Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mendung dan Hujan

12 November 2012   00:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:36 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sisa hari masih panjang di sore musim penghujan Namun matahari lenyap sebelum waktunya karena awan telah menutupi cahayanya. Langit tak kuasa menolak mendung, ia berubah kelam. Awan hafal betul, hujan ingin turun Ia sudah rindu pada tanah dan ingin memeluk batang-batang pohon yang kering

13526814781022843552
13526814781022843552
Kabut turun perlahan mengaburkan pandangan Petir berteriak dan kilat mengiringinya Ia bersahabat dengan cakarawala yang gelap gulita Tetes air hujan turun malu-malu, mengetuk atap dan tiang-tiang kayu rumah Butiran air berhamburan dari atas daun-daun Tergelincir di atas payung-payung yang terbuka Tetesannya mengecup kuncup-kuncup bunga yang nyaris mekar Melahirkan embun kristal bening di atas daun talas Angin menggoyangkan ranting pohon Satu dua daun gugur dan hanyut di selokan Tunas-tunas bersemi di atas tanah basah Anak-anak kecil berlarian senang di jalanan yang banjir
13526815311963570677
13526815311963570677
Sementara aku menonton hujan di balik kaca jendela yang basah kena percikan Kuhirup harum tanah gersang yang kini telah basah kuyup Kunikmati rinai hujan yang melagukan musik dengan lirik puitisnya Saat kupenjamkan mata sesaat kulihat dirimu tersenyum dari hutan gerimis Melambaikan tangan seolah berkata “jangan pejamkan mata, aku mencintaimu seperti hujan ini”

1352681627720780312
1352681627720780312

Lalu akupun membuka mata, seketika itupun kau menghilang kembali Dan kini hujan telah reda, hanya tinggal gerimis yang tersisa Langit kembali memutih

Bogor, 12 November 2012 Silahkan lihat WPC-27 di sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun