernah sengaja untuk bikin foto candid. Sekedar iseng saja, makanya hasilnya kurang tajam dan kadang-kadang komposisinya kurang pas. Apalagi hanya memakai lensa standar jadi fotonya kurang close-up. Di kota tua banyak banget yang tidur di pinggir jalan. Beberapa kali saya iseng memotret mereka. Karena takut terbangun akhirnya saya potret dari jarak yang agak jauh, padahal saya hanya pakai lensa kit. Makanya hasilnya ya pas-pasan hehe. [caption id="attachment_220404" align="aligncenter" width="576" caption="Tidur di bangku dekat kali besar"][/caption] [caption id="attachment_220405" align="aligncenter" width="543" caption="Asyik tidur nyenyak di lorong gedung tua dekat rumah merah"]

13550103462043472252
13550103462043472252
[/caption] Di sini banyak banget yang berfoto narsis, bahkan sampai orang lewatpun ikut-ikutan narsis. Ceritanya waktu hendak memotret kantin kota tua. Saya menunggu jalanan sepi, setelah itu sayapun berjongkok siap-siap membidik. Pada saat saya menekan tombol shutter, eh tiba-tiba ada pengendara sepeda lewat di depan saya sambil teriak, “saya difoto dong mbak”. Mau pakai teknik panning udah telat, jadi beginilah hasilnya. Dan foto blur dia masuk dalam frame saya. Pernah juga waktu saya menunggu area di depan museum kosong, karena ingin memotret seorang teman. Tiba-tiba ada ibu dan anak yang difoto narsis di atas sepeda oleh temannya, ya sudah saya foto saja sekalian. [caption id="attachment_220407" align="aligncenter" width="472" caption="Numpang narsis"]
1355010418893770883
1355010418893770883
[/caption] [caption id="attachment_220408" align="aligncenter" width="350" caption="Candid yang narsis"]
1355010514995892447
1355010514995892447
[/caption] Pengunjung di sini banyak sekali dan macam-macam, rata-rata turis lokal, tetapi ada pula yang dari mancanegara. Saya seringkali memasukkan mereka dalam frame saya. Entah itu untuk merekam suasana di kota tua maupun untuk pemanis foto saja. Yang jelas wajah-wajah mereka terlihat ceria. Di sini juga tempatnya para fotografer berburu foto, ini bukan pemandangan yang aneh. Pernah ketika hunting di sana berbarengan dengan ajang foto akbar yang diselenggarakan Lamborghini, dimana-mana banyak ditemukan rombongan orang dengan kamera DSLR di tangan. [caption id="attachment_220409" align="aligncenter" width="350" caption="Sesama yang sedang hunting foto"]
1355010564903989270
1355010564903989270
[/caption] [caption id="attachment_220410" align="aligncenter" width="484" caption="Peserta hunting foto sedang nunggu gorengan"]
13550106242043052761
13550106242043052761
[/caption] [caption id="attachment_220411" align="aligncenter" width="538" caption="Wajah ceria turis lokal"]
13550107011358633538
13550107011358633538
[/caption] [caption id="attachment_220412" align="aligncenter" width="525" caption="Turis mancanegara"]
13550107561950408229
13550107561950408229
[/caption] Para pedagang juga macam-macam tingkahnya, usianya juga beragam dari yang masih remaja sampai sudah tua. Ada yang sibuk melayani pembeli, ada yang bengong karena sepi pembeli, ada yang narsis, pokoknya macam-macam deh. Sebenarnya ini merupakan objek yang menarik bagi pecinta foto human interest. Saya pernah memotret pedagang kerak telor ketika sedang memasak kerak telornya. Sebenarnya tidak enak juga kalau memotret dia dari dekat, apalagi saya tidak membeli dagangannya. Makanya cepat-cepat saya ambil gambarnya, dan hasilnya agak blur hehe. Ada juga pedagang yang malah sadar kamera ketika difoto, seperti pedagang sandal dan baju di kota tua ini. [caption id="attachment_220413" align="aligncenter" width="400" caption="Pedagang kerak telor (1)"]
13550108051219649643
13550108051219649643
[/caption] [caption id="attachment_220414" align="aligncenter" width="378" caption="Pedagang kerak telor (2)"]
1355010860798215996
1355010860798215996
[/caption] [caption id="attachment_220415" align="aligncenter" width="517" caption="Melayani turis mancanegara"]
13550109071748860884
13550109071748860884
[/caption] [caption id="attachment_220416" align="aligncenter" width="394" caption="Bengong"]
13550109591710894783
13550109591710894783
[/caption] [caption id="attachment_220417" align="aligncenter" width="534" caption="Penjual gorengan"]
1355011022753365007
1355011022753365007
[/caption] [caption id="attachment_220418" align="aligncenter" width="538" caption="Penjual dan pembeli"]
13550110641782351641
13550110641782351641
[/caption] [caption id="attachment_220419" align="aligncenter" width="529" caption="Lagi nunggu pembeli"]
13550111201516747206
13550111201516747206
[/caption] [caption id="attachment_220420" align="aligncenter" width="525" caption="Sadar kamera dan narsis :-)"]
13550111632077041731
13550111632077041731
[/caption] Ohya di kawasan Kota Tua ini juga banyak premannya. Seperti yang saya temui di komplek Jembatan Kota Intan. Di sana memang ada seorang ibu-ibu, entah bagian kebersihan atau PKL yang selalu minta bayaran kalau kita masuk kawan itu, tapi gak tau ya legal atau tidak karena tidak ada karcisnya. Waktu itu ada juga beberapa orang yang sepertinya ingin berfoto pre-wedding di situ. Ketika masuk ke dalam pagar jembatan, mereka dicegat oleh seorang lelaki berkamata hitam. Lalu mereka terlibat dalam perbincangan, si fotografer sepertinya mengeluarkan uang dari dalam dompetnya. Mungkin ia dimintai bayaran oleh laki-laki gondrong itu. [caption id="attachment_220421" align="aligncenter" width="600" caption="Di dalam komplek Jembatan Kota Intan"]
1355011208171561148
1355011208171561148
[/caption] Terakhir, ada laki-laki mengenakan rompi dan berkaos oranye di dekat deretan sepeda yang diparkir di depan Kantor Pos Kota Tua. Entah siapa dia, tukang parkir atau penyewa sepeda. Yang jelas waktu itu saya candid, pas sekali karena warna kaosnya cocok dengan warna kantor pos, oranye. [caption id="attachment_220422" align="aligncenter" width="395" caption="Lelaki berkaos oranye"]
13550112591589570065
13550112591589570065
[/caption] Di tempat keramaian seperti ini, bisa jadi banyak foto candid dan gesture yang bakal kita dapatkan. Asal jeli saja. Selamat berakhir pekan Salam jepret Bogor, 8 Desember 2012 Silahkan melihat karya teman-teman kampretos lain di WPC-29

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun